8| Kepulangan Dua Lu

5 2 0
                                    

T h e  L u c e l e n c e' s

LU XIA dan Lu Mei serempak mengetuk pintu depan rumah keluarga Lucelence. Meletakkan dua koper abu-abu, mengeratkan ransel yang bertengger di pundak.

Mereka kembali sehari lebih cepat. Tiba saat matahari mengucapkan selamat tinggal, memberi salam perpisahan dengan warna jingga kemerahan-merahan.

Pintu terbuka lebar. Lima anak Lucelence berdiri, berpose seolah-olah mereka bunga mekar, menempelkan dua tangan di bawah dagu.

Keith melakukannya dengan serius, alisnya berkerut. Tatapan River datar, mata sipitnya terkantuk-kantuk. Milo dan Iris memakai mahkota rumput, memamerkan senyum sejuta watt. Adara mengukir tulisan welcome di atas kepala keempatnya, membara. Api meletup kecil, menyisakan asap.

"SELAMAT DATANG KEMBALI!" Milo dan Adara berteriak, suara mereka menggentarkan rumah.

Mei dan Xia berjalan mundur, kaget bercampur senang. Setengah hidup dan setengah mati.

"Hai, Kak! Bagaimana di Cina?" Iris tersenyum tingkat, menggamit tangan keduanya, mengambil posisi di tengah-tengah. Mendorong mereka masuk. Keith dan River menjadi kuli sehari, mengangkut koper dan ransel.

Harusnya Mei dan Xia sadar. Biarpun anak-anak Lucelence sedikit tertutup dari dunia luar. Para Lucelence layaknya empat Nian Gao* yang dijajarkan berdampingan. Kaya akan rasa dan perbedaan.

Dalam bahasa manusia, singkat katanya, kegilaan.

"Oleh-oleh?!" Milo celingukan melihat bawaan keduanya.

"Milo... yang benar saja." Teriel menarik kerah baju Milo. Ck... anak ini.

"O-oleh-oleh! Aaakh!"

Sarah menepuk pundak mereka. "Hai Mei, Xia. Capek? Lelah? Duduk dulu." Di ruang tengah, Grandma dan Grandpa mengangguk sekilas pada si kembar. Keduanya duduk berdampingan menghadap televisi. Candu benar.

"Ceritakan! Kalian ketinggalan banyak! Bagian-bagian seru dari Malam Perapian! Giliran Lu bersaudara untuk cerita malam ini. Ya, kan?" Dara meminta persetujuan, yang lainnya mengacungkan jempol. Duduk melingkari karpet.

"Cerita, ya..." Lu Xia memejam, mengangguk-angguk.

"Apa boleh bongkar tasnya?"

"Tentu-tentu. Yang ransel aja, Milo." Mei mengizinkan.

"Yahoo! Uwaah! Mie lagi? Kue-kue! Aku lapar!"

"Sepertinya enak." River berkomentar. "Apa tidak ada bantal? Atau headphone?

"Baju Cina?" Dara ikut melongok, mengaduk-aduk tas.

"Kakak-kakak Lu, foto dengan Bai Shuzen! Ada tidak? Aku ingin melihatnya. Ular putih lucu itu." Mata Iris bersinar.

"Tidak ada, ya..."

"Punyaku juga..."

"Sama..."

Ketiganya melengos pasrah, menatap tas ransel yang setengahnya diisi mi, sisanya kue,

"Kalian ada list di grup. Benar?" Keith memastikan. Milo, River, dan Adara mengiyakan.

"Aku juga memesan."

Lets Meet The Lucelence'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang