"Dedek ku tayang...."
"Minggir!"
"Idih, galak. " Algo cemberut, tapi hitungan detik cowok itu tertawa puas setelah melihat wajah adik nya yang sedang merengut. Bagi Algo, itu sangat imut sekali.
"Kawai!!"
"Dih, wibu. "
"Lagi ngapain?"
Agatha mendengus marah, cewek itu mengarahkan spatula kearah wajah Algo. "Abang! Bisa nggak jangan ganggu Atha dulu?!"
Algo menyerah, dari pada kena semprot Agatha, lebih baik dia agak menjauh dari sang adik. Agatha sangat sibuk berkutat di dapur. Dengan di bantu ibunda mereka menyiapkan makanan. Tumben pagi-pagi gadis itu sangat sibuk dengan masakan? Biasanya sedang rewel dandan di kamar.
"Buat siapa?" Algo kepo lalu menghampiri adiknya yang masih sibuk menata roti
isinya dengan tomat, timun dan bahan lainnya."Buat Abang, ya?" Melihat tingkah gemas Agatha yang fokus pada masakan nya, Algo dengan iseng nya mengacak surai adiknya. Agatha berteriak tidak suka, justru malah membuat Algo tertawa.
"Bukan!"
"Ya terus, buat siapa?" Algo memasang wajah keheranan. Agatha lagi-lagi tidak mengindahkan ucapan abang nya. Cewek itu malah fokus memasukkan makanan ke dalam kotak bekal sampai penuh dan tertata rapi. "Mau dibawa ke sekolah? Sisain satu buat Abang dong. "
"Males, bikin sendiri sana. " Agatha kali ini memasukkan sisa roti ke dalam kotak bekal yang lain.
"Adek kok bawa banyak banget? Mau piknik di sekolah?"
"Hihh! Abang itu cerewet banget!"
"Adek itu ya, sama Abang sendiri perhitungan. Nanti dosanya melebihi gunung kembar loh. "
Agatha hanya melongo tidak paham. Sudah menjadi kebiasaan melihat drama di rumah ini.
"Abang, kan mau juga di buatin bekal. "
"Makanya cari cewek, jangan ngejomblo terus. "
Jedarrr jleb!
Algo langsung tumbang.
Kata-kata si bungsu ini cukup menusuk dan menohok. Algo tersenyum hambar dengan tangan meninju dinding. "Seperti disambar petir, tertusuk belati dan ketiban tangga raksasa. Rasanya, Abang barusan denger kata-kata dari adik Abang yang lucu, imut, cantik ngucapin sesuatu yang bener-bener jahat. "
Agatha tertawa puas dengan ibunda mereka yang hanya geleng-geleng kepala.
"Mau jadi perjaka tua?"
Jedar!
Algo mendrama meremat dadanya yang entah kenapa menjadi sangat nyeri. Ucapan si bungsu benar-benar sudah melukai hatinya. Agatha hanya memutar bola matanya. Algo menggambar sesuatu di lantai dengan jari telunjuknya.
"Sama Bang Ga, kok kalah. Kasihan. "
"Adek itu yaa." Algo hanya pasrah ngelendot kaki meja dengan raut wajah sok di buat menderita.
Alga yang baru saja keluar dari kamar mandi dibuat terheran-heran. Bagaimana tidak, melihat kondisi abangnya yang terpuruk tidak berdaya sambil memeluk kaki meja denga ekspresi wajah sok di buat-buat sedih.
"Kenapa?" Alga duduk dikursi, masih memandang Algo dengan wajah heran.
"Tuh kan, kaki meja aja dipeluk, makanya Bang Go cari calon istri. "
Kini Alga tahu apa yang terjadi dengan abangnya, pasti karena di usili oleh si bungsu. Laki-laki itu hanya terkekeh.
"Kalau Abang cari calon istri, Agatha gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Possessive Brother👥 (On going )
Teen FictionNO PLAGIAT! (FOLLOW SEBELUM BACA!) "Ingat ya ta? kamu gak boleh pacaran selama kita ngizinin." ucap Algo abang pertama Agatha, yang masih berumur 7 tahun sambil menggerakan jari telunjuk nya ke kanan dan ke kiri. Agatha yang masih bayi baru jebrol...