15. Menentukan

19.7K 1.2K 43
                                    

_____________

1 hari dirumah Ayah Damar, kini Aqsa memboyong Iqfanny kerumah orang tuanya. Akan tinggal sehari juga, lalu esoknya akan pulang ke Bandung. Kini Iqfanny dilepas Ikhlas oleh orang tua Iqfanny dan disambut hangat oleh orang tua Aqsa. Umi Alisha dan Abi Alfath begitu senang saat menantunya dibawa pulang oleh Aqsa. Umi Alisha bahkan sudah mendekap hangat Iqfanny dan mengobrol bersama.

Sementara Aqsa langsung beranjak ke kamarnya. Meletakkan koper Iqfanny dan membersihkan kamarnya dari barang-barang milik Tifanny. Ia tak ingin Iqfanny malah berkecil hati saat melihat barang Tifanny yang masih tertinggal. Foto-foto dalam frame langsung Aqsa masukkan ke kotak. Pakaian couple mereka jaman awal-awal pacaran bahkan masih ada, dan itu juga masuk ke dalam kotak. Itu adalah pakaian pertama yang mereka punya bersama tepat dihari jadi mereka yang ke 1 tahun.

Aqsa lalu melihat beberapa hadiah seperti jam dan benda-benda favorit Aqsa yang dibelikan Tifanny. Ia masukkan juga ke dalam kotak. Tidak apa, ini hanya barang, dan akan ia simpan. Meski ia tak akan melihatnya lagi dalam waktu lama, kenangannya masih akan berada di ingatan Aqsa.

Dan yang terakhir Aqsa mengambil plastik kecil dari tas yang dibawanya dari rumah orang tua Iqfanny. Plastik kecil berisi memori card, isinya adalah foto, video, bahkan rekaman suara dari Tifanny. Dan dengan hati ikhlas ia masukkan juga ke dalam kotak. Lalu menutupnya rapat dan membawanya ke gudang belakang. Tempat yang tak mungkin akan dijangkau Iqfanny selama tinggal dirumah ini.

"Mas sudah ikhlas, dan maaf harus menyimpanmu rapat-rapat. Kini, ada hati lain yang harus Mas jaga perasaannya. Jangan marah ya, jangan sedih, kamu masih tetap ada di ingatan Mas." Bisik lirih Aqsa.

Kamarnya kini sudah bersih dari barang-barang Tifanny. Dan itu mungkin tak akan membuat Iqfanny mengingat rasa bersalahnya pada Tifanny. Ya, Aqsa tahu jika sebenarnya Iqfanny begitu merasa bersalah sudah mau menjadi pengantin pengganti Tifanny. Ia seolah tengah melakukan dosa pada Almarhumah Tifanny.

Sungguh, ia melihatnya begitu sakit. Entahlah, seperti ada rasa sesal karena Iqfanny terus menyalahkan dirinya. Padahal semua ini sudah ditakdirkan pada mereka. Iqfanny tidak salah, Tifanny pun juga. Semua adalah kehendak Allah SWT.

🕊️

Malam pertama mereka berada di rumah Abi Alfath. Keduanya bahkan hanya bertemu sekali saat waktu Maghrib karena sholat berjamaah. Lalu saat makan malam, hanya diisi suara milik Umi Alisha yang mengobrol bersama Iqfanny. Setelah makan malam, Aqsa terlihat mengobrol bersama Abi Alfath di teras samping.

Sementara Iqfanny ikut bergabung dengan Umi Alisha yang kini di dapur, hendak membuat teh untuk Abi.

"Umi, mau buat teh untuk Abi ya? Kalau boleh biar Iqfanny saja Umi, sekalian dengan Mas Aqsa." Tawar Iqfanny.

"Ya sudah, terima kasih ya Nduk" Tanya Umi.

"Nggih Mi." Iqfanny mulai bersiap membuat teh yang dipantau langsung oleh Umi Alisha.

"Di ingat ya Nduk, takaran gula untuk teh Aqsa itu hanya 1 setengah sendok makan. Lebih dari itu, dia tidak mau meminumnya sampai habis. Nah kalau untuk Abi, satu sendok saja ya Nduk. Umi jadi teringat dulu, saat Tifanny membuatkan Aqsa teh. Takaran gulanya bahkan 2 setengah sendok. Alhasil itu membuat Aqsa merasakan manis sekali di lidahnya. Dan berakhir hanya diminum setengah gelas oleh Aqsa." Ucap Umi sambil mengingat kenangan bersama Tifanny.

Sungguh, Iqfanny tak cemburu mendengarnya. Hanya saja, ia teringat saat tiap kali Iqfanny membuatkan teh dengan takaran gula 2 sendok makan. Tapi Aqsa malah menghabiskannya hingga tandas. Membuat Iqfanny mengerut heran. Apa Aqsa melakukannya hanya demi menyenangi hatinya saja? Ah, itu terasa tidak mungkin baginya.

(Bukan) PENGGANTI ✓ [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang