T h e L u c e l e n c e' s
IRIS adalah kisah yang berbeda.
Tentu Iris menyayangi semua saudaranya. Namun tidak ada yang bisa dengan mudah menerima perbedaan.
Iris tidak memilikinya. Kemampuan itu.
Grandma dengan kristal saljunya.
Papa dengan petirnya.
Keith dengan semilir anginnya.
Adara dengan kobaran apinya.
River dengan aliran airnya.
Milo dengan hutannya.
Iris? Mama bilang, Iris dengan pelanginya.
***
Perwujudan krisis kepercayaan diri sedang terjadi. Sekarang, tepatnya.
"Halo semua... Namaku Iris... Celestia. Aku baru saja pindah dari Belanda. Mohon bantuannya!"
Mau berapa kali pun Iris sudah melakukannya, dia tak pernah terbiasa.
Apa itu berhasil? Iris mengangkat wajahnya.
"HAI!" koor anak-anak sebayanya serempak. Raut wajah mereka antusias. Iris mulai rileks.
Awal yang baik.
"Iris, kamu boleh duduk, Nak. Di sebelah Mina. Disana. Ya." Mina melambaikan tangan, gadis itu tersenyum ramah.
"Mina, Pinjamkan buku, oke? Kita mulai, smeuanya! Buka buku kalian halaman 23!" Itu terlalu cepat. Tapi baiklah. Iris duduk di sebelah anak yang melambai tadi.
"Hai," Iris menyapa, mengecilkan suaranya.
"Halo." Lawan bicaranya balas menyapa, menyodorkan buku cetak. Pelajaran dimulai.
Hari ini, matematika. Iris membuka buku catatannya yang penuh. Dia belajar sebelumnya, dengan Keith. Matematika bukan pelajaran mudah, tapi setidaknya Iris mengenal angka-angka. Seperti River, pemahaman bahasanya belum terlalu lancar.
Iris menghela napas, mengangkat pandangannya ke papan tulis.
Memulai.
***
Sabtu. Sekolah libur. Iris menghabiskan waktu menjadi penjaga bel pintu seharian karena satu-dua hal.
Iris tengah menunggu seseorang, dan sesuatu yang dibawanya.
Pagi hari.
Tok tok tok...
Iris membuka pintu. Tidak seperti kelima saudara yang mempunyai kode, Mama, Grandpa, Grandma, Lu Xia, Lu Mei, dan Papa tidak membuatnya. Mereka mengetuk pintu sesuka hati jadi Iris tak tahu siapa saja yang pulang.
"Iris?" Itu Mama dan tas belanjanya penuh di kanan-kiri. Iris bergegas membantu.
"Dimana kakak-kakakmu?"
"Kak Keith belajar di atas Kak Dara sedang keluar, Kak River tidur, Kak Milo juga di luar, katanya ingin berpetualang---"
"Baiklah. Sekarang bangunkan kakak ketiganya dan suruh dia hidupkan air. Bisa-bisanya tidur di pagi hari begini..." perintah Mama.
Iris mengangguk patuh. "Kak Mei dan Kak Xia di dapur, Ma."
"Ah, ya. Bilang pada Keith untuk istirahat. Dia bukan robot, kan? Suruh keluar saja. Mama perlu menelpon Adara, sebentar lagi waktu lesnya dimulai, dia harus pulang. Milo---" Mama menghela napas sesaat, tak ingin membahasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Meet The Lucelence's
Teen Fiction[PART 1 SELESAI] Tidak ada keluarga yang lebih sempurna dibandingkan keluarga Lucelence. "Iris... kenapa merenung begitu?" "Bukan hal penting, Ma. Kak Keith dimana?" Tidak ada. "Kesinikan remotenya, Anak Nakal!" "Ini baru episode lima, Granny! Kube...