BAB BONUS : Pondok

2.2K 86 25
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.

PERINGATAN!!!

BAB INI BERISI ADEGAN DEWASA YANG TERGAMBAR SECARA EKSPLISIT ATAU GAMBLANG (TERANG-TERANGAN / JELAS). BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA PENGGAMBARAN SEKS SECARA EKSPLISIT DIPERKENANKAN UNTUK TIDAK MEMBACA BAB INI.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!

***



"Daddy! Daddy!" teriak Vandy sambil loncat-loncat setelah keluar dari mobil. "Aymom! Aymom! Ayo cepat, Aymom!"

Aku keluar dari mobil dan segera menggendong Vandy. "Memang Adek mau ke mana sih, kok buru-buru?"

"Vandy mau jalan-jalan melihat padi, Aymom. Kata kakek, kakek punya banyak padi. Vandy ingin melihat pohon padi," celoteh Vandy.

Maklum saja, Vandy lahir dan besar di London, jadi nggak heran jika dia sangat antusias ingin melihat yang namanya pohon padi. Kalau aku sih, udah bosan melihat pohon padi, karena sejak bayi orok sudah disuguhi dengan pohon padi, cabai, terong, jagung dan berbagai macam palawija dan sayuran.

Saat ini kami berada di rumahku dulu. Rumah yang sudah kutempati selama 22 tahun. Rumah kami benar-benar nggak berubah sama sekali, masih sama seperti saat aku meninggalkannya sepuluh tahun lalu. Hanya saja sekarang rumah ayah di pagar keliling dengan tinggi hampir dua meter, karena temboknya lebih tinggi dari tubuh Elvan yang menurutku sudah tinggi.

Selain itu juga ada beberapa bagian teras yang diubah, dan juga ada taman kecil dengan tempat duduk terbuat dari semen yang dibentuk seperti kayu. Cat dindingnya juga terlihat baru, tampaknya ayah dan ibu sangat merawat rumah lama kami walau nggak pernah ditempati.

Malam tadi setelah pulang dari bermain di rumah ayah, Abhi dan Vandy merengek ingin ikut ayah dan ibu mengunjungi sawah. Elvan pun mengabulkan permintaan Abhi dan Vandy, dia bilang sih, sekaligus jalan-jalan untuk melepas penat akibat bekerja. Kalau Elvan sudah bilang begitu aku bisa apa? Aku nggak ingin Elvan sakit dan stres akibat bekerja yang terlalu berlebihan.

"Kenapa nggak pergi sama kakek saja?"

"Boleh?" Vandy menatapku dengan mata besarnya, membuatnya terlihat menggemaskan.

Aku mencium pipi Vandy sebelum berkata, "Tentu saja boleh."

"Terima kasih, Aymom!" Vandy mencium pipiku. "Vandy sayang Aymom!"

"Ayah juga sayang sama Adek."

Aku menurunkan Vandy.

"Aymom, Abhi ikut Adek juga, ya?" izin Abhi,

Aku mengelus kepala Abhi. "Iya, Sayang. Jangan lupa jagain Adek, ya."

Abhi mengangguk mantap "Hm!" Abhi menarik tanganku, lalu mencium pipiku saat aku membungkukkan tubuh.

Setelah itu Abhi menggandeng Vandy dan berjalan menuju ayah yang berdiri tidak jauh dari kami.

Entah kenapa aku merasa anak-anakku begitu menggemaskan.

Aku terkejut ketika Elvan memeluk pinggangku. Aku menatap Elvan yang memandang ke kejauhan dengan senyum menawannya.

"Sudah lama kita tidak ke sini," ujar Elvan.

Bersamamu [Selesai | BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang