• BADGIRL UNDERCOVER •

2.9K 46 4
                                    

Badgirl Undercover
©® by Ourmate

::

"V-vano, k-kayaknya kita jangan terlalu deket." Gadis dengan seragam yang kebesaran itu menunduk sambil memainkan ikat rambut di tangannya.

"Kamu dibully lagi sama mereka?Key, ehm Lala... Kamu gak perlu takut sama mereka. Ada aku." Cowok berperawakan tinggi dan paras tampan itu menunduk, menyejajarkan tinggi agar bisa melihat wajah gadis itu.

"P-pokoknya kamu jauhin aku. Please, Van!" Gadis itu segera bergegas pergi setelah mengatakan itu. Namun langkahnya terhenti, karena Vano memegangi tangannya.

"Ga bisa, La... aku udah terlanjur sayang sama kamu. A-aku suka sama kamu sejak pertama kita ketemu." Gadis bernama Lala itu menarik tangannya paksa. Mereka menjadi pusat perhatian kini. Karena suara Vano cukup keras ketika menahan Lala, banyak bisik-bisik yang menimbulkan kegaduhan suasana koridor kelas. Gadis itu berlari pergi, tak lagi peduli pada apa yang ada di belakangnya.

Lala masuk kamar mandi secepatnya, ia menyalakan wastafel dan membasuh wajahnya dengan air. Suara pintu terbuka dengan keras mau tak mau membuat Lala menoleh ke arah tiga manusia berseragam pressbody dan make up khas anak SMA yang tengah kasmaran.

"Heh, teletubis! Udah gue bilang jauhin Vano, lo masih gatel aja nempel-nempel kayak ulat bulu!" Mara mencengkeram lengan kiri Lala.

Lala melepaskan tangan Mara dengan kasar. Membuat ketiga orang itu menganga tak percaya.

"Oh, udah mulai songong lo gara-gara omong kosong Vano barusan?" Bela menarik dagu Lala yang hanya ditatap tajam oleh Lala.

Tangan Bela mengendur, lalu melepas dengan sendirinya. "Ih, liat tuh dia berani melototin gue!" adu Bela yang kemudian mundur.

Dira menuangkan air dari gayung ke kepala Lala dengan santai membuat ketiganya tertawa mengejek. Sejauh ini, Lala masih diam dengan tatapan tajam menatap ketiganya.

"Ok, ini peringatan terakhir. You know, come on guys. Kita tinggalin teletubis yang basah kuyup ini sendirian!" ujar Mara sambil melangkah keluar.

Lala menutup pintu. Menghadang ketiga gadis yang berseragam sama dengannya itu. Ia menarik kuncir rambutnya yang basah lalu membuka seragam atasnya menyisakan kaos lengan pendek berwarna hitam dengan logo kepala tengkorak.

"Mau apa lo, minggir!" Mara membentak.

Lala menatap gadis itu tajam. Lalu menarik rambutnya sendiri hingga terlepas dari kepalanya.

"See, yang lo siram cuma wig." Lala tersenyum puas melihat wajah kaget ketiganya.

Lala menegakkan tubuh, tak lagi membungkuk seperti kesehariannya selama ini. Langkahnya mantap dan penuh percaya diri. Seolah gadis itu bukan Lala. Kesan lugu, polos, dan nerd lenyap begitu saja dari sosoknya yang sekarang.

"Ada alasan kenapa gak ada kakak kelas yang berani bully gue. Bahkan sampai mereka lulus dari sekolah ini." Lala mencuci kedua tangannya dan mengibaskan rambutnya.

"Anak cupu, polos, nerd, gak punya temen, dan kemana-mana sendiri bisa lolos dari koridor kantin selama 3 tahun tanpa pembullyan. Bukannya aneh?" Lala meraih tisu dan mengeringkan tangannya.

"Bukannya seharusnya gue sasaran empuk buat jadi bahan olokan mereka? Tapi saat gue lewat lapangan basket waktu mereka main pun, gak ada yang berani ngusik gue. Gue bebas berkeliaran kemanapun sendirian, tapi gak ada yang ganggu."

Lala mengeringkan wignya dengan hand dryer menimbulkan suara bising yang khas. Setelah merasa cukup kering, Lala memakainya kembali di depan kaca dan mengikatnya satu ke belakang. Kemejanya yang ikut basah ia lemparkan pada Dira.

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang