KESEMBILAN

288 41 0
                                    

________

Masih di ruangan yang sama, tapi di waktu yang berbeda. Mengingat beberapa saat yang lalu, Jisung yang tidak sadarkan diri dan sampai sekarang belum juga ada tanda tanda dia akan bangun dari ketidak sadarannya.

Minho menatapnya iba, mencoba menepis kemungkinan kemungkinan buruk apa lagi yang akan terungkap dan mematahkan hati kecil si mungil Han Jisung.

Di tengah kesunyian, dimana dia menunggu Jisung membuka matanya dan kembali tersenyum dengan senyuman indah itu, Minho melangkahkan kakinya menuju pintu di ujung sana. Dengan raut wajah datarnya, dia menyapa orang orang yang sialnya masih ada disana. Berdiri menatap pintu yang sudah dia bukakan.

Kriiet

"Bukankah saya sudah katakan tadi, kalau Jisung saat ini tidak usah dipaksa untuk mendengar kalian dulu?"

Benar, Minho sudah mengatakannya. Tepat saat Jisung tengah ditangani oleh tenaga medis. Minho meminta tolong dengan sangat agar mereka keluar dan silahkan menemui Jisung kembali di kemudian hari.

"Saya mau berbicara dengan nak Minho, bukan dengan Hanjis"

Perempuan tadi, yang mengungkapkan kalimat kalau anak Hyunjin bukanlah Hyunjeong, tapi Hwan Sun anak dari Hanjis.

"Saya rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan nyonya, jadi saya harap untuk bertemu dikemudian hari"

"Tung- tunggu! Nak Minho tidak ingin mendengar kisah itu dulu? Kumohon, ada yang ingin kami sampaikan.."

Nafasnya ia hembuskan perlahan, Minho mencoba untuk bijak menanggapi situasi yang terjadi saat ini. Jangan sampai marah sumbu pendeknya merusak segalanya

"Begini, tuan dan nyonya__" Minho memperbaiki cara berdirinya menghadap orang dihadapannya yang menjadi lawan bicaranya kini, "Saya tidak mau tau soal kisah apa pun kalau bukan dari Jisung sendiri, saya sudah bulatkan itu dalam diri saya. Sekarang yang terutama adalah kesembuhan Jisung dan si bayi kecil entah siapa namanya tapi yang jelas untuk saat ini, mereka berdua adalah tanggung jawab saya"

Tap

Minho mundur selangkah untuk memberi jarak lalu memberi hormat dengan sedikit membungkukkan badannya, "Saya mohon untuk meninggalkan tempat ini, karna saya tidak mau ada keributan dan semakin membuat Jisung terpuruk" Sebelah tangannya terulur ke samping dengan telapak tangan terbuka keatas, mempersilahkan mereka untuk berlalu

Mata mereka sempat bertemu, dan Minho menangkap gurat kesedihan dan kekecewaan disana. Sampai akhirnya, ego mereka menyerah. Mereka memilih untuk pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulut mereka. Berjalan terus, sampai siluet mereka hilang dari balik dinding yang mereka lalui.

.

.

Pukk

Pukk

Tangan besar Minho bergerak perlahan, mengusap lembut lengan Jisung dari balik piyamanya. Matanya tidak lepas dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, sambil berdoa dalam hati meminta mukjizat

"Tidak bosan tidur terus, hm?"

Sreet

"Bayi kecil merindukanmu disana. Tidak mau menyapanya?"

Kalimat itu terlontar begitu saja, mengalun berharap Jisung mendengar dan mau bangun dari tidurnya. Terhitung sejak tadi, artinya Jisung sudah tidak sadarkan diri hampir 5 jam lamanya, dan itu benar benar berhasil membuat Minho mendapat kecemasan yang bukan main main

Drrt

Getaran dari ponselnya memecah fokusnya dari Jisung. Matanya bergulir ke objek di sebelahnya, menunjukkan sebuah nama disana. Tangan besarnya kemudian diangkatnya, memisahkan diri dari lengan Jisung untuk menjawab panggilan itu.

OMEGA [MINSUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang