T & K (6)

13 5 0
                                    

Kini buku yang ia butuhkan telah ada ditangannya. Namun, entah kenapa perut Tessa sedari tadi berbunyi meminta jatah makannya. Dan bagai sebuah deja vu kini di depannya berdiri Kafe yang bernama D'Urville. Tempat dimana dia bertemu Aran dan tempat dia dipermalukan secara bersamaan.

Tessa harap dia tidak bertemu lelaki itu disini. Dia hanya ingin menyapa Aran dan merasakan menu kafe itu walau sekali saja. Karena waktu itu tidak sempat.

"Tessa?!!"

Ia segera menoleh ke arah lelaki itu. Dengan celemek pink khasnya keluar dari kasir dan menghampirinya.

"Saya kira kamu gak mau dateng lagi gara-gara anak sontoloyo itu?"

Tessa terkekeh karenanya.

"Tadinya sih gitu. Cuman Tessa kepo banget sma menu masakan Kakak. Jadi Tessa bela-belain ke sini abis dari Gramed."Katanya tak lupa dengan tawa ringannya. Aran tersenyum samar.

"Duduk dulu kamu. Kakak masakin menu terlaris disini. Kamu pasti suka." Tessa hanya mengangguk dan kemudian duduk ditempat yang ditunjuk Aran.

Sebuah dering nyaring berbunyi dari Handphonenya.

"Ibu?"

"Halo, ibu?"

"Halo, nak. Ibu udah transfer uang ke rekening kamu nanti kamu cek ya?"

"Ah iya bu."

"Yaudh ibu tu-"

"Em..bu. Tessa mau bilang kalau Beasiswa Tessa gak jadi dihapus."

"Alkhamdulilkah kalau gitu Nak."

Tessa tersenyum mendengarnya.

"Kamu ikut olimpiade Kimia, kan?"

"Iya, bu."

"Kalau gitu semangat ya sayang. Ibu doakan yang terbaik buat kamu."

"Makasih bu."

"Ibu tutup ya, Wassalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Tessa benar-benar lega. Dan perasaannya sedang sangat baik hari ini. Namun, dia tidak sengaja mendengar pembicraan seseorang yang duduk membelakanginya.

Tessa mencoba menoleh untuk mengetahui suara berisik siapa itu. Dan bola matanya melebar karena ternyata suara itu berasal dari gadis kemarin yang pernah dia siram menggunakan jus Alpukatnya. Atau lebih tepatnya Pacar dari Kaustar Alfarizi.

Tapi, sedang apa dia bersama dengan lelaki lain? Temannya kah? Tessa menggeleng keras. Tidak seharusnya dia peduli pada urusan orang lain. Aa
Apalagi ini tentang lelaki itu. Lelaki yang Tessa sangat membencinya.

"Jadi, kamu dapet uangnya? " Tanya lelaki itu.

"Dapet dong, sayang."

'Sayang?'

Bukan maksud Tessa ingin menguping. Tapi, kedengeran saja. Tidak masalah kan?

"Kamu pinter banget sih, morotin dia."Kata lelaki itu sembari menoel hidung gadis berseragam SMA ketat itu. Si gadis malah mendesah geli karenanya. Dan itu membuat Tessa yang mendengarnya jijik.

"Ya, dong. Baby gitu loh."

Kemudin gadis itu menyenderkan dirinya ke dalam rangkulan lelaki itu tanpa merasa risih sama sekali.

Apakah Tessa menyaksikan perselingkuhan secara langsung? Entahlah, dia juga tidak mengerti.

"Bisa-bisanya dia gak keberatan ngasih uamg sebanyak itu ke kamu!"

"Dia tuh, ya cuma wajahnya doang yang ganteng. Otaknya minus. Ahahhha."Ujar gadis itu enteng. Kemudian mereka tertawa bersama.

Tessa sangat geram mendengarnya. Kautsar otak minus? Apa perlu Tessa menggeret gadis itu ke sekolah dan membengurkan kepalanya pada papan pemeringkatan sekolah. Supaya dia tahu bahwa otaknya lah yang minus.

"Yah, selain itu dia juga bisa jadi bank berjalan kamu sayang."

"Iya sih. Tapi, males aku mau putus sama dia. Orangnya kaku masa gak mau diajak nganu. Dih, kuno." Kata gadis itu entang.

"Gak kayak ku kan sayang."

"Kamu mah yang terbaik kalo nganu."

Sungguh Tessa begitu jijik mendengar kata ambigu tersebut. Bagaimana mereka bisa menjelaskannya segamblang ini.

"Jangan dulu sayang, porotin dulu hartanya sampai mampus. Baru kamu tinggalin." Lalu.mereka kembali tertawa tanpa rasa bersalah.

Seharusnya Tessa diam saja. Itu bukan urusannya. Dan dia juga membenci lelaki itu sama seperti mereka. Namun, semuanya berkebalikan dengan tindakannya saat ini.

Plak!

Tessa berdiri dan menampar wajah gadis itu dengan liar. Dia marah, kesal, dan muak secara bersamaan. Menatap pasangan menjijikkan itu dengan nyalang.

Semua penghuni Kafe terfokus ke arah mereka. Namun, tidak dengan sosok berjaket hitam yang masih tenang duduk dibangkunya. Dengan kupluk jaket yang menutup kepalanya.

"Ah, apa sih jalang. Lo lagi, lo lagi?! Nyari mati ya lo hah?"Gadis itu tersulut emosi ikut berdiri dan menatap tajam pada dua manik maya Tessa.

Seharusnya Tessa berhenti. Tapi sekali lagi hati nuraninya menghianati pola pikirnya.

"Hei, ngaca dulu sebelum ngatain orang jalang ya mbak?! Gue pernah bilang kalau Kautsr itu bodoh karena suka sama cewek murah kayak lo! Tapi, lo!"

Jeda. Tessa tersengal menahan emosinya sambil menunjuk tepat ke arah wajah gadis itu tanpa rasa takut.

"Lo lebih bodoh karena udah nyia-nyiain cowok sebaik dia!!"Tuntasnya dengan penekanan yang sangat jelas dan mungkin bisa didengar seluruh pengunjung di kafe itu. Tapi Tessa tidak peduli. Dia tidak peduli dan peecaya bahwa apa yang dia lakukan saat ini adalah benar.

Pernyataannya itu membuat gadis itu tertegun juga lelaki yang diam-diam mendengarkan dari balik mata.

"Lo tahu apa sih, anjing? Lo tahu gak kenapa dia--- si Kautsar itu cinta mati sama gue. Karena cuma gue yang peduli dan cinta sama dia. Dia cuma haus akan ketulusan tapi sayangnya dia terlalu bodoh karena ngira gue beneran cinta sama dia. Karena gue cuma cinta sama uangnya!!"Jelas gadis itu membuat emosi Tessa semakin tidak terkendali.

"Lo jahat! Dan Kaustar gak pantes dapetin perempuan jahat kayak lo!Dia berhak mendapatkan cinta dan ketulusan dari orang-orang yang baik. Gak palsu kayak lo."

Seseorang tersenyum samar disebelah sana. Mendengar penuturan gadis itu yang menurutnya sangat menarik.

"Eh, jangan mentang-mentang lo.cewek lo kira gue gak akan apa-apain lo ya, jalang."Tessa telah bersiapa menerima pukulan yang kan lelaki itu layangkan kepadanya. Dia menutup matanya membayangkan akan sesakit apa pukulan itu nantinya. Pukulan hasil dari kecerobohan dan kebeeaniannya yang tak berdasar.

Siapa?

Seseorang dibelakangnya?





Tessa & KautsarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang