BAB 12

30 0 0
                                    

Alizeh membaringkan tubuhnya di ranjang. Lelah mini ia rasakan. Ternyata sangat-sangat berat hidup di pesantren. Setiap hari harus piket, dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Alizeh tiba-tiba teringat dengan pria tadi subuh. Siapa pria itu?

‘Kenapa dia baik banget nyuruh gue buat nelfon bestod-bestpd gue?’ Batin Alizeh. Alizeh melirik jam dinding di kamarnya. Sudah tak terasa bahwa sudah pukul delapan pagi. Alizeh bangkit dari tidurnya, memakai kerudung instan nya. Jangan ditanyakan kenapa dia mau-mau saja memakai kerudung. Tentu saja karena cerita Kia---yang mengatakan bahwa  setiap santriwati disini wajib memakai hijab dan menutup auratnya. Jika ketahuan tidak memakai jilbab, akan dikenai sanksi.

“Mau kemana, Al?” tanya Mila.

“Hm.. ada deh.” jawab Alizeh.

“Aku ikut.” ucap Fara. “Aku mau ikut sama Alizeh. Sekalian mau ke dapur.” lanjutnya.

“Nggak usah, aku bisa sendiri kok.” ucap Alizeh segera pergi.

*******

Alizeh berjalan melewati kamar-kamar santriwati lain, beralih melewati dapur, lalu Alizeh berhenti di sebuah tempat yang ia yakini adalah aula.

“Kantornya dimana?” monolog nya. “Coba tanya ah. Tapi... Gue malu anjir!”

“Masa iya tanya? Emm... Iya deh. Gue kangen sama bestod-bestod gue.” ucapnya sendiri. Saat Alizeh akan bertanya dengan salah satu santriwati, orang yang dicarinya telah datang. Banyak pasang mata yang menyorotkan pandangannya pada dirinya. Namun ia tak peduli, tujuan nya kali ini hanya ingin menghubungi sahabatnya.

“Dimana teleponnya? Gue mau ngomong sama bestie gue.” tanya Alizeh to the point.

“Sekarang bersihkan seluruh masjid. Saya tidak ingin ada kotoran sedikitpun.” titah Ezar, datar---membuat Alizeh terkejut bukan main.

“WHAT? Beneran? Ogah! Gue gak mau. Lo siapa nyuruh-nyuruh gue? Lagian gue juga gak ada salah kok.” ucap Alizeh tak terima.

Assalamu’alaikum, Gus. Maafin temen saya ya, dia anak baru. Jadi dia nggak tau apa-apa.” Ucap Lyra yang entah kapan datangnya.

“Gus?” Alizeh berfikir keras---dimana dia mendengar kata-kata itu. Ia jadi merasa devaju.

“Iya. Dia Gus Ezar, anak Kyai Ikhbar Shaq Akhdan.” ucap Lyra---menjelaskan.

“Kamu itu gimana sih? Tuhkan di takzir jadinya.” ucap Fara.

“Kenapa Lo baru ngomong sih? Liat tuh, gue jadi di hukum.” kesal Alizeh pada Fara.

“Ya aku kan gak ngerti kejadiannya bakal kayak gini.” ucap Fara membela diri.

“Kamu, segeralah melaksanakan takzirmu.” ucap Gus Ezar. “Harus bersih.” lanjutnya sebelum mengucapkan salam dan pergi.

“Ihh.. terus ini gimana?” panik Alizeh. “Gue ogah ngebersihin mesjid... Pasti capek banget!” keluh Alizeh.

“Ya bersihin lah. Aku mau hafalan dulu. Assalamu'alaikum.” Ucap Lyra lalu pergi, dan diikuti oleh Fara.

Alizeh bendesah lelah. Ia lun berjalan kearah masjid, mengambil sapu. Ia mulai menyapu masjid---meski dengan hati yang terpaksa. Jangan tanyakan mengapa dia bisa menyapu, ia tadi pagi sudah piket dengan beberapa temannya.

****

Perlahan Alizeh membuka matanya. Putih. Ruangan bernuansa putih lah yang ia lihat pertama kali. Ia melihat sekeliling, pandangannya tertuju pada wanita berhijab syar'i putih. Wanita itu mendekati Alizeh yang tengah berbaring di brankar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIJRAHNYA ALIZEH [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang