• 'ICED TEA' ACCIDENT •

3.4K 50 0
                                    

• Iced Tea Accident •
©® by Ourmate

:::

Musik Edm langsung menginvasi indra pendengaranku begitu masuk ke tempat ini.

"Neo, ayo!" panggil Gerald yang kembali membuatku berdecak kesal.

Jika bukan karena Devan yang akan menikah seminggu lagi, aku tidak akan rela masuk ke tempat yang bau asap rokok bercampur alkohol dan parfum yang bikin mual seperti ini. Belum lagi manusia-manusia yang berjoget dan birahi di sudut-sudut gelap, benar-benar merusak mata.

Aku mengikuti Gerald melewati desakan manusia yang memenuhi ruangan.

"Woy, gua bawa mahluk kutub ke sini!" teriak Gerald saat tiba di meja yang dipenuhi 5 cowok dan 6 cewek berpakaian minim.

"Good job, bre. Biar kutubnya leleh sama panasnya tempat ini. Girls, kerjaan kalian hari ini cukup berat." Valdi terkekeh di akhir kalimat sambil merangkul satu cewek bermidi dress navy.

Hampir tidak ada yang kukenal kecuali Gerald dan 2 orang cowok yang kebetulan satu kampus denganku dan Gerald. Marco dan Valdi.

"Mana Devan?" tanyaku to the point.

"Ge, lu gak bilang kalau si Dev lagi dipingit?" tanya Marco dengan kening berkerut heran.

"Oh gue lupa, sih. Lagian udah di sini juga kan? Sekalian dong seneng-seneng. Sekali-kali." alibi Gerald dengan wajah tanpa dosa.

Sialan! Tentu saja Gerald sengaja!

Pesta lajang atau pesta jalang?

How a shit moment!

...

"Ne, minumlah sekali-kali. Rugi ke sini kalo gak nyicip Neng Wiwin." bujuk Gerald yang sudah cukup teler setelah menenggak tiga gelas.

"Neng Wiwin pantat lu. Wine aja pake nang-neng-nang-neng!" seloroh Valdi tertawa lalu kemudian bercumbu dengan gadis berpakaian lilac.

"Ya, biar kayak ada manis-basahnya gituuhh...," jawab Gerald ngelantur karena teler parah.

"Coba light beer aja, Ne. Kadar alkoholnya gak tinggi." tawar Marco sambil menyodorkan gelasnya yang baru diisi lagi. Aku hanya menggeleng sambil lalu.

"Heh, Ko. Ngapain lu tawarin sih sama cowok modelan dia. Mana berani," ujar seseorang yang beberapa waktu lalu kuingat bernama Mahesa (Asa). Nada dan tatapannya terang-terangan mengejek padaku.

"Lusa ada donor darah." balasku singkat.

Asa menatap penuh cemoohan. "Pecundang mah emang gitu. Banyak alasan." katanya sambil terkekeh seolah bercanda, namun entah mengapa tatapan matanya terlalu tajam untuk dianggap bercanda.

"Ehm, gue mau ke sana dulu ya." pamitku yang sudah jengah dan memang ingin cepat pergi dari sini.

"Eh, Neo. Jangan anggep serius omongannya Asa, dia emang bejat dan becanda kelewatan. Tapi cuma becanda kok." seorang cewek yang kuingat bernama Daisy berusaha menahanku sambil menempelkan dadanya di lenganku.

Aku menarik lenganku dan tersenyum kecil.

"Gue cuma mau liat-liat tempat ini, kok"

"Mau ditemenin?" tawarnya. Aku buru-buru menggeleng dan beranjak agar tak berlanjut lagi interaksi dengan mereka.

Aku duduk di depan meja bar yang cenderung sepi dan jauh dari jangkauan penglihatan mereka. Seorang bartender menyapa dan menyuguhkan tabel menu minuman. Membuatku terfokus pada menu itu.

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang