19. Kembali

702 68 13
                                    

Erisa menyenderkan kepalanya pada kaca jendela mobil, dia merasa lelah hanya dengan menatap gedung-gedung tinggi yang mereka lewati. Entahlah sejak pulang dari rumah sakit kemaren dia merasa ada yang aneh, tidak hanya pada dirinya tapi pada lingkungan disekitarnya. Ya walaupun belakangan ini dia memang ada di situasi yang tak bisa di percaya dengan logika manusia, tapi kemaren hingga hari ini keanehan itu seakan berada di titik puncak.

Kemaren setelah Erisa dan Josh keluar dari rumah sakit, Erisa langsung memesan taksi online, seperti saat mereka ingin berangkat menjenguk jelita. Namun ternyata Josh tidak ikut bersama Erisa, Josh berkata dia ada urusan ditempat lain.

Lalu dimana letak keanehannya? Semua itu bermula saat pagi tadi, ketika ia, Vero, dan Cakra sudah meninggalkan rumah untuk pergi ke gereja. Kala itu Cakra bertanya pada Erisa, kenapa motor milik Josh masih terparkir di depan kafe mereka? Apakah Josh menitipkan motornya? Sebab kunci motornya tergeletak di pantry dapur. Erisa hanya bisa menggelengkan kepala tidak tahu, seingatnya kemaren motor itu tidak ada di sana. Setelah berpisah di rumah sakit, Josh juga tidak mungkin kembali lagi ke kafe karna pintu sudah Erisa kunci.

Veropun berspekulasi, mungkin saja itu bukan motor milik Josh, tapi tetangga mereka yang menumpang parkir. Cakra menggeleng tak setuju, sebab ia hafal plat motor Josh.

Veropun kembali berkata, "Ya sudah, anggap aja Josh nitip motornya di rumah kita."

"Tapi anak itu, cuman punya satu kendaraan dia juga tinggal sendirian, gimana dia mau pergi-pergi kalau motornya ada dirumah?" sanggah Cakra.

"Pah gak usah dibawa pusinglah, bisa jadikan dia tiba-tiba gak enak badan makanya tinggalin motornya di rumah kita," tutur Vero.

"Gak enak badan gimana? Memangnya pas jenguk Jelita, Josh kelihatan sakit?" tanya Cakra khawatir.

"Udah ah pah! Papa fokus aja nyetir toh nanti ketemu di gereja, iya kan Er," kata Vero.

Erisa menganggukan kepalanya.

Percakapan itu tak berhenti disitu, Vero menceritakan kejanggalan yang ia alami kemaren. Dimana Jelita sembuh setelah seorang kakek tak dikenal menyuruh mereka untuk bersiap pulang.

"Kakek-kakek itu kelihatan biasa aja, tapi dia juga kelihatan kayak bukan orang sembarangan. Papa ngerti kan maksud mama? Dokter aja sampai bingung loh," tutur Vero.

"Udahlah mah, gak usah diambil pusing toh nanti siang kita jemput Jelita dari rumah sakit," kata Cakra membuat Vero berdecih kecil.

"Pah, Mah," panggil Erisa.

"Iya, kenapa nak?" jawab Vero dan Cakra unisono.

Erisa berhenti sejenak memikirkan bagaimana mengutarakan pertanyaan di otaknya. Apakah dia langsung bertanya lagi mengenai Arvan dan Darel? Atau berpura-pura bawa novelnya hilang?

"Papa sama mama, waktu masih muda pernah aku datangin gak? Terus gak lama aku ngilang gitu aja," tanya Erisa tanpa sadar.

Cakra dan Vero terdiam sejenak dan melemparkan tatapan pada satu sama lain.

"Pah kayaknya yang harus kita pusingin sekarang Erisa," bisik Vero.

Cakra mengangguk setuju. "Erisa, kamu gak papa sayang?" tanya Cakra melihat putrinya dari spion tengah.

Eugh! Aduh Erisa ini bodoh bukan main, kenapa dia harus bertanya hal seperti itu?

Sadar akan situasinya Erisa lantas mengoreksi pertanyaanya, "Maksud aku, waktu papa sama mama masih muda ketemuanya gimana?"

"Oooooh" ucap Vero dan Cakra unisono.

"Dulu pas papa tinggal di Jepang, papa ketemu mama kamu yang waktu itu baru mulai part time di restaurant tempat papa suka beli sushi," jelas Cakra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang