Ruangan bersuhu 16 derajat celcius yang berukuran 5x5 meter, ditambah tatapan tajam dari guru berumur 50 tahun lebih. Berhasil membuat atmosfer ruangan semakin dingin layaknya kutub utara. Ini adalah tempat dimana iblis-iblis masa kini bersemayam dalam wujud seorang manusia.
Apa lagi kalau bukan Ruangan BK. Ruangan yang mampu menyucikan anak-anak berdosa akibat kenakalan mereka, ruangan yang mampu mengeluarkan segala keluh kesah orang yang masuk kedalamnya, serta ruangan yang mampu menyelesaikan permasalahan sengit. Oh jangan lupa ruangan ini adalah ruangan yang bisa membuat bahan gosip untuk seluruh angkatan.
Sudah sewajarnya setiap orang yang masuk ke dalam ruangan ini akibat masalah yang mereka lakukan, akan menunjukan wajah bersalah dan tertunduk malu saat diberikan nasihat. Seperti Serin, walaupun dia adalah korban jambak Jovano tapi dia tetap merasa bersalah akibat semua hal yang terjadi. Andai saja dia tidak seteledor itu menumpahkan kopi ke Erisa, pasti dia sekarang sedang belajar di kelas. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dia hanya bisa menundukan kepala sembari mendengar semua nasihat dan ocehan Bu Emy.
Berbeda dengan Jovano, badannya masih tegap dan dadanya masih membusung seperti orang yang sedang menantang lawannya. Matanya setengah sayu dengan berani membalas tatapan bu emy yang tajam. Hal ini tentu saja membuat beliau emosi.
"Kenapa kau lihat aku kayak gitu? Jangan karena orangtua kau donatur sekolah kau bisa sesuka hati di sini! Ini sekolah, punya tata tertib. Asal aja kau hantam anak orang. Peringkat satu kan kau kemaren? Peringkat satu pembualan! Mana kenyataannya kalau etika nol besar? Kau pikir dengan tingkah kau kayak gini, kau boleh lulus? Oh jangan salah, ku kasih nilai sikapmu D tak akan kau lulu. Sudah beberapa kali Jovano kau buat kayak gini? Akupun jadi guru heran, berkali-kali kau keluar masuk dari ruanganku ini tak ada juga kau berubah. Sampai-sampai orangtuamu tiap kupanggil selalu datangkan orang lain kesini. Tak kau pikirkan kah itu orangtuamu malu punya anak kayak kau?" Oceh Bu Emy panjang lebar dengan aksen medan yang cukup kentara.
Jovano tak mengubah gestur apapun, dia tak merasa marah atau sedih atau apapun itu. Tapi jika boleh bertanya, apa yang Bu Emy tahu tentang kehidupan Jovano? Hingga dia bisa seenaknya berkata seperti itu.
Satu hal yang menjadi prinsip Jovano, dia melakukan hal yang dia suka dan biarkan orang lain berkata apapun yang mereka suka tentangnya. Toh kata-kata itu tidak akan mengubah apapun. Tentunya dulu Jovano kerap merasa emosi, siapa sih yang tahan jika dirinya secara terang-terangan direndahkan? Tapi makin kesini Jovano sadar, dirinya sendiri memilih hidup sebagai anak yang 'tidak' baik, lalu kenapa dia harus berekspektasi mendapatkan kebaikan dari orang lain?
"Hebat kali kau Jovano, hanya karena si Serin tidak sengaja siram kopi ke Erisa kau jambaknya si Serin lalu kau pukulnya si Arvan. Untungnya anak itu tidak harus masuk rumah sakit, kalau iya? Jovano-jovana tak tahu lagi lah aku macam mana kau punya masa depan." terus Bu Emy menyerang Jovano dengan kata-katanya yang tajam.
"Atau jangan-jangan kau suka sama si Erisa?" lanjut Bu Emy lagi.
Ya untuk sekarang Jovano berharap mulut bu Emy bisa terselotip, lima detik saja. Sebab dia sungguh-sungguh tidak tahan mendengar Bu Emy berbicara layaknya roller coaster.
Serin ingin menenggelamkan dirinya di rawa-rawa. Bu Emy, tolong jangan pancing amarah Jovano selagi Serin masih ada diruangan yang sama. Serin takut Jovano bisa berbuat lebih jauh, kalau Bu Emy terus menyentil masalah-masalah pribadi milik Jovano.
Apa Bu Emy tidak tahu rumor bahwa Jovano pernah memukul polisi yang menilang dirinya tanpa alasan yang jelas? Oh Ibu Emy tercinta. Mungkin saja Jovano bisa memukul Ibu sekarang, dan kalau itu terjadi. Serin tahu Bu Emy akan membawanya ke meja hijau, untuk menjadi saksi dari perbuatan Jovano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mama
Teen Fiction[ON GOING] Bayangkan jika kamu bertemu dengan seorang cowok yang mengaku dirinya adalah anakmu dari masa depan. Apa yang akan kamu lakukan? melarikan diri atau malah percaya dengan kata-katanya . Belum lagi ia membawa intruksi-intruksi aneh dan gak...