His Past Story (Part 1)

23 3 2
                                    

(Bagian ini adalah cerita dari masa lalu Indra Sailendra yang akan terdiri dari beberapa part)
-----------------------------------------------------------

Tahun 2020

"Apakah ruang 124 masih kosong?"

"Tidak dok!"

"Cari ruangan lain! Masih banyak pasien yang belum mendapatkan kamar!"

"Bagaimana kalau mereka ditempatkan di IGD dulu sementara? Setidaknya mereka mendapatkan perawatan!"

"Itu hanya akan membuat rantai penyebaran!"

"Nakes Indra, tolong bawa pasien lain dan carikan ruang di gedung selatan!"

<Indra>
"Baik dok!"

Ini adalah cerita masa lalu dari seorang Indra Sailendra. Laki-laki berumur 24 tahun bekerja sebagai Tenaga Kesehatan di salah satu Rumah Sakit terkenal di Jakarta. Dia baru saja lulus kuliah setelah empat tahun menuntut ilmu di Universitas negeri ternama di Indonesia, ia mengambil jurusan Kedokteran. Sekarang sudah jam setengah sebelas malam tetapi ia masih menjalankan tugasnya untuk menangani pasien-pasien yang positif di tengah pandemi. Ia sedang menggiring seorang nenek-nenek yang terlentang lemas di Hospital Bed.

<Indra>
"Suster tolong bantu saya carikan ruangan untuk nenek ini! Dia harus mendapatkan perawatan secepatnya!"

<Suster>
"Semua kamar di gedung selatan sudah penuh!"

<Indra>
"Bagaimana dengan nenek ini dan pasien lainnya?"

<Suster>
"Saya juga tidak tahu mas! RS ini terlalu penuh bahkan ada banyak orang yang tergeletak di lantai karena tidak mendapat ruang!"

Karena tidak mendapatkan ruangan, nenek itu pun meninggal dunia karena tidak mendapatkan perawatan. Indra menyaksikan semuanya dan ia merasa sangat bersalah karena gagal menyelamatkan nenek itu. Akhirnya jasad nenek tersebut dibawa ke ruang mayat. Setelah selesai, Indra menuju ke lobby untuk membawa pasien berikutnya tetapi ada beberapa pasien positif yang tidak bisa bertahan dan meninggal di lobby. Indra sangat frustasi.

Pada jam satu dini hari, ia duduk di kafetaria sambil meneteskan air mata karena sedih melihat manusia tersiksa karena pandemi yang mematikan ini.

<Indra>
"Sial... Aku gagal menyelamatkan nyawa mereka"

Lalu ada orang yang muncul di belakangnya.

<????>
"Menyalahkan dirimu tidak mengubah apapun, nih kopi!"

<Indra>
"Loh, senior Dani! Kau belum pulang? Shift-mu seharusnya sudah selesai jam 9 kan?"

<Dani>
"Aku tidak bisa pulang setelah melihat pasien-pasien kita"

<Indra>
"Apakah kau tidak takut tertular? Kau punya istri yang sedang hamil loh..."

<Dani>
"Ya aku khawatir... tapi bagaimana denganmu? kau kan juga punya keluarga?"

<Indra>
"Aku memperingatkan ibuku untuk tidak pergi keluar rumah agar tidak tertular dan aku juga sudah memberikan ia vitamin dan obat-obatan lain"

<Dani>
"Bagaimana dengan ayahmu?"

<Indra>
"Aku tidak peduli... Kau tau kan aku membencinya? Dia memang Presiden dari ARCHANGEL tapi setelah itu dia tidak pernah memikirkan keluarganya lagi"

<Dani>
"Mungkin dia sibuk, kan kau tidak tahu pekerjaan apa saja yang ia lakukan"

<Indra>
"Tapi apakah alasan itu bisa membuat seseorang amnesia kepada keluarganya? Tidak kan?"

<Dani>
"Yaa kau lulus kuliah juga kan karena uang pemberiannya... Aku belum tahu kenapa kau mau menjadi dokter padahal ayahmu saja kaya raya setelah menjadi Presiden dari ARCHANGEL? Kenapa kau mau mendedikasikan dirimu untuk orang lain?"

<Indra>
"Setelah dia tidak pernah menyampaikan kabar kepadaku, aku menjadi kesepian dan sadar kalau hidupku bisa lebih berguna untuk orang lain"

<Dani>
"Kau memang peduli kepada orang lain ya... Aku kagum"

<Indra>
"Omong-omong, nanti kau beri nama anakmu siapa?"

<Dani>
"Beberapa minggu lalu istriku di USG dan ternyata anakku laki-laki, sepertinya akan aku beri nama Rangga"

<Indra>
"Nama yang bagus, kapan Rangga lahir?"

<Dani>
"Sekitar tiga bulan lagi"

<Indra>
"Waah selamat ya papah dokter... Nanti bayinya aku kadoin stetoskop biar jadi dokter kayak papahnya haha"

<Dani>
"Hahaha terima kasih om nakes... Oh iya, gimana progres mu sama dokter Reina?"

<Indra>
"Hampir gak ada progres... Sainganku dokter semua sedangkan aku cuman nakes"

<Dani>
"Hey cinta sejati tuh nggak pandang jabatan! Dia memang dua tahun lebih tua dari kamu tapi setidaknya kamu bisa bikin progress dari situ, nah sekarang ada dinding besar yang harus kamu rubuhkan namanya jabatan"

<Indra>
"Iya bener juga, doain aja deh senior...  Semoga aku memenangkan hatinya!"

<Dani>
"Iya amiin"

Keesokan Harinya Pukul 18:00 WIB

Seperti biasa, Indra sedang sibuk mengurus pasien-pasien yang terkena virus. Ia sedang membawa pasien di Hospital Bed untuk di rawat di gedung utara.

<Indra>
"Tolong minggir! Permisi!"

Kebetulan sekali, pasien yang ia bawa akan dirawat oleh perempuan yang ia suka yaitu dr. Reina Anandara.

<Indra>
"Emm... Dok, mohon dirawat pasien ini"

Indra terlihat gugup.

<dr. Reina>
"Terima kasih ya nakes Indra"

Indra pun segera keluar dari ruangan, tapi perasaannya tidak pernah bohong. Ia memandang Reina dari jendela ruangan dan Reina juga memandanginya. Mereka berdua tertarik satu sama lain.

-Dua hari kemudian-

Indra sudah mulai berani untuk lebih dekat dan lebih sering berkomunikasi dengan dokter Reina. Saat shift Indra selesai, ia melihat ibunya terbaring lemas di lantai, tubuhnya agak panas, dan ia sulit bernafas. Kemudian Indra membawanya ke rumah sakit tempat ia bekerja. Setelah diperiksa, ternyata ibunya terpapar virus karena hasilnya menyatakan positif. Namun sudah tidak ada kamar yang tersedia, ia pun meminta bantuan dari dokter yang sedang shift malam untuk segera menangani ibunya karena kondisinya terlihat cukup parah bahkan ibunya sedang dalam kondisi setengah sadar.

Namun sayan sekali, ibunya Indra tidak bisa bertahan meskipun sudah ada dokter yang menanganinya. Indra pun tak kuasa menahan air mata. Setelah jasad ibunya dimandikan, setelah itu langsung dimakamkan di pemakaman khusus. Saat ibunya dimakamkan, hanya ada Indra disana karena tidak boleh ada orang lain yang ikut.

Indra merasa sangat kesepian.

To be Continued...

Next:
His Past Story (Part 2)

ULTRAMAN: The Project (ウルトラマン: サ。プロジェクト)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang