bagian ke empat belas

31 57 28
                                    

Lima bulan sudah salsa menjalani hari-harinya bersama kania dan dian. Masih dengan perasaan seperti kemarin, ia masih belum bisa menerima mereka sebagai kelurga barunya. Apalagi dian, anak yang selalu manja dan selalu saja menempel pada haris. Setelah pernikahan ayah nya dengan kania, salsa benar-benar merasa jauh oleh haris, ia tidak lagi merasakan kehangatan seorang ayah. Bagi salsa, kedatangan kania dan dian merupakan suatu kejadian yang membuat dirinya berjarak dengan ayah nya.

Lima bulan yang sudah berjalan juga membuat dirinya bebas melakukan apa yang dia suka, tentang pembulian? Tidak ada satu orang pun yang berani mengusik ketenangan nya kecuali jesi. Menurut salsa, jesi sangat pantas berteman dengan dian yang suka mengusik ketenangan sekaligus kebahagiaan dirinya.

Seperti sekarang, ia terpaksa harus merelakan baju piyama pemberian almarhuma bunda nya kepada dian. Jika salsa tidak meberikan piyamanya, sudah pasti ayah nya akan senantiasa membela dian yang berstatus sebagai anak tiri.

"Makasih ya kak" Ucap dian pada salsa sembari memegang piyama yang baru saja di berikan oleh salsa.

"Gitu dong sayang, harus bisa berbagi sama adek nya" Sahut haris.

"Kemarin ayah, kemarin nya lagi sepatu, sekarang baju, besok apa lagi yang mau lo ambil dari gue? Belum cukup lo ambil semua kebahagiaan gue sama ayah?" Bentak salsa di hadapan dian.

Dian berlagak takut dan bersembunyi di balik badan haris.

"Ayahhh" Lirih nya.

"Drama lo terlalu busuk" Gumam salsa yang masih mampu di dengar oleh haris dan dian.

"SALSAAA!!!!!!" Teriak haris terpancing emosi.

"Dia tu drama yah, kalo ada ayah dia berlagak sok jadi anak yang manja, tapi kalo ga ada ayah dia keterlaluan sama salsa, dia pantes di giniin. Gara-gara dia, ayah sekarang udah mau bentak-bentak salsa kayak gini"
Salsa menjeda kalimatnya dan menunjuk ke arah dian.
"Lo, bener-bener perenggut kebahagian gue dan lo jug-...

Plaaaaak

Haris yang sudah tidak bisa menahan emosi nya kini menampar pipi salsa, tamparan yang cukup keras yang ia layangkan ke putri kandung nya untuk pertama kalinya.

Salsa memegangi pipinya dengan perasaan yang masih tidak percaya, ayah yang selalu bersikap lembut pada dirinya kini menampar nya dengan tamparan yang sangat keras, hanya untuk membela dian selaku anak tiri.

"Lo puas kan dian, lo puas kan liat gue di giniin sama ayah gue sendiri"

Salsa mengalihkan tatapan mata ke arah ayah nya.

"Ayah juga udah puas nampar salsa sekenceng ini hanya untuk ngebela dia?" Ucap salsa seraya menunjuk dian.

"Ini semua salah kamu salsa" Bentak haris.

"SALSA GA PERNAH SALAH DI MATA AYAH, TAPI SEMENJAK DIA DAN IBUNYA MASUK KE KELUARGA KITA, SALSA SELALU AJA SALAH DI MATA AYAH" Teriak salsa dengan derai air mata.

"Fuhhhhhh....salsa ga salah, dia emang perebut kebahagiaan orang" Sambung nya dengan tatapan sinis ke arah dian.

Haris yang sempat melayangkan tamparan nya ke arah salsa langsung terhenti karena cekalan tangan dari kania.

"MAS!" Bentak kania.

"Dia salah dan harus di giniin. Selama ini dia selalu jadi anak yang manja sama aku, dan sekarang dia berani bentak-bentak aku kayak tadi. Dia ga ngehormati aku sebagai ayah nya"

"Tapi kamu ga berhak kasarin dia mas, dia anak kandung kamu" Ujar kania.

"Terserah, aku capek" Setelah mengatakan itu, haris keluar dari kamar dan disusul oleh dian.

Have To Move'onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang