KEDELAPAN

245 44 10
                                    

________

Kriiet

Jisung segera turun dari tempat tidurnya menyambut Minho yang berjalan mendekatinya dari arah pintu masuk

"Duduklah, aku akan menghampirimu"

Jisung menyanggupi dan mengangguk patuh.

"M-mengapa mereka tidak mau masuk?" Jisung yang sudah tidak sabar pun langsung bertanya setelah melihat Minho yang hampir sampai di tempatnya. Minho sendiri tidak langsung menjawab, dia tersenyum tenang sebentar lalu mengajak yang lebih mungil darinya untuk duduk bersama

"Mereka memang akan bertemu denganmu, tapi nanti. Sekarang, keluarga dari mendiang Hyunjin yang akan bertemu, bagaimana? Apa itu mengganggumu?"

Deg

Bukan Jisung tidak mau, hanya saja sudah terlalu lama Jisung tidak bertemu dengan keluarga mantan kekasih sekaligus sahabatnya itu. Terakhir bertemu beberapa tahun yang lalu, ketika Jisung berada di rumah sakit yang sama dengan Jeongin, menantu mereka di rawat juga di rumah mereka saat Jisung akan bekerja kembali ke panti.

Sekilas bayangan akan penolakan dan kemarahan besar dari nyonya Hwang mengganggu mentalnya, menggoyang keyakinannya yang semula besar. Bayangan bagaimana nanti mereka akan menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa anaknya dan juga menantu kesayangan mereka perlahan terlihat jelas dalam angannya

"Aku pikir, lebih baik kalau bertemunya di lain hari sa— "

"Jangan!__" Jisung tiba tiba menahan lengan besar itu, menariknya dengan lembut untuk si empunya duduk kembali "Aku baik baik saja. Aku, ingin bertemu mereka"

Haahh..

Minho bernafas berat, menatap teduh Jisung yang malah terlihat tidak siap. Ia takut kalau omega kecil ini akan kembali jatuh sakit, untuk kesekian kalinya. Setidaknya, biarkan dia bahagia walau sebentar saja.. begitu pikir alpha dalam dirinya

"Tapi, kamu terlihat tidak siap. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

Ucapan itu dibalas dengan gelengan kepala ribut Jisung, membuat ujung ujung rambutnya yang menjuntai bergerak gerak lucu, ke kiri dan ke kanan "Tidak, tidak ada. Aku hanya ingin bertemu mereka" Ujarnya dengan jujur

Minho mencoba mencari kebohongan dari sorot mata itu, tapi ujungnya dia menyerah karna Jisung yang balas menatapnya dengan sorot yang teguh pada pendiriannya. Minho menyerah, akhirnya dia mengangguk setuju

"Baiklah, tapi berjanji untuk berkata jujur kalau merasa tidak nyaman nantinya"

Jisung mengangguk mengiyakan, kini wajahnya terlihat lebih serius dari yang tadi. Dia mantap dengan pilihannya, ini tidak boleh diundur lebih lama, Jisung harus segera bertemu dan menjelaskan apa yang sudah terjadi dari mulutnya sendiri.

"Terimakasih, tapi sebelum itu apa aku boleh minta permintaan Minho ssi?"

Minho langsung mengangguk menjawab pertanyaan sederhana itu, tanpa perlu memikirkannya kembali

Walau ragu, tapi Jisung berusaha meyakinkan dirinya. Dengan sungkan, Jisung mengangkat kepalanya kembali setelah sempat tertunduk ragu ketika meminta ijin dari alpha muda dihadapannya ini, "Bisakah,.. bisakah Minho ssi menemani selama perbincangan nanti?"

Jisung rasanya mau mati setelah mengucapkan rentetan kata itu dari mulutnya. Buru buru dia menduduk kembali, tidak berani menatap mata tajam sang dominan lebih lama dari itu. Entah dari mana keberanian dan ide gila seperti ini datang

Menemaninya selama perbincangan? Apa apaan itu? Melibatkan orang lain lebih jauh dari ini dalam masalah pribadimu, Han? Kau benar benar gila.

"Tentu"

OMEGA [MINSUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang