13 [SUSPECT]

348 38 2
                                    

.
.
.
.
.

"Dia.. dia yang membunuh putriku.. DIA!!"

Suasana ruang sidang menjadi lebih emosional, semua orang menaruh simpati dan puluhan kamera menyala blitz-nya tanda ratusan foto sudah terekam, hakim mengetuk palu sebagai perintah mutlak untuk bungkam lalu tangis pilu wanita didepan sana masih mengundang iba banyak orang.

"Pengacara tersangka silahkan bicara"

Pria dengan jas formal itu mendekat, membawa beberapa kertas dan berdiri dengan tegap meski sudah kehilangan motivasi, kemenangan atas kasusnya seperti mustahil.

"Yang mulia, tidak ada bukti jelas jika tersangka adalah pelakunya, tidak ada barang bukti-"

"TAPI TERAKHIR KALI ANAKKU ADA PADA BAJINGAN ITU! DIA IBLIS DIA IBLIS!!"

"Mohon untuk tetap tenang, jika tidak saya akan menunda sidang ini! "

Hakim memberi tatapan tegas dan tangis pilu itu masih terdengar, lantas setelah mendengar pembelaan pihak tersangka, menunda pengadilan adalah hal yang baik untuk dilakukan.

Wanita itu mengepalkan tangan dan mengeraskan tubuh saat sang suami mendekat dan mengelus punggungnya meski sama sama berlinang air mata.

Lalu beberapa kertas terlempar mengenai pria tertunduk dikursi tersangka.

"Ini tidak mudah.."

"Kau percaya aku melakukannya? Lalu kenapa kau ada disini?"

"Dengar! Aku masih membelamu! Tapi paling tidak bantu aku meringankan hukumanmu!"

"Hukumanku? Hukuman apa?"

"Kau akan dapat keringanan jika tidak ada bukti dan mengakuinya, Jim, paling tidak dengan tuduhan penelantaran anak"

"Gila, kau sebut dirimu pengacara dan kau lakukan ini padaku?"

Mata elangnya menatap sekeliling yang dipenuhi hujatan tajam, ia satu satunya monster disana tanpa tau apa yang sudah ia perbuat.

Menculik seorang anak dan membunuhnya tidakkah itu terlalu kejam baginya yang mulai hidup sebagai masyarakat normal?

Tidak ada yang peduli itu, catatan kriminalnya membuat setiap orang bebas menunjuk nunjuk ia sebagai yang paling hina.

"kau akan menerima balasannya!! Kau tau kau akan membusuk dipanjara BRENGSEK!"

Rasa iba itu masih melekat kala melihat seorang ibu menangis terisak disetiap persidangan kematian putrinya, meraung atas keadilan dan menolak kenyataan yang ada.

Lantas semua semakin memojokkan Jim untuk masuk bui dan jadi tengkorak disana.

___

2 Agustus 2020
23:47

Hari sudah larut, tak ada yang difikirkan selain menikmati waktu tidur sepanjang malam setelah lelah bekerja.

Jane,
Wanita cantik pelayan cafe ini terbiasa kembali malam hari demi sejumlah uang perbulan.

Menghela nafas atas rutinitas bak robot pekerja, ia memencet bel apartemen beberapa kali sambil menunggu suaminya menyusul dari basement membawa bahan makanan.

Tapi tak ada jawaban apapun...

"Kenapa tidak masuk?"

"Hana tidak membuka pintunya.."

"Apa?"

Raut panik itu kentara terlihat lantas pintu di ketuk brutal berulang kali, tapi tetap sama, hening disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

By.JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang