16. TAMARA IN MY EYES

1.5K 171 7
                                    

"Tidak perlu diceritakan, bagaimana cantik nya seorang Tamara dimata saya."

-Zahran Reynhanda Natio-


°°°°

Hari ini langit begitu cerah, kombinasi antara warna biru muda dan jingga yang menghasilkan keindahan senja, namun suasana hatinya tidak secerah langit ataupun sehangat senja dikala ia mengunjungi sebuah tempat yang menurutnya adalah duka. Seorang anak laki laki membawa bunga ditangan nya lantas ia berjongkok dan mengelus sebuah batu nisan.

"Mama"kata ia sambil meletakan bunga yang dibawanya. Lantas ia mencium batu nisan itu.

"Zee kangen ma"

Mama nya meninggal saat ia berusia 15 tahun. Dikarenakan mempunyai riwayat penyakit yang mematikan yaitu leukemia.

Angin yang bertiup lirih sedikit menyapu rambut hitam milik Zee. Anak itu terus memandangi batu nisan sang mama, tatapan nya yang begitu sendu, menandakan ia merindukan sosok hangat seorang ibu.

Anak itu tersenyum lirih."Mama masih ingat gak? dulu Zee sering banget cerita sama mama. Mama selalu tertawa dengan apa yang diceritakan Zee. Sekarang Zee rindu itu ma.."

Mata Zee terlihat berkaca kaca ia berusaha agar tidak menangis dihadapan nisan sang mama."Zee kesini mau cerita sama mama, kalo Zee jatuh cinta sama murid baru, namanya Fiony. Zee suka senyuman dia, dia manis, cantik, baik, sama seperti mama. Andai mama masih ada, Zee pasti akan sangat bahagia bisa cerita langsung sama mama"

Ia sedikit menghapus cairan bening yang lolos membasahi pipinya."Zee janji akan bawa Fiony kesini, setelah Fiony menjadi milik Zee"lantas ia beranjak berdiri.

"Zee pamit pulang, Zee pasti akan kembali kesini membawa kabar bahagia untuk mama"ia menatap nanar nisan itu lantas mengelus nya dan melenggang pergi.

****

Sore sudah berganti malam, kini di kediaman keluarga Natio sedang melangsungkan kegiatan makan malam bersama.

"Oh ya Chika, papi kamu udah ngasih tau belum tentang pernikahan kalian berdua?"ucap Cio memecahkan keheningan ditengah tengah kegiatan makan malam.

Chika sontak kaget dengan pertanyaan Gracio. Ia sedang mengunyah nasi dalam mulutnya namun kegiatan tersebut terhenti sejenak, Chika menoleh ke samping yang dimana Aran duduk disebelah nya. Aran pun melakukan hal yang sama seperti Chika.

"Ko ayah gak ngasih tau Aran? Malah Chika yang dikasih tau duluan"pekik Aran.

"Ini mau ngasih tau, makannya ayah tanya Chika dulu. Siapa tau papi nya Chika udah ngasih tau"

"B-belum om"jawab Chika gugup.

"Kalian gak usah khawatir, semuanya udah diatur sama bunda dan ayah. Begitupun dengan papi mami mu Chika"kini Shani yang bersuara.

Chika hanya bisa tersenyum namun senyuman tersebut nampak beda dari senyuman Chika yang biasanya. Aran yang menyadari itu langsung berdiri dan menggenggam lengan Chika.

"Yah, bun, Aran sama Chika keluar bentar ya"pamit Aran kepada Cio dan Shani.

"Loh, ko gak diabisin dulu makan nya?"tanya Shani karena melihat nasi dan lauk di piring Chika pun Aran masih lumayan banyak.

"Udah ko bun, Chika udah kenyang"

Mata Cio melirik Aran pun Chika."Memangnya kalian berdua mau kemana?"Cio bertanya sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Dear ZahranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang