06. Serangkaian Tes

17.4K 1.4K 58
                                    

___________

Hari ini Iqfanny sudah bersiap dengan pakaian hijau pupus yang terlihat sangat pas ditubuhnya. Tidak kebesaran dan tidak kekecilan. Memang ukuran tubuhnya dan Almarhumah Tifanny tak jauh beda. Tapi Tifanny lebih tinggi 5 Senti dari Iqfanny.

Dengan make up senatural mungkin, lipstiknya pun juga warna nude. Ia memang tak suka memakai lipstik yang warnanya begitu cerah. Menurutnya malah terlihat menor. Dan Iqfanny akhirnya siap untuk berangkat. Tapi malah Aqsa belum kunjung datang, padahal jadwal tes dibuka sudah tinggal 1 jam lagi. Jika mereka terlambat, mungkin Iqfanny akan menunggu lebih lama lagi dan bisa saja ia akan selesai sampai malam.

Dan akhirnya yang ditunggu datang juga. Aqsa terlihat seperti sedang buru-buru. Mereka langsung saja berangkat. Sampai Iqfanny tak sempat menanyakan apapun perihal keterlambatan Aqsa barusan. Ia juga sebenarnya penasaran, mengapa Aqsa terlihat begitu terburu-buru? Apakah ia memiliki pekerjaan yang tak bisa ditinggal? Jika begitu, harusnya Aqsa mengatakannya bukan? Agar Iqfanny tahu dan tak menunggunya.

"Nanti kalau ditanya, harus lebih dulu menjawabnya dengan kata Siap, lalu Izin. Coba katakan." Ucap Aqsa ditengah perjalan mereka.

"Siap, izin Mas. Begitu Mas?" Tanya Iqfanny.

"Hem." Angguk Aqsa.

Tak lama akhirnya mereka sampai. Memang jaraknya begitu dekat dengan Bataliyon, hanya beberapa menit saja. Sebenarnya Iqfanny juga bisa berangkat sendiri. Tapi Aqsa sudah berjanji untuk menjemputnya hari ini. Jadi ia pun menunggu, tapi tak tahu jika Aqsa akan terlambat menjemputnya. Sudahlah.

Iqfanny langsung diantar Aqsa ke salah satu ruangan yang memang sudah serba hijau dari mereka masuk tadi. Didepan ruangan itu, sudah ada beberapa orang yang sepertinya juga adalah calon Persit.

"Saya tidak bisa menemani kamu masuk. Tapi nanti saya sudah akan disini sebelum kamu selesai." Ucap Aqsa.

"Baik Mas." Angguk Iqfanny.

Tanpa basa-basi lagi, Aqsa langsung berlalu. Segera Iqfanny bergabung dengan beberapa calon Persit disana.

"Assalamu'alaikum." Salam Iqfanny sambil tersenyum ramah.

"Wa'alaikumsalam." Jawab mereka melihat Iqfanny.

"Izin mbak, saya Iqfanny. Tesnya belum dimulai kah?" Tanya Iqfanny pada salah satu yang duduk tepat disampingnya.

Calon Persit yang satu ini terlihat lebih wah menurut Iqfanny. Bibirnya berpoles merah dan alisnya juga terukir indah. Apalagi bulu mata anti badainya. Membuat Iqfanny menahan rasa untuk tidak menegurnya.

Ia belum menjadi istri tentara, mana mungkin berani menegur langsung. Bisa-bisa ia langsung di blacklist oleh ibu ketua Persit saat pengajuan nanti, hehe.

"Oh iya, saya Dwi. 5 menit lagi katanya." Ucapnya dengan wajah yang lumayan mengesalkan menurut Iqfanny. Tapi Iqfanny mencoba biasa saja.

"Oh begitu." Angguk Iqfanny.

"Btw, kamu calon istri Tamtama tingkat berapa?" Tanya Dwi dengan sombongnya.

"Eh maaf Mbak? Mm, saya tidak tahu pangkat calon suami saya apa." Jawab Iqfanny yang awalnya fokus dengan ponselnya.

"Ny. Iqfanny." Panggil salah seorang kowad muda yang memang bertugas di ruangan itu. Entahlah, Iqfanny pun tak tahu mengapa ada kowad disana.

"Siap, izin Ibu mohon petunjuk." Jawab Iqfanny dengan lugas.

"Silahkan masuk." Jawab Kowad yang Iqfanny lihat name tagnya bernama Mawar.

"Siap, Ibu. Siap, izin Mbak, mendahului." Ucap Iqfanny pada mereka semua yang ada disana.

(Bukan) PENGGANTI ✓ [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang