BAB 15 : Kunjungan Widan

1.5K 84 24
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



"Kak, Dek, simpan dulu mainan kalian. Cepat makan sarapan kalian." Aku meletakkan masakan terakhirku, ayam bumbu merah kesukaan Abhi di atas meja. "Kay, letakkan skripsimu dan makan sarapanmu dulu, baru nanti dilanjut lagi." Aku mengambilkan nasi di setiap piring untuk mereka semua. "Mas, letakkan dulu ponselmu. Kita sarapan dulu."

Mereka semua menuruti apa yang kukatakan. Setelah menuangkan air putih di gelas mereka masing-masing barulah aku mendudukkan diri di samping Vandy. Kami sarapan dengan khidmat.

Usai sarapan dan membereskan meja makan, aku dan Vandy mengantar Elvan dan Abhi yang hendak berangkat kerja dan sekolah.

"Aymom, Abhi berangkat dulu, ya." Abhi mencium punggung tanganku lalu mencium kedua pipiku. Dia juga pamit kepada adiknya dan memintanya untuk menunggunya pulang sekolah sebelum berjalan menuju mobil.

"Sayang, aku berangkat dulu, ya." Elvan mencium keningku, lalu dia beralih berjongkok menyamakan dirinya dengan tinggi Vandy. "Vandy jadi anak pintar di rumah ya, Daddy mau berangkat kerja dulu."

Elvan menciumi seluruh wajah Vandy, membuat Vandy kegelian dan tertawa.

"Hati-hati di jalan, Mas," pesanku kepada Elvan yang kini sudah berdiri dari jongkoknya.

Elvan kembali mencium keningku sebelum berjalan menuju mobil di mana Abhi sudah menunggunya.

Aku dan Vandy masuk ke dalam rumah setelah mobil Elvan nggak tampak lagi di pandangan mataku.

Vandy masuk ke ruang keluarga untuk menonton film kartun kesukaannya yang selalu tayang pukul tujuh pagi. Dia nggak pernah absen untuk menonton kartun kesukaannya itu. Walau diiming-imingi dengan apapun, Vandy lebih memilih menonton film kartun kesukaannya.

Kayla masih tetap berada di meja makan membaca skripsinya sambil ditemani secangkir susu coklat.

Aku menuju dapur untuk mencuci piring bekas sarapan kami tadi.

Jika pagi-pagi seperti ini, biasanya Bi Astri menyapu halaman samping rumah sambil ngerumpi dengan Marvin. Maklumlah ya, namanya juga ibu-ibu.

"Kak Satya, Kay berangkat dulu, ya. Sudah dijemput sama Gerald," pamit Kayla dari meja makan.

Aku mengelap tanganku dan menghampiri Kayla yang memasukkan skripsinya ke dalam tas. Lalu mengantar Kayla sampai depan rumah.

"Selamat pagi, Tuan Bramantio," sapa Gerald saat kami berada di teras rumah.

Gerald memang sering menjemput Kayla ke rumah, jadi aku kenal banget dengannya. Biasanya James dan Melvin juga ikut Gerald untuk menjemput Kayla.

"Pagi, Gerald," aku menyapanya balik.

Bersamamu [Selesai | BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang