•Sungai Keramat (3)

6K 72 3
                                    

•Sungai Keramat (3)🔞

::::

()

(Asrof)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Asrof)

...

...

...

Aku terbangun karena sinar mentari yang menusuk mataku. Aku mengucek mata perlahan, menatap sekeliling.

Pohon?

Air?

Aku menepuk keningku. Bisa-bisanya aku ketiduran setelah pelepasan yang entah keberapa. Aku mencari Naseli di sekitar sana. Tidak ada. Aku menunduk, menatap kemaluanku yang tak tertutupi apapun.

Sisa-sisa percintaan semalam berceceran dimana-mana. Aku turun ke sungai, mencuci kejantananku dari sisa sperma yang mengering. Lalu menyiram batu besar tempat aku dan Nasel bercinta semalam.

Aku nelepaskan kaosku, melemparnya ke pinggir sungai. Ah, sudah kepalang basah. Sekalian mandi.

Aku berenang-renang di sungai. Setelah cukup puas, aku berjalan ke tepi sungai. Namun kakiku merasa tertahan oleh sesuatu. Jantungku berdebar kencang.

Ada tangan merayap dari kaki, lalu naik. Naik. Naik. Dan menyentuh kejantananku. Aku berusaha mengontrol napasku. Lalu menoleh ke belakang.

Nihil.

Tidak da siapapun.

"Ahh..." aku mendesah karena merasakan kejantananku dikocok-kocok.

Aku menatap kejantananku yang seolah dikocok tangan tak kasat mata. Wajahku pias. Gairahku langsung turun dan berganti ketakutan.

"Mari kita ulangi yang semalam, sayang..." bisik suara tanpa tuan yang sangat familiar.

"Ahh... Sshhh... Aahh..." desahan itu terdengar di telingaku. Tubuhku bergetar karena takut.

Naseli... dia... hantu penunggu Sungai Raben?

"Tidak akan kulepaskan, apa yang sudah menjadi milikku," bisik Naseli ditelingaku.

Saat itu, mataku terbuka. Aku menatap orang-orang yang ramai berdiri di pinggir sungai. Aku berlari mendekat. Aku menoleh ke kanan, Naseli berdiri dengan senyum manis dan tubuh telanjang. Aku baru sadar jika aku juga telanjang.

Aku hendak meraih kaos, tapi tidak ada. Aku mendekat ke arah keramaian, merasa bingung ketika sadar tidak da yang menyadari kehadiranku

Aku melihat Saman dan Akbar yang terlihat menangis di tepi sungai. Aku mendekati mereka, memanggil mereka tapi tidak ada sahutan.

"Asrof!!" teriakan itu familiar, membuatku menoleh.

"Mama!" panggilku.

Mama terlihat sembab. Lalu jatuh menunduk di tepi sungai.

"Asrof!"

"Ma, aku di sini, Ma!" teriakku.

"Bangun! Asrof! Bangun!"

Mama terisak.

Aku menoleh, menatap mayat di depan Mama yang sudah ditutupi daun pisang oleh warga. Mama menjerit histeris.

Aku menangis tanpa isak menyadari mayat itu... aku.

"Kemaluannya membiru, ada bekas cakaran aneh di seluruh tubuhnya," ujar seorang warga yang seperti menjadi saksi ketika diwawancarai wartawan dan pihak kepolisian.

Aku menoleh ke belakang, menatap Naseli yang tersenyum seraya memainkan kejantananku.

"Ahh..."

.....

Flexin 👁

10 vote for next!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10 vote for next!

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang