•Twins 4

4.3K 84 0
                                    

Twins 4

::

"Masih sanggup menolakku, twins?"

Tantang Lafia dengan kerling mata dan gigitan bibir. Kedua lesung pipinya tampil seolah mengejek Leon. Sedari tadi, Leon bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya dari buah dada gadis itu. Tangannya benar-benar tergoda untuk menjamahnya.

Melihat Leon yang hanya terdiam membuat Lafia berinisiatif untuk memulai lebih dulu. Lafia menyugar rambut panjangnya ke belakang. Gerakan itu membuat dadanya membusung dan bergerak menggoda.

Leon mengalihkan tatapannya. Membuat Lafia tersenyum senang.

"Kau sangat manis sekali, twins. Pertahanan dirimu cukup kuat, mari kita lihat sejauh apa kau bisa menahannya."

Lafia mendekat ke arah Leon, mengalungkan kedua tangannya pada leher lelaki itu. Dada telanjang keduanya saling menyentuh tanpa penghalang. Lafia bahkan bisa merasakan detak tak beraturan yang dialami Leon. Ia tersenyum, semakin senang menggoda kembarannya itu.

Lafia memposisikan duduknya. Menempatkan ketegangan Leon pada belah pantatnya. Lelaki itu memejamkan mata sambil menggigit bibirnya sendiri, menahan erangan.

"Tatap aku, twins." pinta Lafia dengan nada manja.

Leon tetap bergeming. Tak menggubris panggilan Lafia.

"Le, kenapa kau tak mengacuhkanku?" tanya Lafia dengan nada lembut yang membuat Leon selalu goyah.

Tapi sekuat tenaga Leon menahan diri untuk tetap abai.

Lafia menurunkan tangannya dari leher Leon. Kali ini, tangannya memeluk pinggang lelaki itu. Membuat Leon terjengit kaget. Lafia membaringkan pipinya pada bahu lelaki itu. Tangannya mulai menjalar dan meraba bagian tubuh lelaki itu.

"Please, Fi. Stop it!" Leon menahan tangan Lafia yang semakin kurang ajar dalam menggodanya.

Lafia tetap merebahkan kepalanya di bahu Leon. Ia sedikit mendongak, meniup seduktif telinga lelaki itu. Membuat efek merinding yang menggetarkan tubuhnya.

"Fia," geram Leon kesal. Lafia terkikik kecil.

"Kalau kau mau aku berhenti, silahkan dorong aku." ucap Lafia enteng.

Ia memeluk Leon erat, menghirup feromon dari lelaki itu. Lafia cukup percaya diri jika Leon tak akan pernah mendorong Lafia meski dalam keadaan marah sekalipun. Lelaki itu selalu menjaganya. Tak pernah menyakitinya. Sekalipun!

"You can't?" tanya Lafia.

Kali ini tangannya bergerak di dada lelaki itu. Mengusap dan mulai menggoda putingnya. Ia tahu, titik sensitif lelaki di depannya adalah dua titik coklat menggemaskan itu.

Dengan satu gerakan, Lafia sangat terkejut ketika lelaki itu mendorong tubuhnya kasar. Leon mengungkung tubuhnya dengan kedua lengan kekarnya. Tatapan lelaki itu menggelap, sendu, dan tersirat keputusasaan di sana. Membuat Lafia menyentuhkan jemarinya pada rahang kokoh itu.

"I'm yours, Le. Miliki aku seutuhnya...," serah Lafia dengan mata yang berkabut gairah membuat pertahanan lelaki itu runtuh tak bersisa.

," serah Lafia dengan mata yang berkabut gairah membuat pertahanan lelaki itu runtuh tak bersisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leon mencium bibir Lafia. Melumatnya, membuka dan menelusupkan lidahnya, menari pada rongga mulut gadis itu. Mencecap dan menjelajah sepuasnya. Lafia mendorong wajah Leon ketika ia hampir kehabisan napas. Leon terengah, begitupun Lafia yang wajahnya merah padam karena kekurangan oksigen.

"Cantik," puji Leon sambil mengusap pelan bibir Lafia yang basah dan membengkak karena ulahnya.

Leon kembali memagut bibir Lafia. Hanya sebentar, lalu turun dan mulai mencecap leher mulus Lafia. Leon mengagumi leher Lafia, tahilalat di leher gadis itu semakin membuatnya bergairah. Leon langsung melahap leher itu seperti vampir yang kehabisan darah. Membuat jejak di mana-mana.

Tangan Leon tak tinggal diam, sudah meraba kemana-mana. Kini meremas dengan lancang dua gundukan yang daritadi menggodanya. Lelaki itu terus memainkan bulatan indah itu tanpa bosan. Seolah itu adalah mainan kesukaannya.

Bibirnya turun dari leher hingga ke puncak dada ranum milik Lafia. Perlahan, Leon memasukkan puting coklat muda itu ke dalam mulutnya. Menghisap dan memainkan lidahnya menggoda si pemilik.

"Emhh," erang Lafia saat lidah dan mulut Leon menggila di dadanya.

Leon menatap wajah terangsang Lafia, membuatnya semakin keras di bawah sana.

"Le...," rintih Lafia seraya memanggil namanya.

Leon semakin semangat memainkan gairah Lafia. Wajah gadis itu merah padam, bibirnya terbuka dan sesekali menggigit bibir bawahnya menahan desahan.

"Mendesahlah untukku, mine." pinta Leon dengan suara serak karena gairah yang terbakar.

Lafia menatap Leon dengan mata sayu. Leon mengusap kedua pahanya. Menurunkan g-string, dan menyentuh bagian paling senaitif di tubuhnya.

"Ahh, Le!" desah Lafia ketika jemari Leon mulai mempermainkan kewanitaannya.

"It's getting wet, baby...," bisik Leon dengan suara berat.

Lafia mendongakkan kepala, kedua tangannya mencengkeram seprai hingga kusut, bibirnya terengah dengan tubuh yang basah oleh keringat.

Jari-jari Leon tak berhenti mengusap dan mempermainkan milik Lafianya. Namun, ia masih bisa lebih gila lagi.

Lelaki itu menunduk, memposisikan kepala di antara paha Lafia. Lalu tanpa ragu menjulurkan lidahnya dan mengeksplor bagian dalam intim Lafia.

"Ahh, Leon... Ahh!" Lafia tak berhenti mendesah dan terus menceracau. Tangannya semakin kuat mencengkeram seprai. Ia menggigit bibir, berusaha menahan desahan. Namun sensasi dan kegilaan Leon membuatnya nyaris gila.

"Leon, stop it!" pekik Lafia yang merasakan gelombang pada perutnya.

Leon semakin semangat memainkan lidahnya. Memainkan klitoris dan menikmati tubuh Lafia yang terus menggelinjang dan mendesahkan namanya.

"Leon...," panggil Lafia dengan nada memohon.

"Datang untukku, mine." Leon meneruskan aktivitasnya pada bibir bawah milik Lafia.

Lafia menggelengkan kepalanya. Tangannya berusaha mencakar apapun di bawahnya. Matanya memejam, tubuhnya menggelinjang.

"Le, please..., ahh," Lafia mendekati klimaksnya.

Gadis itu mendongak, meremas rambut Leon yang masih memainkan miliknya. Ia terus mendesah, merasakan miliknya berkedut dan kupu-kupu beterbangan di perutnya.

"Ahh... Leon... Ahh,"

Lafia menghempaskan punggungnya. Napasnya tak beraturan, kedua pipinya merah.

Leon menatapi wajah Lafia yang masih bergetar karena klimaks. Ia tersenyum bangga.

Tanpa menunggu lagi, Leon melepaskan gesper dan menurunkan resleting. Menyisakan boxer navy bergambar bintang.

Lelaki itu melorotkan boxer serta CD-nya. Melemparnya ke sembarang arah. Dengan tidak sabar naik ke atas ranjang dan memposisikan diri di antara kedua paha Lafia.

Kewanitaan itu masih merah merekah dan sangat basah. Leon menyentuhkan ujung kepala miliknya. Membuat matanya langsung memutih karena sensasi yang luar biasa.

Leon menggesekkan miliknya pada rekah merah itu. Merasakan hangat yang basah melingkupi ujung kejantanannya.

Lafia menyangga tubuhnya dengan siku, melihat milik Leon yang besar tengah bergesekan dengan miliknya.

Lafia mundur. Membuat Leon membuka mata seketika.

"Fia!" rengeknya tidak terima.

"Kau harus mendapat balasan karena sudah mempermainkanku, Le!" desis Lafia yang sudah bangkit dari rebahnya.

..

Vote for next!

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang