16. Petuah Nenek Tua

859 121 9
                                    

Bunyi spatula dan wajan yang beradu merdu, bagaikan alunan musik bagi dua orang yang tengah bekerja keras menyelesaikan beberapa pesanan. Ini kali pertama bagi Erisa bekerja di dapur untuk memasak, selama ini ia hanya membantu di depan, dan jikalau ia ditugaskan di dapur Erisa hanya mencuci piring. Sebab Erisa tahu memasak itu tidaklah mudah, dan benar saja ini adalah pekerjaan yang sangat sulit.

Pesanan masuk silih berganti, entah dari para pelanggan yang datang berkunjung langsung atau dari aplikasi ojek online. Erisa tidak berbakat dalam bidang memasak, bahkan sangking buruknya, ia pernah membuat Caramel chicken popcorn yang sekeras batu bata. Oleh karna itu kali ini, ia hanya membantu Josh menyiapkan bahan2 serta membungkus dan memghias makanan yang akan diantar kepara pelanggan.

Wah Erisa benar-benar salut dengan Josh dan Cakra yang bisa menyukai pekerjaan ini. Pekerjaan yang menuntut kecepatan, rasa, dan keuletan.

Josh melirik Erisa yang masih memotong-motong bawang bombay, sepertinya Josh salah perhitungan sehingga bahan-bahan yang ia potong semalam telah habis sebelum kafe di tutup.

"Erisa lo gak capek?" tanya Josh.

"Enggak kok kak," elak Erisa, dengan peluh yang keluar di dahinya.

Josh tertawa kecil, dia jadi ingat waktu pertama kali ia bekerja ditempat ini. Ia sangat ingin membuat Cakra kagum, namun tidak ada satupun yang berhasil. Salah satunya dengan mengerjakan apapun yang dia pikir membantu Cakra.

"Kak Josh hebat ya, jago masak sama kayak papa," ucap Erisa yang baru saja selesai memotong bawang bombay.

"Aduh Erisa jangan samain gue sama beliau, kalau masak beliau itu kayak monster tahu," ungkap Josh.

"Hah? Maksudnya gimana kak?" tanya Erisa bingung.

Sembari memasak Joshpun menceritakan bagaimana awalnya ia bertemu Cakra. Ternyata Cakra adalah teman baik ayahnya Josh, Kuncoro. Tapi Cakra sama sekali tidak peduli, ketika tahu Josh adalah anak jurusan tata boga. Malah Verolah yang memohon padanya untuk bekerja di kafe mereka, walaupun saat itu kafe inipun belum dibuka. Berulang kali Josh menolak, karna ia memiliki mimpi menjadi koki di hotel bintang 5.

Bahkan Josh muak dengan tingkah laku Vero yang seperti anak-anak, ia selalu muncul dimanapun Josh berada untuk menanyakan hal yang sama. Vero bahkan menantang Josh untuk duel masak dengan Cakra.

Melihat kelakuan Vero, pendeta di tempat mereka bergereja, sampai berbicara empat mata dengan Josh, untuk meyakinkannya bahwa Cakra dan Vero adalah orang yang tepat jika Josh mau menjadi orang besar di dunia kuliner.

Awalnya Josh bingung dan tidak percaya, namun Josh begitu menghormati pendeta mereka sehingga ia mau menerima tawatan Cakra.

Dan bener saja Cakra sangat hebat dalam bidang ini. Tidak-tidak, Cakra adalah yang terhebat. Bahkan ia sangat cepat dan lincah dalam menyediakan hidangan yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Karna itu Josh sangat menghormati Cakra. Sekarang mimpi Josh tidak lagi menjadi chef do hotel bintang 5, tapi melampui Cakra dan mengembangkan kafe Will hingga mendunia.

"Papa sehebat itu ya?" tanya Erisa.

"Yang terhebat, yang pernah gue temuin," kata Josh membuat Erisa tersenyum senang.

"Tapi kak Josh juga gak kalah hebat kok," kata Erisa.

Josh tersipu malu sambil menggeleng-ngelengkan kepala mengelak. "Gak-gak, bahkan setahun gue kerja disini, gue masih jauh banget dari bokap lo," elak Josh.

Dear MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang