BAB 7 : Malam Pertama

4.2K 155 58
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.


PERINGATAN!!!

BAB INI BERISI ADEGAN DEWASA YANG TERGAMBAR SECARA EKSPLISIT ATAU GAMBLANG (TERANG-TERANGAN / JELAS). BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA PENGGAMBARAN SEKS SECARA EKSPLISIT DIPERKENANKAN UNTUK TIDAK MEMBACA BAB INI DAN BISA LANGSUNG MEMBACA KE BAB SELANJUTNYA. KARENA CERITA PADA BAB INI TIDAK AKAN BERPENGARUH BANYAK PADA CERITA DI BAB SELANJUTNYA.


Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!

***


Beberapa hari yang lalu Lintang memberitahuku jika ia sudah mendapatkan dokter yang ia janjikan. Lintang mengatakan jika dokter itu merupakan lulusan terbaik dari salah satu universitas di London dan juga salah satu dokter ahli bedah di salah satu rumah sakit di pusat kota London. Sebenarnya aku nggak peduli dokter itu lulusan dari universitas mana.

Sayangnya saat ini dokter yang Lintang maksud masih berada di London dan baru bisa datang ke Indonesia sekitar satu bulan lagi. Dan Lintang akan mengabariku jika dokter itu sudah di Indonesia supaya aku bisa berkonsultasi kepada beliau mengenai keinginanku untuk bisa hamil.

Aku nggak masalah jika harus menunggu lama, asalkan aku bisa hamil dan memberikan keturunan untuk Elvan. Bagiku, waktu bukanlah suatu masalah asal ayah Elvan bisa menerima Elvan kembali di keluarga Dirgantara dengan hadirnya seorang anak di rumah tangga kami.

"Aku perhatikan beberapa hari ini kamu terlihat senang sekali. Ada apa, hm? Apa ada sesuatu yang terlewatkan olehku?" tanya Elvan sambil mengelus surai hitamku.

Saat ini kami sedang rebahan di kasur karena kami nggak ada niatan untuk pergi berkencan. Lagi pula aku masih capek dan ingin istirahat saja setelah hampir seminggu ini memeras otak dan tenagaku untuk mengerjakan tugas.

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Elvan. "Nggak ada. Aku hanya sedang bahagia aja."

"Jadi kamu tidak mau memberitahuku apa yang menyebabkan suami tercintaku ini bahagia, hm?" tangan Elvan mencubit pucuk hidungku.

Aku tersenyum dan semakin mengeratkan pelukanku di tubuh Elvan.

"Van, kalau aku hamil kira-kira aneh nggak, ya?" tanyaku tiba-tiba, entah kenapa aku ingin sekali membahas soal kehamilan dengan Elvan.

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Karena aku ingin hamil dan memberikanmu keturunan," jawabku cepat.

Elvan tiba-tiba batuk usai mendengar ucapanku.

Apa benar-benar aneh jika ada laki-laki yang bisa hamil, ya? Walaupun aneh tetapi aku ingin hamil. Aku ingin memberikan keturunan untuk Elvan. Dan mungkin saja ayah Elvan bisa menerima dan merestui hubungan kami jika aku bisa memberikan keturunan untuk Elvan.

"Kamu nggak apa-apa, Van?" tanyaku sambil mengelus tengkuknya.

"Aku tidak apa-apa." Elvan menjawab setelah batuknya reda. "Bagaimana kamu bisa hamil kalau kita saja tidak pernah bercinta, dan selama ini aku hanya mencium kening, pipi dan bibirmu saja." Elvan melanjutkan ucapannya yang membuat wajahku langsung memanas mendengarnya. "Kamu ingat tidak pelajaran Biologi?"

Bersamamu [Selesai | BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang