"Assalamualaikum Tessa? Gimana sekolah kamu? Lancar?" Sapa suara lembut diseberang sana.
"Alkhamdulillah Bu. Tapi, Tessa mau minta maaf sama Ibu."Ah, Tessa benar-benar ingin menangis sekarang juga.
"Kenapa Nak?"
"Beasiswa Tessa dicabut Bu. Karena Tessa gagal menyelesaikan tugas dari Kepala Sekolah. Hiks...maaf maksud Tessa...Tessa menyerah melakukan tugas itu Bu. Ma, maafin Tessa. Tapi, Tessa janji bakalan cari Kerja part-time buat bayar uang sekolah."Dan kini Tessa telah meloloskan segala sesaknya. Bercerita kepada sosok ibunya saat ini selalu membuatnya lega. Entah masalah apapun itu, dengan hanya mendengar suara ibu Tessa merasa bahwa semua akan baik-baik saja.
"Tessa... Sayang...Jangan nangis ya nak. Anak ibu kan Extraordinary woman."Hibur wanita itu menenangkan.
"Maafin Tessa...hiks"
"Nak, kamu gak usah khawatirin biaya sekolah ya? Ibu insyaallah mampu kok dengan pekerjaan ibu disini. Maaf, karena gak bisa selalu ada disisi kamu sayang. Tessa jangan nangis ya nak. Kamu cukup fokus belajar saja jangan berpikir tentang biaya ya?"
Tessa semakin menangis mendengarnya. Namun, ia lega telah menceritakan semuanya. Dan kini dia harus berusaha menjadi yang terbaik semampu yang dia bisa. Karena hanya dengan itu dia bisa membahagiakan ibunya.
"Hiks..makasih Ibu. Maafin Tessa."
"Cup sayang. Ibu harus kerja lagi. Kamu tidur ya udah malem. Ibu tutup. Wassalamualikum.
"Waalaikum salam."Tessa mengakhiri panggilan. Tangisnya kini sedikit reda. Kemudian manik matanya menangkap sebuah figora kecil di atas nakasnya. Tersenyum getir penuh kerinduan. Menatap ketiga rupa yang tercetak disana. Dia, ibu,dan ayahnya. Mengingat ayahnya yang gugur ketika menjalankan tugas sebagai Tentara. Bajkan saat dia masih belum bisa mengenali wajah ayahnya. Tangis itu kembali tumpah.
Ariana adalah wanita yang begitu kuat. Bahkan dia tidak mengeluh sedikitpun kepada putrinya. Semenjak itu dialah yang menjadi tulang punggung keluarga mereka. Bahkan merantau jauh untuk mendapatkan pekerjaan sebagai Dosen dan harus meninggalkan putrinya dalam keadaan terpaksa. Disini masih ada Mbok Rana yang menjaganya sedati kecil dan bisa dipercaya. Sedangkan jika Ariana membawanya ke Jakarta belum tentu dia bisa tenang meninggalkan Tessa kecil saat ia bekerja.
Mungkin Tessa memang kekurangan kasih sayang. Dan mungkin Tessa berharap bahwa ia bisa bersama disamping ibunya saat ini. Tapi, Tessa harus harus dewasa walau belum waktunya. Dia harus mengerti dan harus memaklumi. Karena mereka sama-sama berjuang satu sama lain untuk kehidupan mereka. Tessa hanya punya Ariana dan itu sudah sangat cukup baginya.
***
"Nak Tessa, apakah kamu ingin bertemu dengan saya?"Tessa mengangguk sopan didepan pria paruh baya yang sudah setengah beruban itu.
"Silahkan duduk nak."
Setelah menempatkan dirinya dan menyiapkan diri berkali-kali. Tessa mulai berbicara.
"Maaf, Pak saya kemari untuk menypaikan bahwa saya telah mengundurkan diri dari tugas yang anda berikan. Yaitu tuga auntik merekrut Kautsar Alfarizi sebagai Bendahara Osis. Dan untuk itu saya siap menerima konsekuensinya."
Jeda.
"Termasuk dihapusnya Beasiswa saya."Tessa meneguk salivanya berkali-kali. Tidak berani menatap ekspresi Kepala Sekolah dihadapannya.
"Ahahahaha....sudah bapak duga Kautsar itu memang terlalu bandel untuk ditaklukkan."
Tessa kaget mendengarnya. Ia menatap Kepala sekolah yang masih terkekeh dengan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tessa & Kautsar
Teen FictionTessa harus berurusan dengan adik kelas paling menyebalkan yang pernah ada karena urusan Osis. Namun, apa jadinya jika tiba-tiba adik kelas itu jadi bucin kepadanya? Yoroshikuoneghaishimasu~ Lets to read