BAB 4

19 6 0
                                    

"Pesan white cofee satu ya." ucap Ambar pada pramusaji. Kini dirinya tengah berada di salah satu kafe yang tak jauh dari rumah sakit bersama Muzzaki.

"Baik, buk. Akan segera kami siapkan." ucap pramusaji tersebut usai mencatat pesanannya.

"Mas.." panggil Ambar.

"Aku tau, mas, hati kamu pasti sakit banget saat ini. Alizeh memang seperti itu, dia susah diatur. Dan terlebih ia kurang tau mengenai agama." ucap Ambar.

"Bukannya aku mau merendahkan dia, mas. Tapi kamu tau sendiri kan gimana kalo Alizeh disekolah. Dia suka berbuat onar, tidak mau mengikuti pelajaran keagamaan. Gimana dia bisa tau agama?" lanjut Ambar.

"Jadi... Gimana?" tanya Muzzaki pada intinya.

"Mas, beberapa hari ini aku berfikir kalo Alizeh itu harus di pindahkan ke pondok pesantren deh. Gimana ya, mas.. aku tuh pengen kalo Alizeh tuh tumbuh di lingkungan yang bagus. Sama aja kan dia di sekolahin di Madrasah Aliyah, tetep aja temenannya sama anak-anak brandal." ucap Ambar peduli. Ralat, pura-pura peduli tepatnya.

"Mas.. please... Kali ini aja hargai keputusan aku. Aku pengen kalo Alizeh itu bisa ke jalan yang lurus. Aku tuh udah anggep dia kayak anak aku sendiri mas." bujuk Ambar.

Muzzaki mengehela nafas, berfikir keras. Apakah saran dari Ambar---istrinya bisa dia coba.

"Tapi kalo dia nggak mau, gimana?" tanya Muzzaki.

"Kita paksa aja, mas. Ini demi kebaikan nya." jawab Ambar. 'Dan setelah itu Arsyila dan Alzana, kami berempat akan hidup tenang tanpa gangguan si anak haram.' batin Ambar bahagia.

"Oh iya, mas. Aku lupa tentang ini." Ambar mengeluarkan handphone nya, dan memperlihatkan foto Alizeh dan Farel yang sempat ia potret diam-diam.

"Jadi mas, aku kemarin liat Alizeh di boncengin cowok, apalagi mereka keliatan deket banget. Tuh, kamu bisa liat kan? Aku takut mas, nanti terjadi yang nggak-nggak sama Alizeh." ucap Ambar. Memberikan kartu AS nya.

****

Drt.. drt.. drt..

Alizeh mengambil handphone nya di nakas dekatnya. Ia tersenyum melihat nama hang tertera di benda pipih itu.

Farel.

Ia segera mengangkat panggilan dari Farel. "Iya, Rel?"

"Al, Lo lagi ngapain? Bisa keluar bentar nggak? Eh.. Lo lagi sekolah ya. Gue lupa." ucap Farel dari sebrang.

"Gue nggak sekolah hari ini, Rel." jawab Alizeh.

"Kenapa?"

"Gue lagi sakit. Sorry ya, gue nggak bisa keluar bareng Lo. Mungkin lain kali aja ya."

"Lo sakit, Al? Lo sakit apa? Lo sekarang ada di rumah sakit mana? Biar gue samperin." ucap Farel.

"Nggak usah, Rel. Makasih." jawab Alizeh.

"Udah, Al. Lo bilang aja. Nggak ngerepotin kok." ucap Farel. "Please... Gue mohon. Gue janji nggak bakal ganggu Lo kok." lanjutnya belum pesimis.

"Yaudah, gue ada di rumah sakit ******." jawab Alizeh.

"Oke, gue kesana." ucap Farel lalu mematikan panggilan sepihak.

Alizeh berdecak sebal, bagaimana bisa? Farel akan ke rumah sakit ini? Dan disini masih banyak orang. 'Semoga papa nggak tau. Kan tadi papa lagi marah sama gue, jadi nggak mungkin kan dia dateng di sini.' pikirnya.

HIJRAHNYA ALIZEH [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang