Sudah tidak ada hak

277 35 1
                                    

Lima hari pun berlalu, dengan kejadian saat Agatha lebih memilih memutuskan hubungan dengan Bintang.

Hari-hari nya menjadi suram, Alga yang melihat perubahan dratis sang adik tidak bisa berbuat apa-apa. Mata Agatha sembam, gadis itu juga jadi jarang keluar dari kamar, kalau ada hal-hal tertentu saja.

Agatha baru pulang sekolah, gadis itu berjalan gontai tanpa semangat dalam hati, mata nya sembab. Tadi, waktu di sekolah Agatha selalu berpapasan dengan Bintang, tapi Bintang acuh, begitu sebaliknya. Agatha bersikap tegar agar tidak dikira susah move on.

"Dek, " panggil Alga.

Agatha acuh, ia lebih memilih berjalan menuju kamar nya. Alga merasa iba, disamping laki-laki itu, Algo juga berada disana, ia sedikit melirik kearah sang adik.

Agatha berhenti, menoleh kearah Algo, gadis itu terpaksa menarik sudut bibirnya keatas.

"Atha, udah kabulin mau Bang Go, Abang seneng kan?"

Algo mematung, tapi tidak mengalihkan pandangan nya.

Alga juga kaget, kerut wajah laki-laki itu menunjukkan rasa khawatir yang amat sangat dalam.

"Dek, Are you okay? "

Agatha mengangguk lemas, ia kembali berjalan menaiki anak tangga. Hatinya masih terasa sangat sakit, ibunda dan ayah nya melihat perubahan drastis putri nya hanya di buat bingung dan pasrah.

Sudah berkali-kali? Mereka mencoba membujuk Agatha. Tapi, gadis itu hanya diam dan diam.

Agatha ada didepan pintu kamar nya, membuka pintu secara perlahan, masuk kedalam dengan raut wajah yang sudah benar-benar sedih.

Ia menutup pintu kamar, menunduk sayu, meremat rok abu-abu nya, lalu tiba-tiba terperosok tak berdaya, menenggelamkan kepalanya di antara dua lutut yang tertekuk.

Agatha mengunci pintu kamar, agar tidak ada yang tahu kalau Agatha menangis.

Gadis itu menangis dalam diam, perkataan Agatha waktu itu pasti sudah sangat menyakiti Bintang. Padahal, Agatha sudah susah payah berjuang untuk mendapatkan hati Bintang.

"Tha, makan dulu," ucap Ana mama Agatha dari balik pintu.

"Biarin Agatha sendiri, Bun."

Ana cukup terkaget, tidak biasanya Agatha bersikap seperti ini. "Tha, kamu nggak apa-apa kan?"

"Iya. "

"Kalau laper, makanan udah Bunda siapin di bawah, nanti makan ya, Nak?"

Ana khawatir, dari nada bicaranya saja sudah terlihat jelas.

"Hm. "

Dengan berat hati Ana kembali turun kebawah, membiarkan Agatha meneruskan tangis nya.

Agatha berdiri, menuju ranjang lalu membanting tubuh nya. Menatap nanar langit-langit kamar. Langit-langit kamar yang sudah di hiasi bintang dan bulan.

Bintang mengingatkan tentang laki-laki itu. Laki-laki yang amat Agatha cintai, dan tiba-tiba membuat laki-laki itu sakit hati karena perkataan kasar nya.

Agatha meringkuk, menangis lagi, ia masih kepikiran tentang perbuatan gadis itu.

Selama berpapasan disekolah, entah ke kantin atau hanya lewat koridor, wajah Bintang acuh, tidak menyapa Agatha.

Dan itu, cukup membuat hati Agatha sangat sakit.

"Apa, Kak Bintang, udah nggak sayang Atha lagi ya?"

"Atha, kangen Kak Bintang."

Agatha mengambil ponsel nya, memandang nomer telefon Bintang. Tanpa profil wajah, ternyata Bintang sudah menghapus profil nya. Kenapa? Atau gara-gara Agatha? Berarti laki-laki itu sedang galau  bukan?

A Possessive Brother👥 (On going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang