KETUJUH

224 48 1
                                    

_______________

Jisung memberanikan diri untuk menatap Minho dengan matanya yang berlinangkan air mata. Sudah terlanjur, mau ia tutupi pun.. Minho sudah terlanjur tau kalau dia menangis

"M-maaf kalau aku membuatmu —Sebentar aku ambilkan tisu untukmu"

Sreet

"Ini" Minho mengarahkan kotak tisu pada Jisung yang menerimanya baik. Minho sedikit menyesal sudah bertanya kalau pada akhirnya Jisung akan menangis. Seharusnya dia tidak bertanya tadi

"Aku, menyedihkan bukan? —Haha"

Itu bukan tawa menyenangkan untuk Minho, itu lebih ke tawa memaksa untuk terlihat baik baik saja. Minho hanya memilih diam, menatap sendu setiap pergerakan yang dilakukan Jisung. Dia ingin menjadi pendengar yang baik untuk kali ini.

"Dulu, kami masih baik sebelum Hyunjin datang dan menjadi kekasihku.. "

Ah, Hyunjin.. Hwang Hyunjin

"Aku tidak tau, ternyata Jeongin juga menyukai kekasihku__" Jisung menunduk dalam, tersenyum lemah menatap Yunyun yang terpejam, tidur dalam gendongannya.

Ah.. Jeongin.. T-tunggu, Y-yang Jeongin? Jadi, Yang Jeongin itu dia?

Minho berusaha untuk menutup keterkejutannya. Kembali diam, fokus pada Jisung. Mungkin setelah ini, dia akan memastikannya sendiri atau nanti bertanya langsung pada Jisung kalau keadaannya memungkinkan.

"Aku ingat benar, bagaimana aku memutuskan hubunganku dengan Hyunjin agar Jeongin bahagia"

Deg

Untuk kesekian kalinya Minho tertegun karna melihat Jisung yang tiba tiba menatapnya. Mata yang berlinangkan air mata itu perlahan memancarkan sinarnya, seakan mengatakan dia adalah pria yang kuat. Lihatlah, Jisung tersenyum.

"Pasti ada alasan lain bukan? Tidak mungkin kamu tiba tiba putus dengan si Hyunjin itu" ucapnya jengkel

Jisung yang mendengar pun hanya tertawa renyah. Beruntung dia punya teman berbicara yang asik seperti Minho.

"Hah..__" Si mungil menghela nafasnya sambil memejamkan matanya dengan singkat "Memang bukan tanpa alasan. Jeongin sakit. Dia meminta Hyunjin padaku sebelum dia akhirnya koma setelah kecelakaan beberapa tahun yang lalu"

Minho tidak bisa menutup keterkejutannya. Dahinya mengkerut, membuat garis garis halus berbentuk disana

"Awalnya aku mengira kalau semua baik baik saja, tapi ternyata tidak. Jeongin mencintai Hyunjin, dan begitu pun sebaliknya. —Aku mengalah, dan mereka hidup bahagia. Bahkan sampai di nafas terakhir mereka pun, mereka tetap bersama.."

Jisung mengakhiri kalimatnya dengan senyuman dan dengan tatapan telak di manik mata Minho.

Senyuman yang menyiratkan kepedihan itu tampak jelas sekali di wajah Jisung, sedikit mencekik rasa di dada Minho. Ternyata di dunia ini, bukan hanya dirinya yang gagal dalam urusan percintaan.

Minho yang merasa salut akan pria mungil ini, lantas membuat garis lengkungan tipis di wajahnya. Dia tersenyum bangga menatap Jisung yang masih menatapnya dengan sirat kepedihan.

"Harus ku akui, kamu pria yang hebat"

Jisung tersenyum lebar saat mendengar kalimat itu sampai ke telinganya. Walau Jisung tidak merasa kalau itu suatu kehebatan, namun dia tetap menghargai pujian itu

"Trimakasih, tapi itu tidak seperti yang terlihat. Jangan mau tertipu oleh apa yang kamu lihat sementara ini, tuan muda Lee" Diam diam Minho membenarkan. Kalimat itu benar, atau memang dia yang terlalu naif untuk dibohongi, dia juga tidak mengerti.

OMEGA [MINSUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang