01. Awal

2.8K 280 5
                                    

Rasanya Senia ingin muntah sekarang. Bagaimana tidak? Ia sangat terkejut saat mengetahui bahwa ia harus pulang dengan kereta kuda. Terlebih rasa pusing di kepalanya yang tak kunjung menghilang membuatnya makin frustasi, dan guncangan dari kereta kuda yang tidak kunjung berhenti ini benar benar menyiksanya.

"Tolong, siapa pun! Gue mau muntah!" Gumamnya yang berusaha menutupi mulutnya supaya hal yang ia katakan tadi tidak terjadi. Ia merasa seperti baru saja memasuki cobaan terberat selama hidupnya. Kereta yang terus berguncang dan tempat duduk yang terasa kurang nyaman. Tapi Senia berusaha untuk menahan hal tersebut, sambil berpikir kapan cobaan ini berakhir sepanjang perjalanan.

Sesampainya ia langsung lompat begitu saja ketika pintu kereta tersebut dibuka, tanpa memperhatikan Sir Joseph yang menawarkan tangannya untuk membantunya turun.

"Ah maaf apa kau minta uang tip? Maaf aja nih aku lagi ga bawa duit" Ucap Senia melantur saat melihat ke belakang karena orang yang mengantarkannya tersebut hanya terdiam kaku di tempat bahkan tidak berkedip.

"Ah-" Sir Joseph yang mulai sadar langsung meminta maaf dan berjalan mendekati Senia.

Disini Senia dibuat terkejut lagi karena sepertinya ia salah memasuki rumah orang lain. Tidak lebih tepatnya mansion. Ia tidak mungkin tinggal di tempat semewah ini.

"Kita tidak salah masuk rumah orang kan?" Tanya Senia menyakinkan dirinya, sambil menunjuk ke arah mansion tersebut.

"Tidak nona, ini benar kediaman keluarga Belliars" Jawabnya yang membuat Senia makin kebingungan. Dari tadi ia selalu mendengar nama Belliars yang terasa tidak asing. Ia merasa seperti pernah mendengar nama itu di suatu tempat, tapi tidak bisa mengingatnya. Senia yang masih kebingungan di sadarkan oleh panggilan dari Sir Joseph tadi, yang mengajaknya masuk.

Senia yang tidak tahu apa apa tentang mansion ini menyuruh Sir Joseph untuk memimpin jalan, yang semakin membuat Sir Joseph kebingungan. Tapi karena itu merupakan sebuah perintah jadi mau bagaimana lagi.

Saat memasuki mansion tersebut Senia melihat ke sekitar. Interior yang sangat mewah bahkan seperti berlapis lapis emas dan berlian, lantai yang terbuat dari marmer, dan lampu lampu gantung yang terkesan kuno tapi mewah, dan banyak orang yang menggunakan baju pelayan seperti di cerita cerita novel yang pernah Senia baca saat SMA.

Senia tidak bisa berhenti mengatakan betapa mewahnya tempat ini di dalam pikirannya. Tapi entah mengapa, baik itu di tempat tadi dan disini. Tatapan orang orang tidak berubah sama sekali, sedari tadi Senia hanya merasakan tatapan malas, benci, marah, dan mencemooh. Rasanya tubuhnya bisa boerlubang jika terus ditatap seperti itu. Tapi tentu saja tidak dengan tatapan Sir Joseph yang memandangnya dengan hormat.

Setelah puas memanjakan mata nya, akhirnya Senia sampai di ruangan yang katanya merupakan kamarnya. Ia merasa heran karena sepertinya kamarnya terletak di tempat paling ujung dan paling terpencil.

"Sir Joseph, terima kasih karena sudah mengantarkan saya, semoga hari hari anda menyenangkan." Sepertinya kebiasaan berbicara formal kepada orang lain kambuh. Senia pernah bekerja sebagai resepsionis di perusahaan terkenal, jadi hal tersebut sudah biasa baginya.

Tapi karena gajinya yang kurang mencukupi untuk menghidupi dirinya dan adiknya, akhirnya Senia keluar dan secara ajaibnya ia dapat lolos di seleksi karyawan yang diadakan di perusahaan idamannya sejak kecil, setelah bernostalgia sedikit, Senia tersenyum tulus untuk Sir Joseph yang menurutnya sangat baik kepadanya.

Sir Joseph yang mendengarkan ucapan terima kasih Senia dan senyum tulus Senia membalasnya dengan senyuman juga.
"Saya juga berharap hari hari anda menyenangkan nona" Balasnya sambil membungkuk hormat membuat Senia yang tidak pernah diperlakukan seperti itu kembali kebingungan.

Aku Antagonisnya kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang