bagian ke sembilan belas

19 46 17
                                    

"Eummmmm" Lenguh salsa saat matanya terkena sinar matahari yang menembus dari jendela apartemen ezi.

Salsa berulang kali mengerjapkan matanya dan perlahan matanya terbuka lebar, saat itulah ia langsung terkejut karena tersadar akan dimana dirinya berada.

"Gue dimana?" Lirih salsa.

Ia langsung berdiri dan mengecek pakaiannya, salsa bernafas lega saat baju yang kemarin ia gunakan masih terpajang rapih di tubuh mungilnya.

Salsa melihat secarik kertas yang ada diatas meja dengan tulisan.

'Pakai sweater yang gue gantung di samping cermin, gue ga tau ukuran CD dan BRA lo berapa, jadi pake aja yang gue beli.  Gue masih beli sarapan'
           ~EZI...

Salsa meraih BRA dan CD yang dibelikan oleh ezi.
"Kalo ini mungkin pas, cuman sweater nya kebesaran" Gumam salsa sembari meraih sweater berwarna hitam itu.

"Yaudah deh, gue pakai aja"

Setelah selesai berganti pakaian, salsa melihat pantulan dirinya di cermin. Ia sama persis seperti kurcaci kecil yang dipaksa memakai baju besar.

Ceklek

Salsa menolehkan wajahnya pada ezi yang membuka pintu kamar. Ezi melongo sesaat melihat penampilan salsa yang begitu lucu.

"Hahhahaahahha.....Lo kayak orang-orangan sawah sumpah" Tawa ezi pecah saat melihat sweater yang dikenakan salsa.

"Ga lucu" Ucap salsa.

Ezi memegangi perutnya yang keram akibat tawanya yang tiada henti.
"Hhhh aduhhhh sakit perut gue"

"Huhhhh.... yaudah ayo sarapan"

"Iya"

Mereka berdua duduk di meja makan sembari meyantap sarapan lontong yang dibeli oleh ezi. Salsa sama sekali tidak bisa menyangka akan sarapan pagi bersama sang mantan. Hujan dan angin menjadi saksi bisu pertemuan mereka.

"Tadi malam, lo yang bawa gue ke apartemen lo naik motor?" Tanya salsa.

"Iya"

"Gue ga tau mau bawa lo kemana, yaudah gue bawa ke apartemen gur aja" Sambung ezi.

"T-tapi lo ga-....

"Gue ga aneh-aneh, tadi malam aja gue tidur di ruang tamu" Potong ezi yang tau arah pembicaraan salsa.

"Ouh iya, kok lo tadi malam ada di taman juga?" Tanya salsa.

"Gue bener-bener capek sama keadaan rumah sal" Jawab ezi.

"Kenapa? Ribut lagi?" Tebak salsa.

"Mereka mau pisah"

"Serius?"

Ezi menatap nanar ke arah salsa.
"Mungkin permintaan kecil yang selalu gue minta ke tuhan ga akan pernah gue rasakan sal"

"Zi, lo pasti bisa bahagia walaupu bukan dengan cara permintaan lo itu dikabulkan, pasti tuhan punya caranya sendiri untuk buat lo jauh lebih bahagia. Inget, skenario tuhan lebih indah" Salsa memberikan pendapatnya sembari tersenyum tulus pada ezi.

"Makasih ya sal, lo selalu mau jadi pendengar baik buat gue" Ucap ezi yang langsung di balas salsa dengan senyuman.

"Lo sama Kayla gimana?" Tanya salsa.

"Ga usah dibahas" Jawab ezi yang saat ini sangat malas untuk membicarakan soal kayla.

Salsa melihat arloji di tangan kirinya, sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB.
"Gue pulang yah, makasih udah nolongin gue tadi malam, dan makasih juga sarapannya"

Have To Move'onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang