Keributan

262 39 7
                                    

Mobil ambulans yang mengantarkan tubuh lemah Agatha sudah sampai ditujuan.

Tubuh ringkih yang masih memejamkan matanya dengan rapat itu kini sudah beralih ke bankar.

Algo, Alga dan kedua orang tua Agatha sudah sampai disana. Termasuk Raja, Miya, Elang dan Bintang.

Alga dan Algo menangis histeris, kedua orang tua Agatha juga sama halnya.

"Dek, kuat ya? Jangan nyerah."

Agatha tak sadarkan diri, setiap dorongan bankar memperlihatkan wajah Agatha yang semakin pucat. Hati Algo sangat sakit ketika melihat Agatha terbaring tak berdaya dengan keadaan wajah penuh darah segar.

Darah Agatha selalu keluar sesekali menetes dilantai rumah sakit. Membuat jejak setiap bankar yang Agatha bawa selalu menapak darah.

Algo merasa bersalah, tidak seharusnya ia bersikap seegois itu kepada sang adik. Entah apa yang di pikirkan Algo waktu itu, ia sama sekali tidak menoleh kearah sang adik yang sangat membutuhkan dukungan nya.

Algo menangis, mengerang sekuat tenaga.

"Maaf," celetuk laki-laki itu ketik bankar yang membawa Agatha masuk keruang IGD

Alga mendekat kearah orang tuanya, mereka manangis terisak sejadinya.

"Kenapa bisa Atha jatoh? Dia nggak bakal seceroboh ini," cerca Arlando.

Miya hanya diam, menyender ditembok bersama Raja dan Elang yang ikut serta kesana. Bintang sudah izin pergi ke toilet. Laki-laki itu tidak kuat menatap wajah pucat Agatha.

Wajah yang selama ini Bintang kenal ceria, penuh dengan candaan, kekonyolan, sifat manja dan kekanak-kanakan, kini tengah terbaring lemah didalam IGD.

Elang mendekat kearah Miya, ia merangkul gadis itu mengusap pundak nya menenangkan Miya bahwa Agatha pasti tidak apa-apa.

"Atha bisa selamat, kan Go, Ga?" Ucap Ana, menangis menatap Alga dan Algo penuh harap.

Mereka menoleh, lalu berjongkok didepan sang bunda.

"Bunda tenang, Atha anak kuat. Dia pasti nggak bakal kenapa-napa, " terang Algo lalu mengambil pergelangan tangan sang bunda, ia usap pergelangan tangan yang mulai berkeriput itu dengan lembut.

Alga mengangguk, ikut serta mengelus pundak sang bunda. "Bener kata Bang Go, Bun. Atha pasti baik-baik saja. "

Disisih lain, Bintang masih terpuruk di toilet rumah sakit. Ia benamkan kepalanya diantara dua lutut yang tertekuk, sesekali mengerang kuat menangis sejadinya. Laki-laki itu mengacak rambutnya frustrasi.

"Gue telat, gue telat buat nangkep tubuh dia. Sial! Gue nggak guna!!"

"Tha, aku mohon kuat. Aku mohon, jangan pergi. "

Bintang mengusap wajah nya penuh dengan amarah sekaligus  khawatir. Marah karena dirinya tidak bisa menolong Agatha, dan khawatir karena Bintang tidak mau terjadi apa-apa dengan Agatha.

Bintang tidak mau, seseorang yang laki-laki itu cintai terluka parah. Tapi, itu sudah terjadi Agatha sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Aku mohon, Tha. Aku tahu kamu kuat. "

Bintang menunduk kembali, memejamkan matanya rapat. Merasakan rasa sakit yang ada di dadanya, amat sangat menyakitkan sampai laki-laki itu lupa, bagaimana cara menyampaikan rasa sakit itu.

Melihat tubuh rapuh yang bersimbah darah, membuat jantung Bintang seakan tertusuk puluhan belati. Gadis yang super petakilan, bar-bar, manja dan kekanak-kanakan, sekarang masih terkapar tak berdaya diruang IGD.

A Possessive Brother👥 (On going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang