"Gar, calon ketua osis udah bener kan? Gak ada yang mau nyalon lagi?"
Egar menoleh, melirik berkas yang di bawa Bintang. Beberapa kandidat bakal calon ketua osis terpampang jelas disana, salah satunya adalah Elang.
Bintang mengerutkan kening nya bingung. "Ini? Beneran dia mau ikut?"
Egar mengangguk. "Bener, dia yang minta sendiri. "
Bintang hanya diam, ia berpikir sejenak. Sejak kapan Elang berencana menjadi ketua osis? Sedangkan laki-laki itu sangat anti dengan namanya OSIS, ribet katanya.
"Bagus deh, ada kemajuan. Lo urus calonnya, gua mau konfirmasi berkas ini ke kepala sekolah. "
"Siap."
Bintang melenggang pergi, semua anak-anak osis dari ketua sampai inti sudah berkumpul, bahkan semua yang sudah menunjukkan dirinya sebagai calon ketua osis sudah ada ditempat.
"15 menit lagi, kita mulai berangkat ke Taman Tabebuya!"
"Siap kak!"
"Perhatikan barang yang kalian bawa, jangan ada yang tertinggal. "
Taman Tabebuya adalah taman terbuka bagi kalangan masyarakat, taman itu juga dapat di kunjungi tanpa membayar sepeserpun dari mulai pukul 6 pagi sampai pukul 6 sore.
Kenapa bisa di namakan Taman Tabebuya? Karena beberapa pohon disana di tumbuhi pohon tabebuya, bunga nya yang sangat cantik seperti bunga sakura di Jepang. Ada beberapa warna bunga tabebuya, diantara nya adalah kuning, putih, dan merah muda.
Taman Tabebuya terletak di Jl. Moh. Kahfi I, Ciganjur, Jagakarsa.
"Semuanya bisa langsung masuk bis. Nanti kita berhenti di hotel terdekat, buat naruh barang kalian, dan langsung lanjut ke tempat tujuan!"
Semuanya serempak menjawab dengan suara lantang, lalu bergegas masuk kedalam bis. Tapi, hanya menyisakan Raja, Miya, dan Elang.
"Kak Bintang, mana? "
Egar menoleh kearah Elang. "Bener, harusnya udah balik. "
Egar diam sesaat, lalu memandang Elang dengan pandangan iba. "Bintang, fine kan?"
"Gue nggak yakin, dia tipe orang yang nyembunyiin perasaan nya sendiri. "
"Gue kangen Atha!" Tiba-tiba Raja merengek, membuat ketiga nya menoleh ke arah laki-laki itu.
"Habis pulang dari masa pelatihan, kita kesana. "
Raja mengangguk antusias lalu, menyeka air matanya yang hampir jatuh.
"Loh, kalian nggak naik?"
Mereka berempat langsung menoleh, sudah ada Bintang disana.
"Nungguin lo. "
"Makasih, tapi gak usah lebay. "
Bintang berlalu meninggalkan mereka berempat. Elang, Egar, Miya, dan Raja cukup tercengang dengan perkataan Bintang.
Bagaimana tidak, Bintang yang mereka kenal irit ngomong, sekarang bisa ngomong selantang itu. Dan kalau di pikir-pikir, gaya bahasa waktu Bintang mengatai Elang, itu sama seperti gaya bicara Agatha.
"Apa, jiwa Agatha nyungsep ke badan Kak Bintang?"
"Jangan ngadi-ngadi! Merinding gue."
Elang menoleh kearah Miya. "Tapi, kalau emang bener gimana?"
"Lang! Nggak usah ngada-ngada!"
Dengan pikiran campur aduk, Miya berjalan terlebih dahulu, lalu disusul Elang, Egar dan Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Possessive Brother👥 (On going )
Teen FictionNO PLAGIAT! (FOLLOW SEBELUM BACA!) "Ingat ya ta? kamu gak boleh pacaran selama kita ngizinin." ucap Algo abang pertama Agatha, yang masih berumur 7 tahun sambil menggerakan jari telunjuk nya ke kanan dan ke kiri. Agatha yang masih bayi baru jebrol...