Aku Tidak Ingin Kamu Terluka

4 1 0
                                    

"Akhirnya kamu menunjukkan diri ya, penguntit san."
"Yah, sudah ketahuan juga sih."
Haru chan masuk ke GOR dengan membawa botol minum dan handuk untukku. Tak kusangka dia masih saja melihatku latihan padahal sudah jauh dari jam pulang kami.
"Nee Izu kun. Apa kamu mau jadi atlet di masa depan nanti?"
"Tidak, aku tidak ada rencana sejauh itu."
"Lalu kenapa kamu berlatih sekeras itu?"
"Aku hanya ingin menjadi lebih kuat."
"Hah?"
"Yah maksudnya aku hanya tidak mau kalah dari orang lain. Aku ingin berguna bagi team. Karena itu aku harus berlatih."
"Heee, alasanmu unik ya Izu kun."
"Tidak, bukankah itu hanya alasan aneh?"
"Hmm? Aneh? Justru itu unik nya. Kamu tanpa sadar berlatih dan terus menjadi lebih kuat, kamu sudah berguna bagi team namun kamu tetap tidak mau kalah."
"Kedengerannya serakah ya?"
"Iya serakah. Namun, aku tidak membencinya."

Kami mengobrol terus menerus meskipun topiknya agak tidak penting.
Setelah 100 kali tembakan, kami akhirnya memulai perjalanan pulang.
Disaat kami sedang mengobrol, tiba tiba ada sekumpulan laki laki mendatangi kami.
"Nee ojou chan. Mau bermain bersama kami?"
"Eh, mohon maaf aku ada urusan jadi tidak bisa."
"Ayolah sebentar saja..."
Salah satu tangan laki-laki itu mendekati Haru chan. Aku langsung menghalanginya.
"Maaf saja ya, apa kamu tidak tau malu atau gimana?"
"Hah? Pergilah aku tidak ada urusan denganmu."

Yap, situasi jadi 4 vs 1. Meskipun begitu aku tetap tidak akan menyerahkan Haru chan kepada mereka.
Pukulan pertama dilancarkan oleh laki-laki berbaju hijau. Entah aku keseringan bekerja atau gimana, saat kuhindari dan melancarkan serangan balasan ia malah terpental jauh.
"Sialann..."
Laki laki berbaju putih dengan cardigan hitam maju. Saat aku memukulnya, aku merasakan bahan cardigannya lumayan bagus. Pasti Yuuta akan senang mendapatkan nya.
Saat kedua temannya tumbang, yang tersisa hanya bisa melarikan diri. Aku berterima kasih pada kehidupan ku yang membosankan sehingga bisa meraih fisik yang kuat.
"Te-terimakasih Izu kun."
"Tidak apa apa. Apa kamu baik baik saja?"
Haru chan mengangguk. Namun, tangannya masih sedikit gemetar.
"Tanganmu baik baik saja?"
"Ah, iya. Ha-hanya gemetar sedikit kok."
Apanya yang sedikit bahkan suaramu ikut gemetar tuh. Tidak mungkin kan kubiarkan dia pulang dengan rasa takut seperti itu.
Aku menarik tangan Haru chan dan mulai berjalan. Sepertinya Haru chan terkejut dengan tindakanku. Yah aku sendiri juga terkejut.
"Terimakasih Izu kun. Aku mencintaimu."
"..."
Aku terasa seperti kena bom. Kalau begini akulah yang gemetaran jadinya.
Setelah kejadian tadi, kami berhasil pulang dengan selamat. Aku langsung berlari ke kamar mandi untuk memenangkan diri.

[Sudut pandang Akane Harumi]
Kyaa!! Aku mengatakannya. Aku benar benar mengatakannya. Sudah lama aku tidak mengucapkan itu dan apa apaan tadi? Izu kun sangat keren.
"Tenang, tenanglah Akane Harumi."
Aku mencoba menenangkan diriku dan beranjak keluar kamar. Saat aku berada didepan pintu masuk, aku melihat wajah Izu kun. Di pipi kirinya ada luka memar. Sepertinya itu bekas pukulan anak laki-laki tadi.
"Izu kun, pipimu."
"Ah bukan apa apa. Ini bahkan tidak terasa sakit."
"Berhentilah berbohong, duduklah disana aku akan mengambil es batu."
"Ba-baiklah namun apa aku bisa memakai baju dulu?"
Saat kusadari, Izu kun sedang setengah telanjang. Sepertinya dia lupa membawa baju gantinya saat mandi. Aku melihat tubuhnya yang terlatih, itu terlihat sangat keren.
"Ma-maaf Haru chan bisakah kamu tidak menatapku seperti itu?"j
"Ah, iya maaf Izu kun. Itu cukup keren."
Aku langsung lari mengambil kain dan kotak es batu. Setelah membuat kompres es nya, aku langsung kembali ke sofa. Disana sudah ada Izu kun yang menunggu.
"Maaf menunggu lama Izu kun."
"Tidak, aku juga baru sampai."
"Perlihatkan pipimu itu!"
Izu kun menampakkan pipinya kearahku. Luka memarnya sampai berwarna biru. Sepertinya cukup parah.
Aku mulai mengompres lukanya dengan kain yang sudah dibaluti es.
"Aw... Pelan pelan Haru chan."
"Lain kali kamu harus lebih berhati hati. Aku tidak mau kamu terluka lagi."
[Sudut pandang Shuji Izumi]
Aku kan melakukannya demi dirimu dan bisakah kamu tidak berekspresi seperti ingin menangis?
"Iya aku akan lebih hati hati. Namun kamu juga harus lebih berhati hati Haru chan. Kemungkinan penganggu seperti mereka akan datang melihat perempuan cantik nan imut sepertimu."
"Cantik nan imut..."
Oi, apa kamu mendengar peringatanku?
Selagi Haru chan mengompres lukaku sambil senyum senyum sendiri, aku sudah tidak merasakan sakit lagi. Ia pasti bisa menjadi dokter yang hebat.
"Sudah Haru chan. Lukaku sudah lebih baik."
"Benarkah? Fuhhh, syukurlah."
"Yah, itu semua berkatmu juga sih. Terimakasih perawatannya Haru chan."
"Sama sama. Namun sebelum itu."
Haru chan mendekati pipiku. Dia sangat dekat.
"Fuhhh..."
Dia meniup niup luka memarnya. Aku bisa merasakan hawa hangat yang datang dari mulut nya, namun dengan jarak sedekat ini dia bisa menciumku.
"O-oke aku paham paham."
"Hihihi, kalau begitu ayo kita membuat makan malam."
Haru chan bersenandung kearah dapur dan meninggalkan aku yang masih shock dengan tindakannya.
"Kurasa aku tidak akan tidur nyenyak malam ini."

Mengutang Dapat Tunangan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang