Sepi, seperti sudah diprediksi, orang-orang jarang datang ketaman belakang sekolah. Membosan kan katanya, untuk apa datang ketempat sepi?
Tapi, bukan untuk Bintang, Egar, Agatha, Miya, Raja dan Elang. Mereka sering kumpul disini, duduk lesehan diantara rumput jepang yang tumbuh subur dibawah pohon tabebuya, yang bunganya tumbuh bewarna kuning.
Bintang tersenyum kecil saat Agatha sampai.
"Agatha, duduk dulu sini. "
Bintang menyuruh Agatha untuk duduk, dengan wajah polos gadis itu menuruti perkata'an kekasihnya. Bintang sedikit tersenyum, menganggumi ke gemasan yang ada di wajah Agatha.
Gadis itu sudah 17 tahun, tapi menurut Bintang ia masih berusia 15 tahun.
Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, mereka duduk ditaman belakang sekolah.
Bintang dan Agatha hanya disini berdua, membuat Agatha tersipu malu. Bintang membawakan 2 es krim, yang 1 rasa cokelat, dan yang 1 nya lagi rasa vanilla, kesuka'an Agatha.
"Atha mau es krim?" Tawar Bintang sambil menyodorkan es krim kearah Agatha.
"Mau!" Agatha antusias, mendengar es krim rasa vanilla membuat darah Agatha berdesir cepat. Agatha sangat menyukai es krim rasa vanilla.
Bintang tergelak, lalu mengusap puncak kepala Agatha dengan lembut. Agatha mendekat memandang es krim ditangan Bintang dengan mata berbinar, sangking dekat nya jarak Agatha dan Bintang, membuat jarak diantara gadis itu dan Bintang menjadi berdempetan.
Wajah Bintang sedikit terangkat keatas, memandang linglung kearah langit, pipinya tersipu malu, hingga membuat Bintang bisa mencium rambut Agatha. Bau La Rose Roug seperti mawar merah, sangat wangi.
Jantung Bintang berdeguk dengan kencang, jarak mereka benar-benar sangat tipis. Agatha masih memandang es krim vanilla nya dengan mata yang berbinar.
"Kakak beli dimana?" Ucap Agatha tanpa mengalihkan pandangan nya kearah Bintang.
Bintang sangat gugup.
Tanpa sengaja, Agatha mendengar suara dugun-dugun dari dalam hati Bintang. Agatha penasaran, lalu menempelkan telinga gadis itu kedada bidang Bintang.
Sumpah! Itu semakin membuat jantung Bintang serasa mau meledak. Pipi laki-laki itu sudah bersemu merah.
"Kok, jantung Kak Bintang cepet banget berdetak nya?"
Tanpa mengalihkan pandangan, Agatha terus mendengarkan detak jantung Bintang yang semakin cepat.
"Hm, " jawab Bintang. Ia sudah pasrah.
Lalu dengan gerak cepat, Agatha mendongak kearah wajah Bintang. Membuat hidung mereka hampir tertempel satu sama lain, Agatha dan Bintang terkaget. Wajah mereka sudah sangat dekat.
Kalau saja ada yang mendorong mereka, mungkin bibir mereka akan menempel sangking dekat nya.
Dengan jantung yang masih berdetak cepat, Agatha memandang Bintang, Bintang juga sebaliknya.
Bintang menatap bibir kecil dan tipis Agatha, lalu beralih menatap manik cokelat Agatha. Sudah beberapa detik berlalu. Agatha langsung menjauh dari Bintang, ia sembunyikan pipi merah nya. Agar Bintang tidak melihat.
Agatha tidak tahan jika harus berpandangan wajah sedekat ini, gadis itu menepis jarak lalu mengambil es krim rasa vanilla nya.
Merobek bungkus es krim, dan melahapnya dengan tubuh yang salah tingkah. Bintang diam sejenak, mematung ditempat, beberapa detik kemudian ia tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Possessive Brother👥 (On going )
Roman pour AdolescentsNO PLAGIAT! (FOLLOW SEBELUM BACA!) "Ingat ya ta? kamu gak boleh pacaran selama kita ngizinin." ucap Algo abang pertama Agatha, yang masih berumur 7 tahun sambil menggerakan jari telunjuk nya ke kanan dan ke kiri. Agatha yang masih bayi baru jebrol...