22

3K 221 11
                                    

"Jungwon jangan pernah tinggalin kakak lagi ya?" — Jay

Jay dari beberapa hari yang lalu sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Dan di sinilah dia sekarang, di rumah Jay.

Rumah yang dulu di dalamnya sering terjadi masalah, rumah yang menjadi selalu saksi bagaimana perbuatan jahat Jay pada Jungwon.

Seandainya rumah bisa berbicara, mungkin dari awal Jay sudah disuruh pergi dari tempatnya sendiri.

Tapi semua itu sudah lewat, dan itu hanyalah masa lalu yang harus dikubur dan dilupakan. Walaupun tak segampang yang dibayangkan tapi masa lalu biarlah menjadi masa lalu.

Jungwon sendiri tak pernah menyesal karena sudah menuruti permintaan orangtuanya. Ia malah bersyukur karena ini semua, walaupun awalnya tak berjalan dengan baik tapi Jungwon yakin jika memang Jay adalah jodoh yang tepat untuknya, bagaimanapun caranya pasti semuanya akan berakhir bahagia.

Dan tanpa ragu Jungwon akan selalu menjawab "iya," jika Jay meminta dirinya untuk tidak akan pernah meninggalkan Jay.

Seperti sekarang, entah sudah berapa kali Jungwon menjawab permintaan Jay itu.

"Iyaa kak Jay ku sayang. Yang boleh buat aku ninggalin kakak cuma maut."

"Ih apaan ngomong ngomong soal maut. Kan kakak jadi takut kehilangan kamu. Pokoknya kamu harus hidup sampe kita tua, kalo perlu matinya bareng aja."

Jay yang posisinya sedang memeluk Jungwon makin mengeratkan pelukannya, saking takutnya ia kehilangan kesayangannya itu.

Jungwon yang menyadari hal itu pun tak dapat menahan senyumannya. Bahagia sekali rasanya Jay sudah bisa menerima dirinya dan bahkan terlihat sangat tidak ingin kehilangannya.

"Kak, makasih."

"Hm? Makasih buat apa sayang?" Jay menundukkan kepalanya agar ia bisa melihat muka Jungwon dengan jelas.

"Buat semuanya. Kak Jay, seandainya dari awal aku engga ditakdirin buat ketemu kakak aku mungkin ga bakal jadi orang yang sekuat sekarang. Walaupun awalnya jalan cerita kita ga sebagus itu tapi aku bisa dapet beberapa pelajaran dari sana. Tuhan emang adil banget ya kak?"

"Jungwon..."

Entah kenapa mata Jay sekarang sudah sangat berkaca kaca. Jay tak tau mengapa Tuhan sebaik ini padanya karena memberikan Jungwon untuk dirinya.

"Jungwon, seandainya kakak bisa ngulang waktu, kakak pengen banget ngerubah sikap kakak yang dulu ke kamu. Kak Jay ngerasa ga pantes banget buat orang sebaik kamu."

Jungwon dengan cepat mengelengkan kepalanya tanda tak setuju dengan ucapan Jay, "engga. Kak Jay orang yang paling pantes buat aku, ga ada yang bisa ngerubah itu sampai kapan pun. Aku emang udah jadi takdir kak Jay."

Jungwon setelah itu langsung menenggelamkan kepalanya di dada Jay.

"Jungwon, i love you."

"I love you too, kak Jay."

***

"Jadi?"

"Aku berhasil!!"

"WAAHH SELAMATT SAYANGNYA KAK HANBIN."

Hanbin, salah satu orang yang berpengaruh besar dihubungan Jay dan Jungwon, terlihat sangat senang ketika tau Jungwon berhasil menaklukan hati Jay. Dirinya pun memeluk Jungwon sambil terus tersenyum bahagia.

"Kak Hanbin makasih... aku bisa jadi kayak sekarang semuanya karena kakak. Mungkin kalo bukan karena kakak aku bakal nyerah..."

"Sayang, di dunia ini apapun yang terjadi itu semua karena emang udah jalannya. Jadi kamu bisa kayak sekarang itu artinya karena emang jalannya kamu kayak gini. Diri kamu juga hebat karena udah ngelewatin ini semua."

Jungwon tak dapat lagi menahan air matanya, dirinya tak mengerti mengapa ia dikelilingi dengan orang orang yang sangat baik.

"Eh kok nangis? Udah ya, cup cup cup," Hanbin makin mengeratkan pelukannya pada Jungwon.

Belum sempat Jungwon berbicara, tiba tiba saja suara Jay terdengar di dekat mereka.

"Ngapain pelukan gitu?" Ucap Jay dengan muka datarnya.

Jungwon yang kaget karena suara Jay yang tiba tiba langsung refleks melepaskan pelukannya.

"Kamu nangis?" Tanya Jay masih dengan muka datarnya.

'ya menurut lo aja sih bego' — Batin Hanbin

"Ekhem, kalo gitu kakak permisi keluar dulu ya Jungwon," Hanbin yang tak ingin menganggu kedua orang itu memutuskan untuk pergi dari sana.

"Kenapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Jay, tangisan Jungwon malah makin deras.

"Eh ehh kok tambah keras nangisnya? Engga, engga, kak Jay ga marah kok. Udahan ya baby, berhenti nangisnya."

Jay langsung memeluk Jungwon sambil mengecup pucuk kepalanya, berusaha agar Jungwon berhenti menangis.

Dirasa tangisan Jungwon sudah reda Jay memutuskan kembali bertanya, "kenapa kok tadi kakak tanya bukannya jawab malah tambah nangis?"

"aaa ituu kak Jay kaki akuu—

kakak injek huhuu."























*JAYWON*

ini keadaannya udah kek keputer banget, bisa bisanya ak kepikiran buat nulisnya😭

dah ah ntar lagi ye ges upnya, makasiih buat semuanyaa, lopyu tritausen😘🤭💞



unwanted marriage? [Jaywon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang