•Cute Student (2)

6.8K 102 0
                                    

•Cute Student (2)
©® by Our Mate

°°°

"Udah?" tanyaku setelah melihat gelas kopinya yang kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah?" tanyaku setelah melihat gelas kopinya yang kosong.

"Bentar," balasnya seraya menoleh ke arah dapur.

Yah setelah adegan tak terduga tadi, kami akhirnya mampir ke kedai kopi sebelah sekolah. Aku hampir memesankan macha kalau saja ia tidak mencegahnya. Sudah kubilang dia itu aneh, macha itu luar biasa enaknya tapi dia malah lebih memilih kopi hitam pekat tanpa gula.

Biasanya kan cewek lebih suka teh, apalagi kalau lagi sedih. Aroma teh bisa jadi aromaterapi yang menenangkan.

"Satu es kopi hitam tanpa gula istimewa, sudah siap tuan putri." Seorang waitress lelaki mengantarkan pesanan gadis di depanku dengan senyum merekah. Melihat keakraban lelaki itu sepertinya gadis di depanku sering ke sini. Ternyata dia memesan lagi untuk dibawa pulang. Seleranya sungguh aneh.

Aku menoleh ke arahnya, dan untuk pertama kalinya kulihat dia tersenyum lebih tulus dan tanpa beban. Manis.

"Eh, ini pacarnya Mbak Ava ya? Yah saya keduluan dong." ucap waitress itu dengan raut sedih yang dibuat-buat. Aku bisa melihat Ava nenyikut perut lelaki itu hingga meringis kesakitan. Luar biasa...  benar-benar lelaki yang sabar.

"Adit, saya temennya Ava," ujarku seraya menjulurkan tangan. Dia menjabat tanganku.

"Zafran," balasnya.

Kami melepas tautan tangan, aku berdiri. "Ayo Va, pulang. Udah malem," ajakku.

"Saya bayar dulu."

Aku menahan lengannya, "Saya yang bayar. Kamu tunggu di parkiran."

Mungkin karena sungkan, dia langsung menuruti ucapanku. Aku menuju ke kasir dan membayar pesanan. Aku menoleh ke arah Zafran, dia masih menunggu.

"Ada perlu sama saya?" tanyaku to the poin.

"Gak pernah saya lihat Ava mau diajak jalan sama cowok. Saya harap anda seorang gentle man, karena kalau ada apa-apa sama Ava, anda punya urusan sama saya." ucapnya tenang namun sarat akan keseriusan. Bahkan menilik raut wajahnya, tidak mungkin ada yang menyangka jika dia adalah cowok ramah yang begitu humoris tadinya.

Aku tersenyum kecil, "Ava itu murid saya, kamu tenang aja. Cepat ungkapkan, sebelum dia diambil yang lain." Aku menepuk bahunya, tanpa menunggu respon darinya, aku berlalu.

Ada-ada saja!

:::

"Masuk, Va. Di luar hujan deras gini. Baju kamu juga basah," omelku pada Ava yang tetap berdiri di teras rumah.

"Saya di sini aja, Pak. Mau cari ojek aja." Aku menarik lengannya hingga mau tak mau dia mengikuti langkahku ke dalam.

"Maaf ya, hujannya tambah deras. Kalau nekat nerobos sampai rumah kamu, takutnya malah kamu yang sakit. Besok kan masih ada UAS." Ava hanya mengangguk menanggapi ucapanku.

Aku melihatnya meremas rok, bibirnya sedikit bergetar. Dia seperti anak kucing yang kehujanan. Melihatnya jadi timbul rasa kasihan dan tidak tega.

Sial, kenapa gadis galak ini terlalu imut di mataku?

Aku mengambil handuk baru dari dalam almari, lalu kembali ke ruang tamu untuk menyerahkannya pada Ava.

"Kamar mandinya ada dua, kamu bisa pakai kamar mandi sebelah sana. Mandi air hangat biar nggak kedinginan. Nanti saya carikan baju kering supaya nggak sakit."

"Terima kasih," ucapnya pelan. Aku mengangguk dan langsung bergegas ke kamar mandi satunya.

:::

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang