T h e L u c e l e n c e' s
Para hewan peliharaan keluarga Lucelence juga punya ceritanya sendiri di tempat-tempat mereka berkeliaran di dalam rumah.
Waktu-waktu krusial untuk kelima makhluk imut itu adalah sore. Itu sudah ditetapkan sebagai jam-jam wajib untuk berkumpul dan menghabiskan masa.
Benar.
Melakukan percakapan penting. Rahasia-rahasia yang tak bisa didengar pemilik mereka.
"Tidakkah kalian merasa ini tidak adil?" Selalu dan selalu. Pukul empat sore, mereka memulai pembicaraan ini usai lepas dari kandang. Pertemuan tiga jam kebebasan yang diawali kucing anggora kita, Crystal.
"Apa? Di Bagian mana?" Rukh cepat menyahut.
"Julukan. Kalian dengar? Kita juga harus memberi bawahan kita julukan! Yang elegan, imut, tapi menjelaskan posisinya."
"Mulai dari..."
"Ayo mulai dari Grandpa! Utarakan pendapatmu. Ya, Felix?" Crystal menunjuk landak pemalu itu.
"I-itu... humm... Kakek kita?"
Ryuu mengeong panjang, tak setuju. "Bukankah itu terlalu personal? Dan Grandpa bukan kakek kita. Dia kan, manusia, bukan hewan."
"Kakek senang bermain dengan pio-pion hitam-putih itu. Kalian ingat? Aku pernah mengambil satu pion hitam saat kakek bermain sendirian. Dia kebingungan sementara aku pura-pura bergelung tidur di sofa. Lucu sekali!" cerita Crystal. "Menurutmu, Felix?" Kucing itu melayangkan pandangannya ke landak mini yang diam-diam mendengar.
"Kakek Catur?"
Rukh berkicau. "Tidak buruk. Ayo taruh di daftar."
"Aku setuju." Ryuu menimpali, mendengkur pelan.
"Boleh juga." Molly ragu-ragu menyetujui.
"Lanjut ke Grandma. Grandma diam-diam menonton adegan aksi yang membuat Milo teriak-teriak karena bersemangat. Ciaaat~ Ciaatt~ bunyinya." Crystal mengeluarkan cakarnya, menggores semen. Molly dan Felix siaga menjauh dengan cara hamster-landak.
"Ow! Maaf! Jadi---Grandma berusaha keras agar tak siapapun tahu. Tapi aku, berhasil mengetahuinya."
"Penyihir Es?" Ryuu mengusulkan.
"Sejak kapan kamu jadi pintar? Bagus!"
"Hei, Ryuu, dia mengejekmu, tuh."
"Huh? Kamu melakukannya Crys?"
"Selanjutnya, Mama." Crystal acuh tak acuh.
"Mama sepertinya sering pergi berburu seperti Papa, kan?" Molly mencoba bergabung, mencomot potongan buah dari wadah makanannya.
"Hm. Lama sekali mereka mencari makan, padahal aroma makanan seringnya bersumber dari Mei dan Xia." Ryuu berujar, berguling asal.
"Dia seorang ibu, kan? Mama itu." kata Felix. "Saat malam dia menunggu semua orang tidur dan mengecek pintu-pintu, termasuk pintu kandang kita."
"Nyonya Rumah?" Semua menyahut setuju dengan cara masing-masing.
Ryuu bergidik. "Selanjutnya pasti Papa? Loncat saja, bagaimana?"
Felix mencicit setuju. Takut.
"Tidak bisa." Crystal menolak.
Ruth merendahkan suara. "Tuan Guntur. Kilatan cahaya di langit yang kuintip waktu fajar datang dan benar-benar menggelisahkan. Aku takut jantungku lepas karenanya. Seringnya Papa tidak membiarkan Keith bangun tanpa halilintar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Meet The Lucelence's
Teen Fiction[PART 1 SELESAI] Tidak ada keluarga yang lebih sempurna dibandingkan keluarga Lucelence. "Iris... kenapa merenung begitu?" "Bukan hal penting, Ma. Kak Keith dimana?" Tidak ada. "Kesinikan remotenya, Anak Nakal!" "Ini baru episode lima, Granny! Kube...