Penguntit

4 1 0
                                    

"Ah jadi begitu ceritanya. Maaf sudah salah paham Izumi kun."
"Iya tidak apa apa. Aku justru senang melihat orang tua sepertimu mengkhawatirkan anaknya."
"Ah maaf."
Apa yang kulihat tadi air mata? Kenapa Kyoto san menangis? Apa aku melakukan kesalahan?
"Akhirnya ya Harumi. Kamu mendapatkan nya."
"Iya, itu semua berkat Izu kun juga."
Eh? Apa hanya aku yang tidak mengerti situasi ini?
"Maksudnya teman loh Izumi san. Onee chan tidak pernah punya teman bahkan sampai berkunjung ke rumahnya dan itu adalah pertama kalinya."
"O-oh syukurlah ya."
"Iya terimakasih Izumi san."
"Bukan apa apa. Itu juga berkat usaha Haru chan juga."
Kami mengobrol sepanjang waktu tentang Yuuta dan Chisato. Wajah mereka tampak bahagia sekali. Cukup untuk membuatku rindu dengan orang tuaku.

Setelah mengobrol, aku mencuci piring bekas sarapan. Saat itulah alarmku berbunyi yang berarti sudah masuk jam 07:00AM. Itu adalah waktunya aku dan Haru chan ke sekolah. Namun saat itu juga kami harus berpisah dengan Airi chan.
"Terimakasih untuk dua harinya. Tolong jaga oneechan ya Izumi san."
"Terimakasih juga bantuanmu Airi chan. Datanglah lagi lain waktu."
Aku memberikan duplikat kunci pintu kami kepada Airi chan.
"Rumah kami selalu terbuka untukmu Ai chan."
"Terimakasih. Kalau begitu aku pergi dulu ya."
"Sampai jumpa lagi."
Mobil Eimi san pergi menjauh dan mulai menghilang dari pandanganku. Jujur awalnya aku sangat sulit menerima Airi chan namun kepergian nya agak membuatku sedih.
"Jadi, ayo kita berangkat Haru chan."
"Baiklah."
Kami sampai di sekolah lebih cepat dari kemarin. Jadi sebelum bel pelajaran berbunyi aku dan Haru chan mengobrol dengan pasangan tolol dikelas.
"Datang cepat hari ini Izumi."
"Apa kamu menggendong Harumi chan lagi?"
"Berisik. Sudah hentikan itu."
Belum apa apa sudah digoda dan apa apaan itu? Kenapa Chisato bisa tau? Sialan kamu Yuuta.
"Nee Izumi. Apa kamu masih penasaran dengan penguntit yang kamu ceritakan dulu?"
"Hah? Sebentar kuingat dulu."
Penguntit ya? Ah aku ingat saat di GOR.
"Aku ingat, yang di GOR itu kan?"
"Yups, apa kamu masih penasaran siapa orangnya?"
"Tentu saja. Aku bahkan belum berterimakasih kepadanya. Ia selalu membawakanku botol minum dan handuk. Bahkan saat aku ke toilet sebentar, bola yang awalnya berserakan sudah terkumpul di tempatnya."
"Heee, jika kamu ingin tahu datanglah ke tempat biasa saat jam makan siang nanti. Oh iya, bawakan 1000 yen ya sebagai bayaran informasi."
"Hah? Tunggu kenapa kalian bisa tau?"
*kringg
"Ah sudah bel, kalau begitu sampai jumpa."
"Sial, segalanya sesuai rencanamu ya."
Saat aku kembali ke tempat duduk. Haru chan tampak menutupi mulutnya. Sepertinya dia bergumam sesuatu. 

Mengutang Dapat Tunangan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang