BAB 3 : Ketahuan

2.6K 171 32
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!



***



Aku merebahkan tubuhku di kasur kosan yang sudah beberapa hari kutinggalkan. Rasanya begitu menyenangkan bisa menyentuh kembali kasur kesukaanku ini, walau nggak seempuk dan selembut kasur hotel. Biarpun kasur di kosan sudah keras seperti lantai, tetapi aku menyukainya. Kupejamkan kedua kelopak mata untuk melepas penat. Aku benar-benar lelah dengan perjalanan yang begitu jauh bagiku.

Aku nggak tahu berapa lama memejamkan mata hingga sebuah suara membuatku yang hampir terlelap ke alam mimpi terpaksa harus terjaga kembali.

"Kamu tidak mandi dulu, Sat?" tanya Elvan yang baru saja masuk ke dalam kamar, selesai mandi.

"Sebentar lagi," gumamku, aku benar-benar malas untuk bangkit dari kasur.

"Lebih baik kamu mandi dulu, Sat, setelah itu baru kamu tidur lagi," Elvan kembali berucap, "biar kamu lebih segar dan lebih nyenyak tidurnya."

Dengan terpaksa aku bangkit dari tidurku.

Aku nggak mau berdebat dengan Elvan dalam keadaan tubuh yang capek seperti ini.

Kuambil handuk dan sabun lalu berjalan keluar kamar menuju kamar mandi. Dan lima menit kemudian aku keluar dari kamar mandi. Aku benar-benar sangat capek dan mengantuk. Mataku sudah nggak kuat lagi untuk menahan supaya nggak tertutup. Jika aku berlama-lama di dalam kamar mandi, yang ada nanti aku ketiduran di dalam kamar mandi.

Aku keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit pinggang. Aku berganti pakaian tanpa menghiraukan keberadaan Elvan. Bodoh amat jika dia melihat dan mentertawakanku karena tubuhku yang lurus seperti jalan tol bebas hambatan. Toh, dia sekarang sudah jadi suamiku, walau hanya suami pura-pura, sih.

Aku kembali merebahkan tubuhku di kasur dan langsung memejamkan kedua mata, bersiap-siap menuju ke alam mimpi. Benar kata Elvan, tidur setelah mandi itu jauh lebih segar dan nyaman sehingga membuatku langsung terlelap.

Tidurku terusik saat merasakan sebuah tangan mengelus kepalaku. Dengan terpaksa aku membuka kedua kelopak mata dan disuguhi dengan wajah Elvan yang tersenyum.

"Selamat pagi, Satya," kata Elvan dengan senyum terkembang di wajahnya. "Maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi sekarang sudah jam enam lewat. Bukankah hari ini adalah hari pertamamu masuk kuliah?"

Aku menghela napas.

Sebenarnya aku malas sekali untuk beraktivitas hari ini. Aku masih capek dan masih ingin beristirahat. Bayangkan saja, lima belas jam berada di dalam pesawat dari Belanda ke Jakarta, belum lagi perjalanan menuju kosanku yang menempuh waktu empat jam. Itu benar-benar membuatku capek, tetapi aku juga nggak bisa mengabaikan pendidikanku. Aku nggak ingin mengecewakan ayah. Ayah membiayaiku kuliah supaya masa depanku cerah dengan aku yang rajin belajar, bukan untuk bermalas-malasan.

Dan dengan terpaksa―walaupun masih malas―aku bangun dari tidurku.

Elvan pun ikut bangun dari rebahannya. Dia dengan sigap melipat selimut dan merapikan kasur setelah menyuruhku untuk mandi supaya aku nggak telat datang ke kampus. Karena aku nggak mau jadi suami durhaka—walau ini hanya pura-pura sih, maka tanpa membantah aku segera bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri.

Bersamamu [Selesai | BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang