“Baik-baik disana ya, Al. Jangan lupa kita, ntar kalo ada apa-apa telfon gue aja ya di kantor nya. Lo inget nomer hape gue kan?” ucap Iva setelah berpelukan dengan Alizeh.
Kana dan Alizeh berpelukan. “Jaga diri Lo baik-baik, Al, jangan lupa buat bawa si Nana juga ya, sama kalungnya di pake terus ya.. Kita bakalan kangen Lo, Al.” Ucap Kana mengusap air matanya.
“Makasih ya kalian...” ucap Alizeh tulus.
‘Lebay banget sih, pamitan ya tinggal pamitan.’ batin Ambar.
“Om, Tante, Syil, kita pamit ya,” pamit Iva dan Kana bersamaan, lalu mereka menaiki taksi online pesanan mereka.
“Kakak, jaga diri kakak baik-baik ya, jangan bertengkar sama temen-temen kakak nanti.” ucap Alzana. Sebenarnya Alzana sangat sedih saat mengatahui kakaknya---Alizeh akan ke pesantren, namun bagaimana lagi, ia tak ingin kakaknya dimarahi terus.
“Iya adiknya kakak.. kamu juga jaga diri kamu baik-baik, jangan nakal, sekolah yang bener.. nanti kalo kakak udah pulang, kita main sama-sama lagi.” ucap Alizeh. Alizeh mengusap air matanya lagi.
Muzzaki tersenyum melihat kedua putrinya akur seperti itu, meski Alizeh tak akur dengan Arsyila. Muzzaki mengusap air matanya yang mengalir, ia tak tau harus bagaimana lagi. Ia yakin bahwa keputusannya mengirim putrinya ke pesantren tidaklah salah.
“Ayo berangkat. Keburu siang.” ucap Muzzaki.
Semuanya pun menaiki mobilnya, kecuali Bik Siti yang bertugas menjaga rumah. Koper dan barang-barang kebutuhan Alizeh sudah diletakkan di bagasi mobil.
Kini hanya berangkat saja.
***
Tulisan besar PESANTREN AL-FATAH sangat jelas terpampang di gerbang bangunan di depannya. Semuanya turun dari mobil.
“Ayo ke kantor, mas.” ucap Ambar.
“Ayo, Zan,” ajak Arsyila sembari menggandeng tangan Alzana.
Mereka semua pergi ke kantor. Alizeh sedari tadi hanya diam saja, karena ia juga tak ada topik pembahasan dengan ustadzah-ustadzah yang kini tengah berbincang dengan keluarganya.
“Yasudah kalau begitu, Ustadzah.” ucap Ambar.
“Ustadzah Tini, tolong antarkan santri baru ini ke kamarnya.” titah seorang wanita dengan hijab syar'i coklat. Dia Ustadzah Salwa. Dia adalah pengurus data-data santri.
“Baik, Ustadzah.” jawab Ustadzah Tini selaku pengurus kamar putri.
“Yasudah, kami pergi dulu ya, jaga baik-baik dirimu.” ucap Muzzaki lalu memeluk Alizeh.
Alizeh membalas pelukannya, ia tak tau harus bagaimana lagi. Sejujurnya ia tak dekat dengan Papanya. “Iya, Pa.” jawabnya singkat.
“Mas, ayo ngomong diluar.” ucap Ambar.
Mereka semua pun duduk di sebuah bangku tak jauh dari kantor, diikuti oleh Ustazah Tini yang memberi privasi untuk keluarga santri.
“Kamu jangan pernah berfikir kalau Papa mengirim kamu disini karena Papa nggak sayang sama kamu, tapi karena Papa sayang sama kamu, dan ingin kamu menjadi pribadi yang baik, maka dari itu Papa mengirim mu ke sini.” ucap Muzzaki. “Dan Papa berharap setelah kamu kembali dari sini suatu saat, kamu akan berubah seperti impian Papa.” lanjutnya.
“Iya, Nak, ini demi kebaikan kamu.” ucap Ambar.
Alizeh menatap tidak suka pada Ambar. Lalu berkata, “Apa semua ini usul dia, Pa?” tanya Alizeh melirik Ambar tajam.
![](https://img.wattpad.com/cover/300367718-288-k777180.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHNYA ALIZEH [ON-GOING]
RomansaSeorang bad girl disekolah, selalu membolos saat pelajaran keagamaan, tidak pernah melaksanakan ibadah, dan tidak menutup auratnya membuat seorang Alizeh Shakeela Fitriani harus dikirim ke pondok pesantren agar menjadi pribadi yang baik. Alizeh suda...