𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑~𝟎𝟗

703 44 15
                                    

HALLO BREE🥰

LAGI SEMANGAT NULIS NIH🤗

JANGAN LUPA KASIH VOTE YA🥰

BANTU SHARE JUGA CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN✨

BANTU PROMOSIIN LEWAT IG/ TIKTOK/TWITTER BOLEH BANGET❤️

HAPPY READING 💕

•◦•❈•◦•

"Wihh keren banget!!! Mobil siapa, tuh?"

Satu detik, dua detik, tiga detik...

Sosok cowok tampan berbadan tegap, keluar dari mobil sport hitam itu. Seragam yang tidak pernah dimasukkan celana dan sengaja tidak dikancingkan, memperlihatkan kaos hitam yang melekat di tubuh jangkungnya. Kalung berbandul salib terlihat jelas menggantung di leher cowok itu. Tangan kanannya membawa jaket hitam kebanggaan Xhandrioz miliknya.

Setiap kali memasuki area sekolah, Athar selalu menjadi pusat perhatian. Para murid yang berada di sekitar parkiran sekolah dan juga koridor lantai bawah, menatap Athar dengan tatapan kagum dan memuja. Keren adalah definisi yang paling cocok untuk cowok itu.

"Ternyata, itu mobilnya Athar."

"Orangnya cakep, mobilnya juga cakep!"

"Pantesan, banyak cewek yang naksir sama dia."

"Anak horang kayaaa, njirr!"

Semua pasang mata penghuni Dirgantara tertuju kepadanya. Bahkan mereka juga berkerumun hanya untuk membicarakan cowok itu. Pandangan cowok itu menatap lurus ke depan. Menghindari kontak langsung dengan para murid yang masih menatapnya kagum di sepanjang koridor sekolah.

"Pak Bos!" panggil Gio yang berjalan tidak jauh di belakangnya. Mendengar panggilan dari Gio, Athar menghentikan langkah. Lalu menoleh ke belakang.

Jehan langsung merangkul pundak Athar, "Nanti pulang sekolah kita ada latihan basket, lo ikut ya!"

"Oke."

Sebelum bel masuk, Athar bersama gerombolan anak buahnya, tidak pernah langsung memasuki kelas. Mereka lebih memilih untuk duduk di kursi panjang yang berada di depan kelas XII IPS 3. Koridor kelas selalu ramai jika kedatangan oleh Athar bersama teman-temannya. Para cewek pun banyak yang sengaja lewat di depan kelas Athar, demi untuk mencari perhatian dari gerombolan para cowok tampan itu.

"Eh Pren, Pren, tuh lihat! Kondenya Bu Ndut makin hari makin gede aja. Ya gak sih?" ucap Gio. Siapa lagi, tukang gosip diantara mereka kalau bukan Gio.

Kevin mengangguk-anggukkan kepalanya, "Bener juga, Bang. Makin gede kondenya, makin merah juga gincunya."

"Eh jangan gitu!" sahut Eza. "Itu juga bagian dari usaha Bu Ndut, yang lagi berjuang buat dapetin cintanya Pak Dodo."

"Lagian apa sih, yang Bu Ndut suka dari Pak Dodo? Pak Dodo botak, perutnya buncit, orangnya juga pendek, menang kumisnya yang lebat doang perasaan," ucap Gio mendeskripsikan sosok Pak Dodo.

"Cinta sejati itu nggak memandang fisik, Yo'," sahut Jehan. "Fisik manusia pasti akan berubah seiring berjalannya waktu."

"Bener banget tuh, kata Bang Jeje," timpal Agus.

"Sebagai contoh nih, Yo'. Lo ngejalanin hubungan sama cewek karena mandang fisik. Cewek itu cantik, bodynya oke banget. Terus, lo ambil keputusan buat nikah sama cewek itu. Sepuluh tahun, lima belas tahun kemudian, cinta lo bakalan pudar, karena yang lo cari bukan hati, melainkan hanya karena fisik. Intinya begini, cinta yang hanya karena mandang fisik itu enggak menjamin tetap abadi, Yo'," terang Jehan panjang lebar.

𝐀𝐓𝐇𝐀𝐑𝐀𝐙𝐊𝐀 [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang