2. 07.20

3K 416 15
                                    

Erisa termenung, tanpa sadar menatap foto pak presiden Jokowi di kelasnya. Erisa berpikir apabila dia membuat video permintaan tolong pada beliau, apa bisa manusia yang sedang menganggu ketenangan batinya di penjara?

Erisa menoleh kebelakang kelas dimana segerombolan siswa dan siswi tengah bermain kartu UNO. Tentunya ada Arvan diantara mereka. Yang membuat Erisa tak habis pikir adalah, bagaimana semua orang berlagak jika Arvan itu adalah teman baik mereka sejak lama.

Dimana Rehan si anak motor, menjitak kepala Arvan karena dia terus-terusan kalah. Jeki si Wibu yang selalu memakai topi dokter Tony Choper, tengah tertawa terbahak-bahak. Charlie, salah satu anak pintar seantero sekolah, mengejeknya dengan berkata, "Cupu banget lo Van! Masih jagoan nenek gue dari pada lo!" Lalu Kevin si bucin, yang sedari dari tadi merekam semua kejadian itu.

Teng! Teng! Teng!

Bel sekolah berbunyi menandakan pelajaran pertama akan dimulai. Semua murid duduk dibangkunya masing-masing.

Nafas Erisa kian memburu selagi jarum jam menujuh ke pukul 07.20. Dalam hati Erisa berkata, "Selama apa yang dia bilang gak pernah terjadi, aku gak perlu khawatir."

Dimalam kemaren Erisa tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya mendengarkan semua perkataan Arvan, hingga Arvan keluar dari kamarnya. Setelah itu ia terus merenung dan gelisa hingga kembali tertidur, sampai dipagi ini, di dalam kelasnya ia kembali mengingat semua kejadian semalam dengan jelas.

"Aku bakalan buktiin kalau aku memang anak mama," ucapan Arvan muncul lagi dalam benak Erisa.

Suasana kelas XII IPA 7 menegang sering Pak Joko, guru Kimia memasuki kelas.

"Siapkan kertas selembar, kita ulangan untuk merefresh ingatan kita tentang pelajaran di kelas XI kemaren." ucap pak Joko datar, yang langsung mendapatkan protes dari semua murid dikelas.

Erisa menelan ludahnya melihat jam dinding yang menunjukan arah 07.20. Pelan-pelan Erisa menoleh kebelakang dimana Arvan duduk dipaling pojok kelas. Arvan yang membalas tatapan Erisa langsung memberikannya senyum miring.

Flashback On

"—Nama aku Arvan Theodor, anak kamu dari masa depan," ucap Arvan menyodorkan tangannya sambil kembali menunjukan senyum kakunya.

Erisa menatap tangan Arvan tanpa berniat menjabatnya. Hal itu tentu membuat Arvan mengelus dada. Rasa malu dan kesal bercampur menjadi satu dalam hatinya.

Arvan mengusap wajahnya kasar. Kemudian menatap Erisa malas. Apakah Erisa ini memang ibunya? Karena dimasa depan sifatnya sangat berbeda. Erisa dimasa depan adalah orang yang penyabar, dan bertutur kata lembut. Sedangkan di masa ini, kenapa dia begitu kasar dan menyebalkan.

"Aku anak mama dari masa depan, karena aku tahu Mama gak suka rasa stroberi," ucap Arvan.

"Banyak yang sudah tahu," jawab Eris cepat.

"Mama punya tahi lalat di punggung," ucap Arvan lagi.

"Bisa aja kamu tanya orangtua kan kamu hipnotis mereka," jawab Erisa.

"Mama gak punya teman," ucap Arvan.

"Semua orang disekolah tahu," jawan Erisa.

Arvan masih berusaha bersabar. "Mama suka bikin boneka rajut," jawab Arvan.

"Ya itu dulu bisnis olshop aku," jawab Erisa.

Arvan mengepalkan tangannya. Berusaha untuk tetap dalam mode kepala dingin.

Seakan bola lampu muncul diatas kepala Arvan, yang teringat dengan cerita Erisa di masa depan.

"Mama punya cita-cita untuk keliling dunia," ucap Arvan.

Erisa tertegun. Bagaimana bisa Arvan tahu? Tidak! Itu pasti juga tipuan. Dia pasti sudah mengkeruk semua informasi dalam otak Erisa. Begitulah yang dipikir Erisa.

Menarik nafas dalam Arvanpun berkata, "Yaudah mama, mau bukti apa? Biar bisa percaya kalau aku anak mama dari masa depan."

"Gak perlu bukti apa-apa, karena aku tahu kamu penipu yang berteman sama tukang hipnotis. Ya ... aku pasti juga kena hipnotis dari temanmu si rambut pirang itu. Kamu pasti udah tahu semua isi otak aku. Gak mungkin ada orang yang bisa berubah jadi kucing, gak mungkin juga orang punya kekuatan sihir. Ini bukan novel harry potter. Orangtua aku pasti udah kamu hipnotis kan? Keluar sekarang dari rumah aku sebelum aku panggil polisi!" ucap Erisa panjang kali lebar.

"Feel free untuk ngerasa gak percaya, tapi jangan sampai mama ngelakuin hal-hal yang bodoh. Misalnya kayak lapor polisi. Darel udah buat eksistensi aku di jaman ini diterima sebagai adiknya mama. Sekalipun mama laporin ke polisi, bukannya mama dapatin aku pergi dari sini. Tapi mama bakalan di bawa ke psikiater karena dianggap gila. Tentunya itu juga bikin aku lebih lama tinggal disini," ucap Arvan yang membuat Erisa menatapnya serius.

"Gini aja, kalau apa yang aku bilang sekarang gak terjadi besok. Aku bakalan pergi dari sini, dan kembali kemasa depan. Tapi kalau apa yang aku bilang sekarang terjadi. Mama harus nerima kalau aku anaknya mama, dan dengarin semua ucapan aku," kali ini Erisa melihat Arvan dengan tatapan yang menunjukan ketidak setujuannya.

Entah mengapa dengan jendela kamar yang terbuka lebar dan Ac yang menyala di enambelas derajat celcius, Erisa malah merasa panas. Dia bingung bagaimana merespon Arvan. Seorang yang tak dikenal, kemudian mengaku sebagai anaknya dari masa depan, jangan lupa ia memiliki teman seorang yang memiliki kekuata sihir.

"Jam 7.20 besok, Pak Joko ngadain ulangan harian kimia dadakan. Jam 10. 27 baju mama bakalan kotor karena kopi. Jam 16.00 mama bakalan nolong anjing yang sekarat dipinggir jalan," Jelas Arvan.

Erisa menelan ludahnya kasar, Arvan menjelaskan waktu kejadian dengan begitu detail. Seakan ia benar-benar tahu semua kejadian yang akan terjadi.

Setelah itu Arvan hanya tersenyum dan langsung pergi keluar dari kamar Erisa.

Flashback Off

"Mama gak tahu kamu lagi kenapa, tapi yang akur ya sama Arvan," pesan Vero sebelum Erisa berangkat sekolah tadi, yang membuatnya mengurungkan niat untuk menendang Arvan ke Kwangnya.

Erisa mengalihkan pandangannya kedepan dengan cepat. Dia berusaha mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan. Padahal dirinya sedari tadi hanya duduk tapi jantungnya seperti orang yang sedang lari maraton.

"Masih ada dua lagi, aku cuman harus pastiin itu semua gak terjadi." Ucap Erisa dalam hati.

.
.
.
.
.
TBC

Catatan:
Aku lagi ada masalah keluarga, jadi gak bisa konsisten update :'). Aku bersyukur banget di SMA ini aku punya teman yang luarbiasa. Dia bener-bener suport aku, di masa-masa sulit.

Btw guys, besok aku presentasi PKN sama ambil nilai praktek sasing. Doain aku ya 🥰🙏.

Oh iya belum di edit ya ceritanya, jadi maklumin kalau ada typo 😭🙏

Dear MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang