TCOI 27 : Pelatihan Anggota Dark Danger (2)

38 25 0
                                    

Semua anggota Dark Danger memandang tak percaya pada ketiga petinggi guild. Walaupun mereka semua telah menolak pelatihan kedua tetap saja petinggi itu melakukannya.

Hampir semuanya menarik nafas gusar. Bagaimana tidak? Senjata yang mereka gunakan saja sudah berbeda levelnya dengan anggota lain, contohnya Xhuan, leader itu mempunyai tombak yang diberikan langsung oleh Dewa Heades.

"Ini lebih mirip penyiksaan daripada pelatihan," gerutu Blackkuma yang diangguk i oleh Khanzair.

"Sepertinya kita akan mati sebelum turnamen maut," timpal Kamito.

"Ayolah, kalian pasti bisa," ucap Xhuan mengepalkan kedua tangan didepan dada, gadis itu memberikan semangat pada anggotanya.

"Iya kita pasti bisa, bisa mati!" ketus Silvain.

Dan masih ada keluhan lainnya, namun ketiga petinggi guild masih kekeh pada pendirian. Tanpa membuang waktu lebih banyak, Chazdhiz menancapkan pedangnya ketanah, seketika benteng kubus terbentuk dan tentu saja kekuatan benteng itu lebih hebat daripada sebelumnya.

Chazdhiz berdiri paling depan, dibelakang kirinya berdiri Qibul sedangkan kanannya berdiri Xhuan. Mereka belum mengeluarkan sihir sedikit pun.

Begitu sudah mendapat lampu hijau, mereka semua menyerang petinggi dengan senjata mereka. Kalian bisa menebak, kekuatan dan kelincahan para petinggi lebih baik daripada anggotanya. Chazhiz, Qibul dan Xhuan dengan mudah menghindarinya tanpa senjata.

"Lawan lah! Ngapain ngindar terus," gerutu Beal yang memilih menyerang Chazdhiz.

Chazdhiz menyunting smrik, "Mau mode serius? Dikabulkan." Chazdhiz melempar tamengnya keatas lalu dengan mudahnya ia tangkap kembali sebelum menyentuh tanah. Qibul memutar tongkat yang dibentuk sesimple mungkin serta buku mantra yang terdapat lingkaran sihir begitu dibuka sedangkan Xhuan memikul tombaknya dipundak dengan kaki kiri disilang kebelakang.

Blas

Begitu ketiga petinggi mengeluarkan skill pertamanya, semua anggota terhempas menabrak dinding. Khanzair dan Blackkuma yang menggunakan job tank pun tak mampu menahan serangan itu.

"Jangan pernah melupakan kerja sama," peringat Xhuan setelah memutar tombak kebelakang guna menetralkan kembali senjata itu.

"Gila, dari segi kekuatan saja kita udah kalah," ucap Hypermint sembari menarik Arya yang jatuh menimpuk pada Kamito.

"Lama-lama jadi daging geprek kalo kaya gini terus," keluh Kamito pengap.

Khanzair mengatur nafasnya, berusaha memutar otak cepat, melihat ketiga petinggi itu mengingatkannya pada Little Xavana.

"Ayolah aku masih belum serius, " ujar Chazdhiz sambil tertawa puas.

"Diem dulu napa! Gue lagi mikir!" bentar Khanzair, dia masih berusaha berfikir bagaimana cara untuk mengamankan teman-temannya. Karena mereka bisa mati jika benar-benar serius di altar ini, aggro yang dia punya tidak dapat menjangkau mereka terlalu jauh, Khanzair bukanlah pengguna handal job tank layaknya Chazdhiz.

Xhuan mengambil ancang-ancang kemudian melancarkan serangan mendadak yang membuat semuanya berusaha menghindar dan langsung ditahan dengan tameng oleh Blackkuma.

"Kalau begini terus tank kalian nggak akan mampu menahan serangan terlalu lama, usahakan untuk fokus menyerang, " ujar sang leader sambil menekan tombaknya hingga Blackkuma  hampir terduduk ketanah.

Beal dan Arya berlari cepat berusaha menyerang gadis itu tapi dengan mudahnya dihentikan oleh Qibul. Dia memasang semacam sihir untuk mengikat mereka agar tidak bergerak.

"Cobalah untuk memanfaatkan setiap celah yang kalian punya, " ujar Qibul sebelum merapalkan sihir. Seketika tentakel hitam muncul dan mengikat mereka hingga susah bergerak.

"Aih, apa sih ini! Geli woi! " teriak kamito kesal diselingi tertawa karna rasa geli yang diakibatkan tentakel itu.

Xhuan melompat kebelakang saat tentakel menjerat Blackkuma juga Khanzair dibarisan paling depan. Ia mengarahkan parang sabitnya ke leher dua orang itu.

Jika ini serius di medan perang sudah pasti sabit itu memenggal kepala Khanzair dan Blackkuma.

"Jadi, bagaimana? Kalian menyerah?" tanya Chazdhiz sembari  menancapkan tamengnya ketanah.

"Bang Qibul, lepasin mereka, " titah Xhuan menyingkirkan tombaknya, Qibul menurut ia menjentikkan jari, seketika mantra itu dibatalkan.

Semuanya terbaring ditanah dengan nafas memburu, hampir tak kuat untuk berdiri. Bahkan dengan bantuan mantra penyembuhan dari Xiao Yui, mereka sama sekali tak mampu mendekati ketiga tetua itu.

"Kayaknya gue bakal nunda pengambilan misi selanjutnya. Kalian perlu banyak berlatih, " ujar Xhuan.

Mereka semua hanya pasrah dan berbaring di altar dengan pandangan kabur hampir pingsan.

"Emang kenapa bun? Kita udah bisa kan kalau dipaduin sama bunda dan tetua lain, " balas Khanzair tak paham dengan ucapan leadernya.

Netra Xhuan memandang mereka semua khawatir, bang Qibul juga hanya diam tak bisa menjawab apapun. Sedangkan Chazdhiz berjalan pergi. Sambil menonaktifkan pengaman arena.

"Iya bun, kan turnamen maut juga masih dua bulan lagi. Kita bisa sekalian latihan kan waktu jalanin misi. Biasanya juga begitu," timpal Arya dengan dagu bertumpu pada sarung katana.

"Dengar, kita memang akan pergi bersama kalian tapi bukan berarti semua pertempuran berjalan mulus begitu saja, " balas Xhuan, dia sendiri bingung harus bagaimana menjelaskannya.

"Tapi bun, kita kan nggak bisa nolak kalau misinya datang. Lagi pula bunda kan yang bilang sendiri kita sudah lebih kuat setidaknya sedikit, " protes Kamito sambil menatap sang leader bingung.

"Tetap saja, misi itu harus ditunda agar kalian bisa berlatih dan juga misi ini—,"

"Memangnya ada apa di misi selanjutnya? " potong Khanzair.

"Apapun yang ada disana, kita bertiga nggak akan cukup dan belum cukup kuat buat melindungi kalian semua! " ucap Chazdhiz, raut wajahnya benar-benar serius.

"Kita sengaja melatih kalian keras seperti ini karna semakin lama musuh akan semakin kuat dan tentu saja mereka tak akan pandang bulu untuk menghabisi," lanjut Chazdhiz kemudian duduk diatas tamengnya, matanya bergulir menatap satu per satu anggotanya.

Mereka sama-sama mengingat apa yang terjadi saat mereka berusaha mencapai seorang dewa dan benar-benar tidak mudah. Hypermin, Silvain dan Arya juga saling melihat satu sama lain dan mengerti apa maksud dari kedua tetua itu. Karna mereka adalah korban atas ketidak kompakan tim.

"Apapun itu, kita harus jadi lebih kuat. Minimal kalian bisa menyamai kami atau bahkan lebih agar dimisi selanjutnya semua dapat menyelamatkan diri masing-masing, " ucap Xhuan dengan nada rendah, dia tak ingin kekalahan mereka terulang kembali walau mungkin ada hasil dari kekalahan itu.

Suasana hening, hanya ada suara angin yang berhembus. Semuanya terlarut dalam pikirannya sendiri.

"Kita pasti bisa, apapun itu, " ujar Khanzair sambil tersenyum, ia menutup mata merasakan angin semilir yang menerpa rambutnya. Benar, ia harus lebih kuat untuk menelusuri lebih jauh tentang kematian kakaknya.

The Cronicles Of InotiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang