T & K (2)

23 5 0
                                    

Lelaki itu berkutik dengan tangan yang begitu lihai berkeliaran disekitar Keyboard laptopnya. Dengan baju yang berantakan, wajah yang kusut, dan rambut yang acak-acakan sedang fokus memainkan Game online di laptopnya. Tidak peduli dimana dia berada sekarang. Tepatnya dibawah pohon beringin yang terkenal angker satu sekolah. Terletak di belakang halaman gedung tak terpakai sehingga jarang sekali para siswa berkeliaran disana. Kecuali, anak-anak yang akan mengambil peralatan olahraga. Karena, tempat itu memang dekat dengan gudang penyimpanan alat-alat olahraga.

"Hah...membosankan. "Gumamnya kemudian memencet ikon keluar dari game tersebut.

Lalu bergerak membuka game lain dan mulai memainkannya lagi.

***
"Sumpah!Kenapa gak ada yang mau nemenin gue buat ambil matras coba?! Pake alesan tempat angker lah."Gerutu Tessa dengan langkah malas menuju ke tempat penyimpanan alat-alat olahraga di gedung belakang sekolah.

Kini 2 matras telah menggantung ditangan kanan dan kirinya. Nantinya matras itu akan ia gunakan untuk melatih anggota baru melakukan latihan keseimbangan.

Brukk.

Bagaimanapun juga tubuh Tessa memang kecil. Dan akhirnya matras ditangan kirinya merosot jatuh ke tanah. Membuatnya mendengkus kesal.

Krusuk.

Tetapi lebih dari itu, bunyi berisik di balik rumput membuatnya bergidik. Bukan karena apa? Bunyi itu berasal dari area pohon beringin yang gosipnya angker membuat Tessa berpikir yang tidak-tidak.

Dia bukan tipe orang yang percaya begituan sih. Tapi, dalam kondisi begini entah kenapa pikiran negatif itu muncul di kepalanya.

"Ada orang disitu?"Teriaknya pelan.

Tak ada jawaban. Namun, suara dari semak-semak itu semakin membuat Tessa yakin ada sesuatu...atau seseorang disana.

Perlahan tapi pasti. Tessa mendekati arah suara itu. Dengan nyali yang sebenarnya tidak seberpa. Tessa sudah memiliki ancang-ancang untuk berlari dan kabur jika nantinya yang ia temui adalah...

"Ahhhh!!!"Tessa berteriak sekencang-kencangnya kala melihat sekelebat bayangan putih di antara semak-semak.

Jangankan lari dan kabur. Sangking shock-nya Tessa sampai terduduk lemas dengan matanya yang tertutup.
Yah, khayalan memang tak seindah realita.

"Ck, berisik."

Mendengar suara itu seperti suara manusia. Akhirnya Tessa memberanikan diri untuj membuka mata.

Dan berdirilah sosok laki-laki dengan rambut acak-acakan dan seragam yang tidak rapi sama sekali. Menenteng laptopnya dan memandangi Tessa dengan tatapan malas.

Tessa mengerjab beberapa kali. Sebelum melayangkan pertanyaan paling logis baginya saat ini.

"Lo?Hantu?"Tanyanya menatap lelkai itu takut-takut.

Bukannya menjawab lelaki itu malah berjongkok menyamai posisi Tessa dan mendekatkan wajahnya pada gadis itu.

"Am-ampun!!Gue cuma mau ambil peralatan Cheerleaders aja kok. Gak niat ganggu. Lo hantu,kan? Hantu yang nyamar jadi siswa di sekolah in..."

Tak!

"Aw..."

Tessa mengaduh karenanya. Ya, lelki itu menyentil dahinya membuat gadis itu mengusap-usap dahinya beberapa kali.

"Gue bukan hantu."Katanya singkat. Membuat Tessa menghela napas lega.

Kemudian setelah sadar bahwa tadi dia telah bertingkah memalukan, Tessa jadi kikuk sendiri.

"Ta,tadi gue cuma...cuma kaget aja. Jadi...gue kira lo hantu."Celotehny bergumam tidak jelas. Sedangkan lelaki itu terlihat tidak peduli dan beranjak pergi meninggalkan Tessa yang masih terduduk di tanah tanpa menawrkan bantuan.

Tessa menyipit melihat bet seragam lelaki itu. Masih kelas 11 ternyata. Tidak sopan sekali sehabis mengageti senior lalu nyelonong begitu saja.

Tidak berprikejunioran. Batin Tessa.

"Hei!Lo!Adik kelas. Bantuin kek, gue berdiri."

Lelaki itu menghentikan langkahnya, menolah ke arah suara Tessa. Namun, dia tidak bergeming dari posisinya semula. Hanya memandangi Tessa yang menggerutu lalu berdiri dengn sendirinya.

"Lo udah ngagetin gue. Jadi, lo harus tanggung jawab." Titah Tessa membersihkan rok Cheerleadersnya yang kotor akan debu-debu.

Lelaki itu hanya menaikkan alis seakan mengatakan.

'Memang itu salahnya?'

"Bantuin gue ngangkat matras ini!" Lanjut Tessa mengangkat satu matras.

Kemudian lelaki itu berjalan ke arahnya. Lalu mengambil matras satunya. Ternyata dia mau juga menerima perintah gadis itu. Padahal sebelumnya Tessa sudah bersiap menerima penolakan. Tapi, baguslah. Pekerjaannya jadi lebih ringan.

"Ikutin gue."

***
Beberapa menit kemudian, Tessa sampai di lapangan Indoor tempat tim Cheersnya biasa latihan. Kemudian berseru untuk mendapat perhatian para anggota yang sibuk mengobrol satu sama lain.

"Hai, guys!Listen to me, please!"

Semua anggota seketika terfokus pada setuan itu.

"Gue udah bawa matrasnya jadi kita bisa langsung latihan keseimbangan. Khususnya, buat anggota baru."Ujar Tessa meneruskan.

"Tapi, Sa. Matrasnya kok cuma satu?"Seru Bella anggota Cheers seangkatan Tessa, membuat gadis itu menoleh ke belakang mencari keberadaan cowok tadi yang kini menghilang.

"Loh, kemana tuh cowok?"

Kemudian dari arah pintu masuk lapangan terlihat seorang lelaki menenteng matras dengan langkah yang sangat lambat. Selamban siput berjalan kalau kata Tessa. Kemudian lelaki itu menaruh Matras yang dia bawa dengan asal dilapangan lalu beranjak pergi begitu saja. Tanpa mengucap sepatah kata.

"Heh, lo!"Panggil Tessa tetapi sepertinya dihiraukan begitu saja oleh lelaki itu.

"Siapa?"Tanya Bella.

Tessa hanya mengedikkan bahu. Karena dia juga tidak tahu siapa lelaki itu. Lupakan saja. Yang penting dia harus memulai latihan hari ini.

"Oke, semuanya silahkan ditata dan mulai berlatih." Seru Tessa yang kemudian seluruh anggota menjalankan tugasnya masing-masing. Dengan senior yang mengajari junior mereka.

Saat Tessa hendak membantu menyiapkan peralatan. Tiba-tiba Tina menarik pergelangan tangannya untuk menghindari kerumunan dan kemudian berbisik kepadanya.

"Kakak tahu? Cowok yang tadi bawain matras kesini itu, Kautsar?"

Sedetik kemudian Tessa terdiam. Lalu menatap juniornya itu setengah tidak percaya.

"Dia? Kautsar?"

Gadis itu mengangguk kembali meyakinkn.

"Dia yang kakak cari kemarin."

Tessa menghela napas berat. Ah, pertemuan pertama mereka saja tidak berjalan dengan baik. Pantas dia tidak mengenali lelaki tadi, karena dia bahkan tidak memakai name-tag di saku seragamnya.

Bagaimana kedepannya dia akan membujuk anak yang bahkan irit bicara itu untuk mau bergabung dengan Osis?!

Tessa frustasi memikirkannya.

***



Masih betah?

Tessa & KautsarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang