𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑~𝟏𝟕

580 42 25
                                    

Hallooo, Bree🥰

Gimana kabar kalian?

Vote dulu yaaa💗

Kasih komentar sebanyak-banyaknya juga♥️

Jangan jadi silent readers, sedih aku tuh kalau kalian cuma baca tanpa kasih vote🥺😭

Selamat membaca dan semoga kalian sukaaa💗

•◦••◦•

"Kepada seluruh siswa-siswi diharapkan segera menuju lapangan SMA Dirgantara untuk melaksanakan upacara. Terima kasih." Suara Pak Dodo menggema seantero sekolah melalui pengeras suara. Para murid segera berhamburan menuju lapangan.

"Loh! Pak Bos? K-kok masuk sekolah?" ucap Gio benar-benar terkejut ketika mendapati Athar yang baru saja memasuki barisan.

"Lo ngapain masuk sekolah?" kata Jehan. "Harusnya lo istirahat dirumah, karena luka lo benar-benar belum sembuh, Thar."

"Iya, Pak Bos," sahut Gio. "Kalau gue jadi Pak Bos, gue udah rebahan dirumah, sambil maraton nonton drakor."

"Maraton nonton drakor, apa maraton nonton bokep, Yo'?" celetuk Eza sambil cengengesan.

"Serah lu deh, Za, serah lu!" seru Gio yang sudah malas berdebat dengan makhluk hidup satu ini.

Seperti biasa, anggota OSIS mulai melaksanakan tugasnya sebelum upacara dimulai. Mereka serentak memasuki setiap barisan, mencari murid yang melanggar aturan.

"Athar, lo serius, mau ikut upacara?" tanya Eza yang saat ini tengah berdiri di samping Athar. "Muka lo masih pucat banget, anjir!"

"Mending lo ke UKS aja, sekarang," usul Jehan yang juga merasa khawatir. "Kita nggak mau lo kenapa-kenapa."

"Orang gue gak kenapa-kenapa," jawab Athar dengan enteng.

"Ck! Emang batu!" Delvin berdecak pelan.

"Eh, itu Nadhira," ucap Eza saat melihat Nadhira yang tengah berjalan menuju barisan mereka. "Bentar lagi, pasti dia kesini."

"Yang nggak pakai atribut lengkap, keluar barisan dan silahkan maju ke depan sekarang!" teriak Nadhira dengan suara nyaring.

"Tuh, kan? Bener apa kata gue," ucap Eza.

"Langganan," gumam Nadhira dengan menghela nafas jengah ketika melihat ke arah gerombolan Athar.

"Kalian itu kenapa sih, nggak pernah pakai atribut sekolah lengkap? Apa susahnya pakai dasi, pakai topi dan seragam dimasukkan celana?" seru Nadhira yang mulai emosi melihat gerombolan Athar yang tidak pernah menaati tata tertib sekolah.

"Sebagai senior, harusnya kalian kasih contoh yang baik buat adik kelas! Bukan malah kasih contoh yang nggak benar seperti ini!" Nadhira mengomel dengan berkacak pinggang.

"Calon pawangnya Pak Bos, galak amat," gerutu Gio. "Sama kayak Pak Bos juga galak. Galak ditambah galak sama dengan apa, Za?"

"Tolol! Lo pikir matematika?" jawab Eza. "Pakai acara penjumlahan segala!" Gio hanya nyengir kuda menanggapinya.

Nadhira kemudian berjalan ke samping Eza. Mendapati laki-laki yang berbadan tegap dengan wajah yang masih terlihat pucat, tidak seperti biasanya. Kini ia berdiri tepat di hadapan Athar. Dirinya mendongak sedikit ke atas karena tubuhnya yang hanya sebatas dada laki-laki itu.

"Nadh, dia gak mau ke UKS, bujuk dia, gih!" seru Eza. "Barangkali, dia mau ke UKS kalau lo yang bujuk."

"Iya, Nadh. Coba deh, lo yang bujuk," sahut Gio. "Kita semua udah bujuk Pak Bos, tapi gak ada yang mempan."

𝐀𝐓𝐇𝐀𝐑𝐀𝐙𝐊𝐀 [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang