"Sa, hari ini lo berangkat buat Olimpiade kan?"Tanya Bella pagi itu kala melihat Tessa bersiap beranjak dati kelas.
"Iya, Bel. Do'ain ya!"Jawab Tessa dengan senyuman samar.
"Pasti Sa, pokoknya abis lo Olim. Lo harus jelasin sesuatu ke gue."Tessa mengernyit.
"Sesuatu apa?"
"Adalah pokoknya. Udah, fokus dulu sama Olimpiadenya."Tessa mengangguk. Sesaat sebelum keluar kelas dia menerima panggilan telepon dari Miss Diah selaku pembimbingnya.
"Tessa kamu dimana? Langsung ke parkiran sekolah ya? Ibu tunggu dengan anak Olim lainnya."
"Baik bu, saya segera kesana."Kemudian panggilan itu berakhir. Namun, sebuah notifikasi begitu menarik perhatiannya.
Tessa tidak bisa menahan senyumannya, kala membaca pesan itu.
Mr. Annoying
Semangat buat Olimpiadenya, marmut.
***
"Ayah sudah menunggumu Fariz. Duduklah mari kita bicara." Ujar lelaki gagah dengan Jas hitamnya terduduk santai diruang tamu rumah mewah itu."Dimana nenek?"Bukannya menjawab pertanyaan pria itu, Kautsar segera menanyakan perihal keberadaan neneknya.
"Mengapa terburu-buru. Apa kau tidak merindukan ayahmu?"Tanyanya lagi sambil meminum kopi hitam dalam wadah cangkir emas ditangannya.
Kautsar setengah terkekeh mendengarnya.
"Anda bukan ayah saya tuan Frederic yang terhormat."Jawab Kautsar sembari menekan setiap kata yang diucapkannya.
"Kau putraku Kautsar Alfarizi Baramarta. "Sambil menekankan kata 'Baramarta'
"Tidak lagi, sejak kau pergi mencampakkan aku dan ibuku!"Kautsar menggeram marah jika mengingat lagi masa itu.
"Itukan masalalu, nak. Bagaimanapun juga kau tetap darah dagingku."Kautsar menatapnya sengit.
"Sekarang kau menganggapku putramu? Bukannya putra kesayanganmu hanya ada satu?! Dan yang lainnya hanyalah cadangan saja?!"Kemudian menatap nyalang ke arah Devan yang juga ada disana.
"Oh, apa kau cemburu? Kau juga put-"
"Karena sekarang dia tidak berguna kau baru memandangku, ya? Tapi sayang sekali, aku sudah tidak peduli lagi tentang hal itu. Sekarang beritahu aku dimana nenek berada. Aku tidak ingin membuang waktuku lebih lama dengan kalian!"
"Di kamarnya."Ujar Devan akhirnya menjawab pertanyaan itu. Tanpa menunda waktu lagi Kautsar segera menghampiri kamar dimana neneknya berada. Meninggalkan kedua ayah dan anak itu dalam diam.
"Devan!"Panggilan Frederic melenyapkan keheningan sesaat itu.
"Iya, ayah?"
"Fariz harus menjadi penerusku. Kau mengerti bukan?"Nadanya terlihat sedikit mengancam.
"Tapi dia tidak menginginkannya ayah. Bagaimana-"
"Aku tidak peduli. Perintahku adalah mutlak! Kau harus gunakan otakmu. Jika kau memang selemah itu." Devan tidak lagi mengatakan apapun setelahnya.
***
"Hai kak Aran."Sapa gadis itu dengan senyuman cerahnya.
"Oh, hai Bella. Datang sendirian?"
Bella mengangguk mengiyakan.
"Mau pesan apa?"Tanya Aran ramah, selalu menampilkan senyum terbaiknya kepada para pengunjung kafenya.
"Eh, Milk shake satu sama Steak beef kayak kemarin kak."Aran segera mencatatnya dengan cepat.
"Kak Aran! Bangku nomor 25 kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tessa & Kautsar
Teen FictionTessa harus berurusan dengan adik kelas paling menyebalkan yang pernah ada karena urusan Osis. Namun, apa jadinya jika tiba-tiba adik kelas itu jadi bucin kepadanya? Yoroshikuoneghaishimasu~ Lets to read