T h e L u c e l e n c e' s
Itu adalah Malam Perapian yang lain. Seminggu sekali, para Lucelence berkumpul untuk menghabiskan wanitu bersama, dan kali ini Grandpa dan Grandma bergabung. Kembar Lu mengambil penerbangan ke Cina untuk menemui ular kesayangan mereka dan merayakan Lunar New Year.
Adara menyalakan api. "Grandma, tidakkah Grandma mau bercerita tentang sesuatu?"
Grandma menaikkan alis, seolah berkata, 'kenapa aku harus melakukannya?'
"Ayolah, Granny! Minggu lalu, Mama-Papa bahkan menceritakan pertemuan mereka saat bertemu. Kita semua butuh cerita. Ini malam perapian! Waktu untuk cerita keluarga. Meski aku tetap tidak setuju namanya Malam Perapian."
"Itu nama yang bagus."
"Hanya karena ada api di dalam kata-kata itu?"
"Bagaimana dengan Keriuhan Malam?" River mengusulkan nama baru. Melupakan fakta bahwa minggu lalu mereka melakukan voting dan Malam Perapian menang.
"Ou! Iris suka keduanya. Tapi Malam Berbintang tampak bagus!"
"Skakmat." Senyum malaikat Grandpa mengakhiri permainan catur tengah malam itu. Lawan mainnya, Keith, hanya bisa menghela napas pasrah, menyimpan kembali pion-pion catur. Lagi-lagi kalah. Dengan begini skornya menjadi 11-20. Ya, yang menang sembilan kali itu Grandpa. Pernah tiga kali seri. Jangan tanya Keith kenapa dia bisa kalah berkali-kali. Dia sendiri tak paham.
"Bagaimana kalau Grandpa yang cerita?" Keith tersenyum.
"Hohoho... tidak-tidak. Aku sudah terlalu tua untuk itu." Tapi Grandpa tidak merasa terlalu tua untuk bermain catur dan hanya pernah mengalah sembilan kali? Hmph.
"Oh... itu akan hebat! Dad, ayo cerita!" pinta Teriel bersemangat. Dia sendiri tak tahu banyak tentang cerita masa lalu keduanya. Keith mengangguk-angguk. Dia juga tampak penasaran, bolak-balik memandang Grandpa dan Grandma.
Grandpa berdeham. "Itu... hanya cerita lama. Tidak perlu lah diulang lagi." Grandpa mengibas-ngibas tangannya.
"Hm. Liat sekarang tahun berapa, teknologi dimana-dimana. Drama tentang zaman dahulu pun bertebaran dari berbagai negara. Itu lebih dari cukup, bukan?"
Keenam anggota inti saling memandang, memasang senyum licik yang sama. Satu hal tentang para Lucelence, jika mereka bersatu, dunia pun tak kuasa menolak.
Masing-masing dari keenam anggota inti memiliki strategi mereka sendiri.
Strategi Nomor Satu datang dari kepala rumah tangga Lucelence, Sarah Laika.
"Mom, Dad, Soekarno, Presiden Indonesia pernah mengatakan
Sarah menamainya, 'Pendekatan Sejarah'.
Grandma tidak bergeming. Dia mendengus, tidak puas.
"Tidak, Sarah. Maaf." Grandma mengangkat tangannya, dengan elegan menolak. Bahu Sarah turun. Gagal.
"Kalau Grandma cerita, anak ini!" Teriel menarik paksa ujung baju Milo. "...akan merelakan jatahnya menonton televisi selama tiga hari!"
"A-apa?! Tidak---"
"Dua Minggu." Grandma menawar lebih tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Meet The Lucelence's
Fiksi Remaja[PART 1 SELESAI] Tidak ada keluarga yang lebih sempurna dibandingkan keluarga Lucelence. "Iris... kenapa merenung begitu?" "Bukan hal penting, Ma. Kak Keith dimana?" Tidak ada. "Kesinikan remotenya, Anak Nakal!" "Ini baru episode lima, Granny! Kube...