𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑~𝟐𝟗

561 34 15
                                    

Assalamu'alaikum🥰

Lagi semangat up nih, jangan lupa kasih vote & komen yaa❤️🥰

Thanks & happy reading❤️

•◦••◦•

Hari ini adalah hari dimana Athar kembali merasakan pengalaman buruk yang pernah ia alami ketika ia masih berusia dua belas tahun. Kemoterapi pertama yang sudah dijadwalkan oleh Dokter Fadhil untuk Athar, akan dilakukan hari ini atas kemauan Athar sendiri. Pandangan Athar tertuju pada para suster yang berlalu lalang untuk mempersiapkan semua obat serta peralatan yang digunakan untuk proses kemoterapi.

"Gak nyangka, gue bakal ngalamin hal seperti ini lagi," ucap Athar dalam batin diakhiri dengan senyum yang begitu hambar.

"Bunda...," panggil Athar.

"Iya, sayang?"

"Bunda jangan kemana-mana, Bunda di sini aja, Athar nggak mau sendirian," rengek Athar sambil menampilkan raut wajahnya yang tengah merasa cemas dan khawatir.

Resti mengecup singkat dahi putranya itu, "Iya sayang, Bunda akan selalu ada di sini, temanin kamu. Anak Bunda hebat, pasti bisa lewatin masa-masa ini lagi."

Athar beralih menatap Evan yang berdiri di samping Resti. "Ayah nggak marah sama Athar?"

"Marah kenapa, sayang?"

"Athar udah banyak nyusahin ayah."

Evan menggeleng kuat, "Kamu nggak pernah nyusahin ayah sama bunda. Kamu adalah sumber bahagianya ayah sama bunda. Janji sama ayah, jangan bilang seperti itu lagi, ya?" Athar mengangguk sambil tersenyum tipis setelah mendengarnya. Begitu menenangkan kalimat yang telah diucapkan oleh ayahnya itu.

Beberapa saat kemudian, datang seorang suster memasuki ruangan dan berjalan menghampiri mereka bertiga. "Permisi..."

"Kemoterapi untuk pasien atas nama Atharazka Jeffandra sepuluh menit lagi akan segera dimulai," ucap suster tersebut.

"Ayah, Bunda..." panggil Athar dengan raut wajah ketakutan.

"Nggak ada yang perlu ditakutkan lagi, sayang. Kita berjuang sama-sama, ya? Bunda yakin, kamu pasti bisa sembuh," ucap Resti yang berusaha meyakinkan putranya itu.

"Iya, sayang. Kamu adalah pejuang yang hebat! Ayah yakin, kamu pasti bisa lewatin semua ini lagi."

"Bapak dan Ibu, silahkan tunggu di luar ruangan," ucap suster itu lagi.

"Iya, sebentar ya, sus," balas Resti.

"Sayang, Bunda tunggu di luar, ya? Bunda sama Ayah akan selalu di sini temanin kamu." Athar pun mengangguk pelan.

Beberapa saat kemudian, Athar meraih ponsel yang tadinya ia letakkan di meja tepi brankar. Athar lalu membuka galeri untuk mencari foto Nadhira yang pernah diam-diam ia ambil waktu itu. Senyum di bibirnya terukir seketika saat ia melihat foto perempuan itu. "Takutnya jadi hilang setelah lihat foto lo, Ra," gumam Athar.

"Kita mulai sekarang ya, Mas," ucap suster itu ketika mulai memasang cairan infus berwarna kuning, yang merupakan salah satu cairan obat kemoterapi.

"Iya, Sus."

"Dokter Fadhil pernah bilang ke saya, kalau sebenarnya Mas Athar ini pasien lamanya Dokter Fadhil."

"Benar, Sus. Sebelumnya saya sudah pernah mengidap penyakit ini dan Dokter Fadhil adalah salah satu Dokter yang menangani saya waktu itu."

𝐀𝐓𝐇𝐀𝐑𝐀𝐙𝐊𝐀 [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang