BAB 1

45 7 1
                                    

Gadis itu melangkah menuruni anak tangga satu persatu. Suara langkah kakinya mengisi keheningan di ruang makan. Semua pasang mata yang tengah duduk menunggunya menatapnya tidak suka. Terutama wanita dengan balutan hijab ungu. Gadis itu menduduki kursi makannya, lalu segera membalik piring terbalik di depannya. Gadis itu mengalihkan pandangannya pada semua orang yang tengah menatapnya tak suka.
“Kenapa kalian ngeliatin aku kayak gitu?” tanyanya merasa risih. “Zan, jawab.” ucapnya pada anak kecil berusia sembilan tahun yang tengah diam saja.

Alzana yang ditanya hanya diam saja, tak berani bicara. Matanya beralih menatap celana jeans yang dipakai oleh kakaknya, lalu menatap pada sang Ayah dan Bundanya.

“Oh, karena ini.” ucap gadis tersebut menyadari tingkah laku keluarganya. “Maaf ya, Pa, Tante, dan yang lainnya. Aku lupa buat pake gamis. Habisnya... Gerah banget.” lanjutnya tanpa rasa takut.

Tangan gadis itu menyibak rambutnya kearah belakang, karena merasa sedikit risih dengan rambutnya. Lalu tangannya mengambil beberapa makanan pada piringnya. Merasa masih menjadi pusat perhatian, gadis itu tersenyum. “Udahlah... Cuma masalah kecil aja. Nggak usah terlalu di pikir. Mending makan aja sana. Biar kenyang. Nggak usah liatin aku.” ucapnya.

“Alzana sayang, dimakan tuh sarapannya. Biar adek kakak tambah gemuk.” ucap gadis itu sembari mengelus kepala anak kecil yang tertutup hijab.

“Kak Alizeh, kakak nggak malu pake baju kayak gitu?” tanya Arsyila---adik gadis itu. “Nggak baik, kak.” lanjutnya.

“Lihat tuh, mas, anak kamu. Pagi-pagi udah mau keluar, itupun bajunya kayak gitu. Apa kata tetangga nanti.” adu Ambar pada sang ayah.

“Alizeh, pergi dan ganti baju sana. Papa nggak mau lihat kamu keluar pake baju kayak gitu.” ucap Muzzaki---sang ayah dengan penuh penekanan.

“Tante, Papa. Kenapa sih kalian sewot banget kalo aku ngelakuin apapun? Terserah aku dong. Aku udah nyaman pake baju gini. Ya biarin.” jawab Alizeh---gadis itu tak suka. Tatapannya beralih pada Arsyila. “Dan lo nggak usah sok suci.” ucapnya sebelum berlalu pergi.

“Alizeh..” gumam Muzzaki menahan amarah.

***

Alizeh turun dari taksi yang baru saja ia naiki. Tangannya melambai-lambai pada beberapa temannya yang tengah berdiri menunggunya di kafe biasanya. “Hai temen-temen! Udah lama nungguin gue? Duh sorry banget... Tadi ada sedikit konflik. Kalian tau sendiri kan?” Alizeh duduk di salah satu kursi panter cafe.

“Iya-iya. Nggak apa-apa lah. Santai aja kali.” ucap Iva--perempuan berambut ikal dengan dress toska.

“Lo udah sarapan belum? Gih pesen makanan. Gue udah laper.” ucap Kana.

“Yaudah, bentar. Kalian pesen apa?” tanya Alizeh pada kedua temannya.

“Gue ngikut aja deh.” jawab Kana.

“Gue juga. Samain aja.” sahut Iva.

Suara kenalpot terdengar begitu nyaring dan dekat. Pria bertubuh jangkung itu membuka helm fulface nya, sehingga membuat rambut pirangnya sedikit bergoyang membuat para gadis pengunjung kafe yang melihat itu jadi berteriak kegirangan.

Suara sorakan gadis-gadis mulai terdengar di telinga Alizeh yang tengah memesan makanan. Sorakan heboh para gadis yang terdengar ‘Farel ganteng... Akhirnya Farel dateng kesini.’, ‘Farel! Farel! Hoooo!’ membuat Alizeh dibuat penasaran.

Farel? Apa jangan-jangan...Batin Alizeh. Alizeh kembali di mejanya, dimana teman-teman nya tengah duduk disana dengan kegirangan, bahkan seperti orang gila.
“Kalian kenapa sih?” tanya Alizeh sembari menyipitkan matanya.

HIJRAHNYA ALIZEH [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang