07. Pengajuan (Rumah Danki)

17.6K 1.2K 34
                                    

___________

Iqfanny sudah siap dengan pakaian hijau pupusnya. Tas hitam yang menjadi ciri khas istri prajurit pun sudah melekat ditangannya. Aqsa sudah dalam perjalanan, sehingga Iqfanny pun keluar dari penginapan. Menunggu Aqsa di lobi penginapan.

Terlihat mobil Aqsa memasuki halaman penginapan. Iqfanny langsung beranjak. Dilihatnya Aqsa juga langsung keluar.

"Sudah siap?" Tanya Aqsa.

"Sudah Mas." Angguk Iqfanny.

"Ayo, langsung masuk." Ucap Aqsa.

Mereka masuk ke mobil. Dan Aqsa langsung melajukan mobilnya menuju ke Bataliyon.

"Hari ini kita akan menghadap ke beberapa atasan saya. Buku panduan hafalan pengajuan yang saya berikan sudah kamu hafalkan kan?" Tanya Aqsa.

"Alhamdulillah sudah Mas." Angguk Iqfanny.

"Yasudah, jangan khawatir, jangan gugup. Ada saya disamping kamu." Ucap Aqsa dengan tegas.

Iqfanny menoleh ke Aqsa yang mengemudi. Aqsa jika bicara banyak seperti ini terlihat sangat tampan. Iqfanny memang sudah menyadari jika ada perasaan berbeda yang ia simpan. Tapi ia masih tak mengerti, mengapa bisa secepat itu? Hanya itu.

Mereka akhirnya sampai di Bataliyon. Memarkirkan mobilnya di samping provost. Aqsa dan Iqfanny akhirnya berjalan menuju gang rumah asrama Ranting 1 Kompi Markas. Ada beberapa calon Persit bersama dengan calon suaminya. Mereka juga pengajuan hari ini.

"Yang pengajuan periode ini lumayan banyak. Ada 5 calon." Ucap Aqsa yang mengerti dari arah pandang Iqfanny yang terus menatap para calon Persit.

Iqfanny hanya mengangguk, tak menanggapi lebih. Ia masih mempersiapkan diri saat bertemu dengan atasan Aqsa. Entah ia bisa menjawab atau tidak.

"Nanti kalau ditanya sudah berapa lama kita kenal, jawab saja 7 tahun." Ucap Aqsa lagi.

Iqfanny diam, memikirkan ucapan Aqsa. Artinya itu adalah masa dimana ia menjalin hubungan dengan Tifanny kan? Ia harus menjadi seorang Tifanny didepan atasannya? Apakah Aqsa tidak memikirkan perasaannya? Sesak, dada Iqfanny rasanya nyeri mendengarnya. Tapi mau bagaimana lagi, ini demi orang tuanya. Ia tak ingin mereka kecewa padanya.

Dan akhirnya mereka sampai di rumah Danki Ranting 1. Mayor Amerta Tirtayasa Adiguna S. Tr. Han. Berhubung Aqsa adalah seorang Danton (Komandan Peleton), jadi ia tak perlu menghadap Danru, Baton, dan Batih, karena itu adalah tingkatan dibawahnya. Ia bisa langsung ke Danki (Komandan Kompi), yang merupakan atasannya. Terlihat dihalaman rumahnya ada motor Vario hitam. Dan dapat dipastikan jika Kapten Tirta ada dirumah.

"Assalamu'alaikum Komandan!" Salam Aqsa. Iqfanny hanya berdiri disampingnya menunggu sang pemilik rumah keluar. Pintu terbuka, dan Mayor Tirta keluar dengan pakaiannya yang sudah rapi.

"Wa'alaikumsalam. Lettu Aqsa. Sudah lama?" Jawab Mayor Tirta.

Sebelumnya Aqsa memberi hormat pada Dankinya. "Siap, baru saja Ndan." Jawab Aqsa.

"Mari masuk." Ucap Mayor Tirta.

Aqsa dan Iqfanny memasuki rumah Mayor Tirta. Rapi dan bersih. Disudut ruangan Iqfanny bisa melihat jika ada beberapa mainan anak-anak seperti mobil-mobilan disana. Iqfanny yakin jika Mayor Tirta sudah memiliki anak.

"Dek, ini loh Lettu Aqsa sudah datang!" Panggil Mayor Tirta pada istrinya yang mungkin masih di kamar.

"Sebentar Bang." Terdengar sahutan. Suaranya lembut, dan Iqfanny meyakini jika dibalik suara itu pasti orangnya sangat cantik. Apalagi Mayor Tirta juga tampan.

"Kapten Agus belum pulang dari Medan, Sa?" Tanya Mayor Tirta.

"Siap Ndan, belum. Tadi saya lewat depan rumahnya asih tertutup rapat." Jawab Aqsa.

(Bukan) PENGGANTI ✓ [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang