Diana membuka matanya perlahan, ia melihat ke arah sekeliling yang terlihat sangat asing. Semuanya gelap, rasanya kepalanya sangat pusing. Tubuhnya tidak dapat di gerakan seperti terikat oleh sesuatu, tapi Diana tidak dapat melihat benda apa pun yang mengikatnya.
"Ah, sudah sadar ternyata. Mau apel?" tanya seseorang yang menggunakan pakaian serba hitam. Di malam yang seperti ini tanpa penerangan apa pun, Diana tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang ada di depannya ini.
Orang itu mendekat ke arah Diana yang masih terkulai lemas, ia menarik kursi di ruangan tersebut kemudian duduk menghadap ke arah Diana sambil tersenyum.
"Hei hei, apa kau suka bermain petak umpet? Mau main bersama?" Ia tertawa riang, dari perawakannya sepertinya ia masih muda, tinggi sekitar 168 cm dan suara yang tidak terlalu berat seperti orang dewasa pada umumnya.
"Sebenarnya kau siapa? Kenapa membawaku kesini?" Diana menatap tajam ke arahnya tidak mempedulikan rasa sakit di sekujur badannya, ia berusaha menatapnya untuk mengancam. Jika yang ia lakukan saat ini dapat membuatnya dihukum dengan berat.
"Wah, aku tidak menyangka akan mendapatkan tatapan yang mengerikan seperti itu hahahaha, rasanya membuatku merinding, itu tatapan yang terlihat mempesona nona, ahh rasanya aku ingin menjadikan matamu sebagai salah satu koleksi ku" Tetapi itu tidak mempan kepadanya. Ia tertawa kemudian memegang wajah Diana yang masih menatapnya dengan tajam.
Ia mengeluarkan pisau dari sakunya kemudian mengangkatnya tinggi berniat untuk menusuk mata Diana.
Tetapi ia menghentikan aksinya, ia bergumam "jika aku menusuknya tepat di pupil mata itu tidak akan bagus untuk di jadikan koleksiku. Tapi aku tidak suka jika langsung mengambilnya begitu saja. Aku tidak suka berisik, kalau ku ambil sekarang dia pasti berteriak sangat keras kan? Apa aku harus menunggu sampai wanita ini mati dulu? " Diana yang mendengar itu memejamkan matanya sebentar berusaha untuk tetap tenang sebisa mungkin.
"Ah bagaimana jika kita bermain petak umpet, yang kalah... Mati!" bisiknya ke telinga Diana membuat Diana merasa merinding, samar samar Diana melihat sedikit warna rambut lelaki itu. Warna coklat, warna itu sangat jarang ditemukan di benua ini, rambut coklat dan mata hitam adalah ciri khusus orang dari negara Asteorpheus yang terletak di benua Zert, sedangkan jaraknya ke benua Harion sangat jauh.
Diana menolak untuk melakukan itu, kenapa ia harus menyerahkan nyawanya hanya untuk mainan anak anak. Diana berusaha selama mungkin untuk menahan orang di depannya ini. Ia berharap jika salah satu dari keluarganya datang, walaupun kemungkinan itu sangat kecil tapi setidaknya bolehkan jika dirinya berharap.
"Ah, tidak asik! Ayo bermain bersama ku! Jika tidak mau, aku akan membunuhmu saat ini juga" ucapnya sambil berdiri yang membuat Diana terdiam, ia tidak bisa berkata kata lagi. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Pilihannya ada dua, melakukan permainan itu, atau dengan pasrah mati di sana.
"Apakah kau sedang mengulur waktu? Boleh kok. Silahkan berusaha mengulur waktu selama mungkin, karena aku tidak suka langsung mendapatkan sesuatu dengan mudah"
"Ah aku lupa mengganti pakaianmu, kau pasti kesulitan jika bergerak menggunakan bathrobe kan? Baiklah aku akan berikan secara gratis pakaian yang ku temukan di jalan. Silahkan berlari dan bersembunyilah sejauh yang kau bisa di tempat ini, ulurlah waktu selama mungkin. Sekali aku menangkapmu, kau mati"
ctak!
Suara jentikan jari dari lelaki itu terdengar menggema.rasanya sesuatu yang seperti mengikat Diana terlepas, sekarang ia bisa bergerak dengan bebas, pakaian nya juga berganti menjadi celana hitam panjang, pakaian lengan panjang berwarna hitam yang ketat, dan rambut panjangnya terikat. Diana sudah mulai melarikan diri mencari pintu untuk keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Antagonisnya kan?
FantasyDiana Eleanora Belliars. Salah satu anggota keluarga Belliars, orang orang menyebutnya 'Antagonis Kerajaan Megnian' karena sifatnya yang selalu menganggu keluarga bangsawan lain yang statusnya lebih rendah darinya. Semua orang menyalahkan Duke Beris...